Anda di halaman 1dari 3

HIPERBILIRUBINEMIA

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


1/3

RSUD dr.ABDUL RIVAI


BERAU
Tanggal Terbit: Disusun Oleh : Diperiksa Oleh :
16 Milka DD Pabenda Direktur Medik
November dan Keperawatan
2023

Ditetapkan Oleh,
PANDUAN ASUHAN
Direktur RSUD dr. Abdul Rivai
KEPERAWATAN
Berau

Dr. Jusram, Sp. PD


Nip. 196010092006041002
Definisi Hiperbilirubinemia adalah akumulasi bilirubin dalam darah yang
berlebihan, ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus,
perubahan warna kekuningan pada kulit, sklera dan kuku
(Hockenberry & Wilson, 2009)
kadar bilirubin serum total ≥5 mg/dL (86 μmol/L).
Hiperbilirubinemia adalah keadaan transien yang sering ditemukan
baik pada bayi cukup bulan (50- 70%) maupun bayi prematur (80-
90%).(kemenkes,2019)
Ikterik neonatus adalah keadaan dimana mukosa neonatus
menguning setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak
terkonjugasi masuk kedalam sirkulasi (PPNI, 2017). )
Asesmen Keperawatan 1. Derajat kremer
2. Integritas kulit, turgor, suhu kulit, warna kulit
3. Status cairan dan elektrolit
4. Prematuritas / ballard score
5. Kemampuan menyusu, reflek hisap, produksi ASI

Diagnosis Keperawatan 1. Ikterik neonatus b/d Penuruann berat badan abnormal (>7-
8% pada bayi baru lahir uang menyusu ASI, >15% pada bayi
cukup bulan) dan kesulitan transisi kehidupan ekstrauterin
(D.0024)
2. Gangguan integritas kulit b/d Suhu lingkungan yang
ekstrim, Efek samping terapi radiasi, Perubahan
pigmentasi (D.0129)
3. Hipertermia b/d dehidrasi dan terpapar lingkungan panas
(D.0130)
4. Menyusui tidak efektif b/d ketidakadekuatan suplay ASI,
hamabatan pada Neonatus, dan ketidakadekuatan reflek
menghisap bayi (D.0029)

Kriteria Evaluasi 1. Adaptasi neonatus membaik (L.10098) Berat badan


meningkat, membrane mukosa kuning menurun,kulit
kuning,sklera kuning menurun, prematuritas menurun
2. Integritas kulit meningkat (L.14125) pigmentasi abnormal
menurun, suhu kulit membaik
3. Termoregulasi neonates membaik (L.14135) suhu 36,5C -
37,5C
4. Status menyusui membaik (L. 03029) BB bayi meningkat,
perlekatan meningkat, suplay asi adekuat, reflek hisap bayi
meningkat, miksi bayi > 8x/24 jam
Intervensi Keperawatan 1. Fototerapi neonates (I. 03091)
a. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
b. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali
c. Monitor efek samping fototerapi (mis: hipertermi, diare,
rush pada kulit, penurunan berat badan lebih dari 8 –
10%)
d. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak bayi
e. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
f. Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi
g. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30 cm
atau tergantung spesifikasi lampu fototerapi)
h. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara
berkelanjutan
i. Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
j. Kolaborasi pemberian darah vena bilirubin direk dan
indirek

2. Perawatan integritas kulit (I.11353)


a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis:
perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu lingkungan ekstrim, penurunan
mobilitas)
b. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
c. Bersihkan perineal, ganti popok segera
d. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada
kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
f. Berikan intake cairan yang cukup

3. Manajemen Cairan (4120)


a. Monitor tanda vital
b. Monitor hasil laboraturium terkait keseimbangan cairan
dan elektrolit
c. Monitor hasil hidrasi ( turgar mukosa )
d. Berikan cairan oral sesuai kebutuhan
e. Hitung intake dan output cairan, pertahankan catatan yang
akurat
f. Kolaborasi pemberian cairan

4. Manajemen hipertermia (I.15506)


a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor haluaran urin
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebih)
f. Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h. Berikan oksigen, jika perlu
i. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu

5. Edukasi menyusui (I. 12393)


a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
c. Berikan konseling menyusui
d. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
e. Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on)
dengan benar
f. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkompres dengan kapas yang telah diberikan minyak
kelapa
g. Ajarkan perawatan payudara post partum (mis: memerah
ASI, pijat payudara, pijat oksitosin)

Informasi dan Edukasi 1. Penyebab, patofisologi tanda gejala proses penyakit dan
kondisi pasien saat ini
2. Penatalaksanaan dan perawatan pasien
3. Psikoedukasi / peran keluarga dalam perawatan
4. Perawatan bayi/neonatus
5. Konseling laktasi dan ASI ekslusif

Evaluasi 1. jaundice menurun/hilang


2. Kadar hiperbilirubin membaik
3. Tanda vital membaik
4. Kebutuhan cairan terpenuhi
5. Menyusui efektif meningkat

Penelaah Kritis
Kepustakaan 1. Idai. Idai. Pedoman Nasional Pelayanan Dan Tata Laksana
Hiperbilirubinemia. 2019;(2):1–13.
2. Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata
laksana hiperbilirubinemia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI. 2019
3. Dennery PA, Seidman DS, Stevenson
DK. (2001). Hiperbilirubinemia neonatus . NEJM , 344 ( 8 ):
581–290. [ PubMed] [ Google Cendekia ]
4. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
5. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Ketua Komite Keperawatan Ketua

NIP.
NIP.

Anda mungkin juga menyukai