Anda di halaman 1dari 34

KEPAILITAN

DAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG


(PKPU)

Dasar Hukum:

UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004


TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
(UU KEPAILITAN & PKPU)
DR. SYAIFUL MAARIF, S.H., CN., MH., CLA
ADVOCATE & LEGAL CONSULTANT
KURATOR & PENGURUS

Managing Partners
SYAIFUL MA’AIF & PARTNERS Law Office
(SM&P LAW OFFICE)

Office :

Surabaya
Jalan Juwingan No. 120 Surabaya

Jakarta
Apartemen Salemba Residence
Tower A No. 1103, Jakarta Pusat

Bali
Pertokoan Luhur Artha Kencana Blok B No. 3, Jl. Diponegoro No. 180 Br. Eka Sila, Desa Dauh
Puri Kelod Denpasar Barat, Denpasar-Bali
PENGALAMAN ORGANISASI
DR. H. SYAIFUL MA’ARIF, SH.,CN.,MH.,CLA
TAHUN JABATAN

1999-2000 Ketua Presidium BKS OMNI (Organisasi Mahasiswa Notaris


Indonesia)
2000-2001 Ketua HIMANAIR ( Himpunan Mahasiswa Kenotariatan
Universitas Airlangga )
2012-2016 Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Pengurus Pusat IKA
(Ikatan Alumni) Universitas Airlangga
2011-2015 Ketua Bidang Advokasi IKA Fakutlas Hukum Universitas
Airlangga
2014-2016 Sekretaris persatuan Golf Yustisia Jawa Timur
2011- Sekarang Pembina Syaiful Ma’arif Institute ( SMI)
2013-2015 Sekretaris DPC Peradi Surabaya
2015-2020 Wakil Sekjen DPN Peradi Pusat
2018 Director Executive Advokat Muslim Indonesia
2020-2022 Ketua Ikatan Alumni Fakultas Hukum Unair
2020-2025 Wakil Ketua Umum DPN Peradi Pusat
2023-2028 Wakil Ketua Umum IKAPI
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
(PKPU)

Dasar Hukum:

Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 UU Kepailitan


& PKPU
DEFINISI & TUJUAN PKPU

Pasal 222 ayat (2) dan ayat (3) UU Kepailitan & PKPU:

(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban
pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi
tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor;
(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang
sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada Debitor diberi penundaan
kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
Kreditornya;

 Definisi PKPU:

UU Kepailitan & PKPU tidak memberikan definisi secara khusus yang dimaksud dengan
PKPU;
DEFINISI & TUJUAN PKPU

 Tujuan PKPU:

 Tercapainya perdamaian antara Debitor dengan Para Kreditornya tentang kewajiban


pembayaran utang;
 Debitor/Para Kreditor mempunyai keyakinan bahwa Debitor mampu untuk memenuhi
kewajiban pembayaran utang;

 Apakah kemampuan Debitor untuk melanjutkan kegiatan usahanya menjadi dasar atau
pertimbangan bagi Para Kreditor sebagai bahan untuk tercapainya perdamaian?
PERMOHONAN PKPU

Pasal 222 UU Kepailitan & PKPU:

(1) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor yang mempunyai lebih dari 1
(satu) Kreditor atau oleh Kreditor;
(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar
utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan
kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor;
(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya
yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada Debitor diberi
penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditornya;

 Syarat permohonan PKPU:


 Diajukan oleh Debitor;
 Diajukan oleh Kreditor:
 Mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor;
 Salah satu utang sudah jatuh waktu (jatuh tempo) dan dapat ditagih;
 Pembuktiannya bersifat sederhana;
AKIBAT PUTUSAN PKPU

Pasal 240 UU Kepailitan & PKPU:


(1) Selama penundaan kewajiban pembayaran utang, Debitor tanpa persetujuan pengurus tidak
dapat melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya.
(2) Jika Debitor melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurus berhak untuk
melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta Debitor tidak
dirugikan karena tindakan Debitor tersebut.
(3) Kewajiban Debitor yang dilakukan tanpa mendapatkan persetujuan dari pengurus yang timbul
setelah dimulainya penundaan kewajiban pembayaran utang, hanya dapat dibebankan kepada
harta Debitor sejauh hal itu menguntungkan harta Debitor.
(4) Atas dasar persetujuan yang diberikan oleh pengurus, Debitor dapat melakukan pinjaman dari
pihak ketiga hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta Debitor.
(5) Apabila dalam melakukan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) perlu diberikan
agunan, Debitor dapat membebani hartanya dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, sejauh pinjaman tersebut telah memperoleh
persetujuan Hakim Pengawas.
(6) Pembebanan harta Debitor dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), hanya dapat dilakukan
terhadap bagian harta Debitor yang belum dijadikan jaminan utang.

Debitor masih dapat melakukan pengurusan terhadap hartanya selama mendapat persetujuan
dari Pengurus PKPU (dan Hakim Pengawas dalam tujuan tertentu);
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PASCA
PUTUSAN PKPU

Pasal 228 ayat (6) UU Kepailitan & PKPU:


(6) Apabila penundaan kewajiban pembayaran utang tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disetujui,penundaan tersebut berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari setelah putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara
diucapkan.

 Ada atau tidaknya proposal perdamaian dari Debitor;


 Pengumuman koran oleh Pengurus PKPU;
 Jadwal Rapat Kreditor Pendahuluan;
 Batas waktu pengajuan/pendaftaran tagihan/piutang dan utang pajak;
 Rapat verifikasi tagihan/piutang dan tagihan pajak;
 Jadwal pembahasan rencana perdamaian;
 Jadwal pemungutan suara atas rencana perdamaian/PKPU Tetap/Perpanjangan PKPU Tetap;
 Jadwal Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim;
 Rapat Kreditor Pendahuluan;
 Pengajuan/pendaftaran tagihan/piutang;
 Rapat Verifikasi Tagihan/Piutang;
 Pembahasan Rencana Perdamaian;
 Pemungutan suara atas rencana perdamaian/PKPU Tetap/Perpanjangan PKPU
Tetap;
 Rapat Pemusyawaratan Majelis Hakim;
RAPAT KREDITOR PENDAHULUAN

 Penjelasan dari Pengurus PKPU tentang proses PKPU;


 Sehubungan dengan adanya Daftar (Pertelaan) Harta Debitor, Kreditor pemegang
jaminan kebendaan harus memastikan harta yang termasuk milik Debitor dan bukan
Debitor yang menjadi jaminan utang Debitor;
 Kreditor memperoleh informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan keadaan Debitor,
termasuk hal yang menyebabkan Debitor dalam status PKPU;
 Sikap Debitor atas status PKPU, apakah Debitor berencana mengajukan rencana
perdamaian atau tidak (Pasal 265 UU Kepailitan & PKPU);
 Bahan-bahan yang diperlukan oleh Kreditor;
 Historis tagihan lancar/tidak lancar;
 Analisa awal kemampuan Debitor untuk membayar kewajiban utang;
PENGAJUAN/PENDAFTARAN
TAGIHAN/PIUTANG

 Pendaftaran piutang harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan berdasarkan Penetapan
Hakim Pengawas (Pasal 268 ayat (1) huruf a UU Kepailitan & PKPU), apabila tagihan didaftarkan
lewat waktu, maka tagihan tersebut tidak dapat dimasukan ke dalam daftar tagihan (Pasal 278
ayat (3) dan (4) UU Kepailitan & PKPU);

 Hal-hal yang harus diperhatikan mengacu pada segala UU Kepailitan & PKPU, sebagai
berikut:
 Surat tagihan yang memuat sifat dan jumlah tagihan (Pasal 270 UU Kepailitan & PKPU);
 Bahwa mengacu pada ketentuan Pasal 273 ayat (1) jo. Pasal 275 ayat (1) UU Kepailitan &
PKPU), perhitungan atas pokok dan bunga ditentukan sampai dengan tanggal putusan PKPU;
 Dokumen-dokumen tagihan (Perjanjian Kredit, jaminan, dll);
 Rekening koran atau bentuk dokumen lainnya yang menunjukan tentang bukti tagihan atas
seluruh tagihan;
RAPAT PENCOCOKAN TAGIHAN/PIUTANG

 Memastikan seluruh tagihan diterima oleh Pengurus PKPU (Pasal 271 jo. Pasal 272 UU
Kepailitan & PKPU);

 Apabila terdapat selisih tagihan, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah meminta kepastian
terkait dengan hak suara kepada Hakim Pengawas (Pasal 229 ayat (2) jo. Pasal 280 UU
Kepailitan & PKPU);
RAPAT PEMBAHASAN RENCANA PERDAMAIAN

 Ada atau tidaknya i’tikad baik dari Debitor;


 Analisa atas penggunaan fasilitas pembiayaan yang telah diberikan sebelumnya (ada/atau
tidaknya side streaming);
 Sumber pembayaran (aset settlement dan/atau sisa hasil usaha);
 Keinginan dari Debitor untuk melanjutkan usahanya;
 Potensi resistensi dari supplier atau vendor sehubungan dengan keadaan PKPU;
 Potensi konsumen (buyer);
 Potensi dukungan dari Para Kreditor;
 Historis Debitor;
 Kemampuan Debitor menyelesaikan kewajibannya;
 Keadaan usaha debitor;
 Skema penyelesaian kewajiban dan sweetener-nya berupa initial payment;
 Potensi konsumen (buyer);
 Potensi kelangsungan usaha Debitor;
 Strategi pemulihan pasca homologasi;
 Peluang dan kemampuan pemasaran produk;
 Kapasitas operasional Debitor;
 Analisa keuangan;
 Sumber daya manusia;
RAPAT PEMBAHASAN RENCANA PERDAMAIAN

 Keadaan aset Debitor;


 Jenis aset (bergerak/tidak bergerak);
 Fungsi dalam kegiatan usaha terkait dengan utilitasnya dalam arus kas;
 Nilai (khususnya nilai likuidasi) dan rasionya dengan kewajiban;
 Penguasaan atas aset;
 Ketentuan Perbankan;
 Pasal 1 angka 25 POJK RI No. 40.POJK.03/2019 yang mengatur bahwa restrukturisasi kredit
adalah upaya yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap Debitor yang
kesulitan memenuhi kewajibannya;
 Pasal 53 POJK RI No. 40.POJK.03/2019 yang mengatur Bank hanya dapat melakukan
restrukturisasi kredit terhadap Debitor yang memenuhi kriteria (a) Debitor mengalami
kesulitasn pembayaran pokok dan/atau bunga kredit; dan (b) Debitor masih memiliki prospek
usaha yang baik dan dinilai mampu memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi;
 Bentuk restrukturisasi: penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu kredit,
pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit, penambahan
fasilitas kredit, konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara;
PEMUNGUTAN SUARA ATAS RENCANA
PERDAMAIAN/PKPU TETAP/PERPANJANGAN
PKPU TETAP

 Debitor mengajukan rencana perdamaian, selanjutnya dilakukan pemungutan suara


(voting) terhadap rencana perdamaian:
 Apabila diterima oleh Para Kreditor, maka akan dilaksanakan homologasi (Pasal 286 UU
Kepailitan & PKPU);
 Apabila ditolak, maka dinyatakan pailit (Pasal 289 UU Kepailitan & PKPU);

Mekanisme pemungutan suara diatur Pasal 281 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU:

Rencana perdamaian dapat diterima berdasarkan:


 
a. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau
sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268
termasuk Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280, yang bersama-sama mewakili paling
sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari
kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut; dan
 
b. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang piutangnya dijamin dengan gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir
dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari seluruh tagihan dari Kreditor tersebut
atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.
 
PEMUNGUTAN SUARA ATAS RENCANA
PERDAMAIAN/PKPU TETAP/PERPANJANGAN
PKPU TETAP

 Debitor mengajukan rencana perdamaian, tetapi pembahasan belum selesai, maka


Debitor harus mengajukan permohonan PKPU Tetap (Pasal 228 ayat (4) UU Kepailitan &
PKPU);
 Apabila diterima oleh Para Kreditor, maka Debitor akan diberikan perpanjangan menjadi
PKPU Tetap;
 Apabila ditolak, maka PT. CGA dinyatakan pailit;

Mekanisme pemungutan suara diatur Pasal 229 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU:

Pemberian penundaan kewajiban pembayaran utang tetap berikut perpanjangannya ditetapkan oleh
Pengadilan berdasarkan:
 
a. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau
sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh
tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam sidang tersebut; dan
 
b. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang piutangnya dijamin dengan gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir
dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan Kreditor atau kuasanya
yang hadir dalam sidang tersebut.
PEMUNGUTAN SUARA ATAS RENCANA
PERDAMAIAN/PKPU TETAP/PERPANJANGAN
PKPU TETAP

 Debitor belum mengajukan rencana perdamaian, tetapi mengajukan permohonan PKPU


Tetap (Pasal 228 ayat (4) UU Kepailitan & PKPU);
 Apabila diterima oleh Para Kreditor, maka Debitor akan diberikan perpanjangan menjadi
PKPU Tetap;
 Apabila ditolak, maka PT. CGA dinyatakan pailit;
Mekanisme pemungutan suara diatur Pasal 229 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU:
 Debitor tidak mengajukan rencana perdamaian, dan tidak mengajukan permohonan
PKPU Tetap, maka Debitor akan dinyatakan pailit (Pasal 228 ayat (5) jo. Pasal 230 ayat
(1) UU Kepailitan & PKPU);

Kreditor pemegang jaminan kebendaan adalah ketentuan Pasal 281 ayat (2) jo. Pasal 286
UU Kepailitan & PKPU yang mengatur bahwa Kreditor pemegang jaminan kebendaan
yang tidak menyetujui rencana perdamaian, tidak terikat pada perdamaian, serta akan
diberikan kompensasi sebesar nilai terendah di antara nilai jaminan atau nilai aktual
pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak agunan atas kebendaan;
TAHAP MUSYAWARAH MAJELIS HAKIM

 Putusan PKPU Tetap atau Perpanjangan PKPU Tetap;

 Putusan homologasi karena perdamaian disetujui;

 Putusan pailit karena pengadilan menolak melakukan homologasi walaupun perdamaian


telah disetujui Para Kreditor (Pasal 285 ayat (2) dan ayat (3) UU Kepailitan & PKPU);
KEPAILITAN

Dasar Hukum:

Pasal 2 sampai dengan Pasal 221 UU Kepailitan &


PKPU
DASAR KEPAILITAN

 Kepailitan yang berasal dari PKPU;

 Atas permohonan pernyataan pailit langsung;


DEFINISI & TUJUAN KEPAILITAN

 Definisi Kepailitan:
Pasal 1 angka 1 UU Kepailitan & PKPU:
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana
diatur dalam Undang- Undang ini.

 Tujuan Kepailitan: Pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit;


PERMOHONAN PAILIT

Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU:

(1) Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan,
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan & PKPU:

(4) Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang
terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi.

 Syarat permohonan Pailit:


 Diajukan oleh Debitor;
 Diajukan oleh Kreditor:
 Mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor;
 Salah satu utang sudah jatuh waktu (jatuh tempo) dan dapat ditagih;
 Pembuktiannya bersifat sederhana;
AKIBAT PUTUSAN PAILIT

Pasal 24 UU Kepailitan & PKPU:


(1) Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan;
(2) Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak pukul 00.00 waktu
setempat;
Debitor kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam
harta pailit;
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PASCA
PUTUSAN PAILIT

 Ada atau tidaknya proposal perdamaian dari Debitor (Kepailitan yang bukan dari
PKPU);
 Pengumuman koran oleh Pengurus PKPU;
 Jadwal Rapat Kreditor Pendahuluan;
 Batas waktu pengajuan/pendaftaran tagihan/piutang dan utang pajak;
 Rapat verifikasi tagihan/piutang dan tagihan pajak;
 Jadwal pembahasan rencana perdamaian (Kepailitan yang bukan dari PKPU);
 Jadwal pemungutan suara atas rencana perdamaian/PKPU Tetap/Perpanjangan PKPU Tetap
(Kepailitan yang bukan dari PKPU);
 Rapat Kreditor Pendahuluan;
 Pengajuan/pendaftaran tagihan/piutang;
 Rapat Verifikasi Tagihan/Piutang;
 Pembahasan Rencana Perdamaian (Kepailitan yang bukan dari PKPU);
 Pemungutan suara atas rencana perdamaian/PKPU Tetap/Perpanjangan PKPU
Tetap (Kepailitan yang bukan dari PKPU);
 Masa Insolven;
 Masa Hak Pemegang Jaminan kebendaan Untuk Mengeksekusi sendiri;
 Daftar Pembagian;
RAPAT KREDITOR PENDAHULUAN

 Penjelasan dari Kurator tentang proses kepailitan;


 Sehubungan dengan adanya Daftar (Pertelaan) Harta Debitor, Kreditor pemegang
jaminan kebendaan harus memastikan harta yang termasuk milik Debitor dan bukan
Debitor yang menjadi jaminan utang Debitor;
 Kreditor memperoleh informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan keadaan Debitor,
termasuk hal yang menyebabkan Debitor dalam status pailit;
 Sikap Debitor atas status pailit, apakah Debitor berencana mengajukan rencana
perdamaian atau tidak (Pasal 144 UU Kepailitan & PKPU);
 Bahan-bahan yang diperlukan oleh Kreditor;
 Historis tagihan lancar/tidak lancar;
 Analisa awal kemampuan Debitor untuk membayar kewajiban utang;
PENGAJUAN/PENDAFTARAN
TAGIHAN/PIUTANG

 Pendaftaran piutang harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan berdasarkan Penetapan
Hakim Pengawas (Pasal 113 UU Kepailitan & PKPU), apabila tagihan didaftarkan lewat waktu,
maka tagihan tersebut tidak dapat dimasukan ke dalam daftar tagihan (Pasal 133 UU Kepailitan &
PKPU);

 Hal-hal yang harus diperhatikan mengacu pada segala UU Kepailitan & PKPU, sebagai
berikut:
 Surat tagihan yang memuat sifat dan jumlah tagihan (Pasal 115 UU Kepailitan & PKPU);
 Pasal 60 ayat (3) jo. Pasal 138 UU Kepailitan & PKPU, untuk menjaga segala kemungkinan
kurangnya pembayaran dari hasil eksekusi jaminan kebendaan, maka dalam surat tagihan
tersebut harus dinyatakan bahwa kekurangan tersebut dimintakan pembayarannya dari harta
pailit lainnya dengan status kreditor konkuren;
 Pasal 137 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU, cut off date nilai tagihan pada tanggal putusan
pailit diucapkan;
 Pasal 134 ayat (2) UU Kepailitan & PKPU, bahwa terhadap bunga yang dijamin dengan hak
agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan pencocokan piutang secara
pro memori;
 Dokumen-dokumen tagihan (Perjanjian Kredit, jaminan, dll);
 Rekening koran atau bentuk dokumen lainnya yang menunjukan tentang bukti tagihan atas
seluruh tagihan;
RAPAT PENCOCOKAN TAGIHAN/PIUTANG

 Memastikan seluruh tagihan diterima oleh Kurator;

 Apabila terdapat selisih tagihan, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah bantahan (renvoy
procedure) (Pasal 127 jo. Pasal 128 UU Kepailitan & PKPU);
RAPAT PEMBAHASAN RENCANA PERDAMAIAN

Analisa atas rencana perdamaian sama dengan dalam proses PKPU;

Perbedaannya terkait dengan mekanisme pengambilan keputusan (voting);

Mekanisme pemungutan suara diatur Pasal 151, Pasal 152, dan Pasal 153 UU Kepailitan & PKPU:

Pasal 151 UU Kepailitan & PKPU:

Rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari 1/2 (satu perdua)
jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk sementara
diakui, yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui
atau yang untuk sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat
tersebut.
RAPAT PEMBAHASAN RENCANA PERDAMAIAN

Pasal 152 UU Kepailitan & PKPU:

(1) Apabila lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang hadir pada rapat Kreditor dan mewakili
paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari jumlah piutang Kreditor yang mempunyai hak suara
menyetujui untuk menerima rencana perdamaian maka dalam jangka waktu paling lambat 8
(delapan) hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, diselenggarakan pemungutan suara
kedua, tanpa diperlukan pemanggilan.
(2) Pada pemungutan suara kedua, Kreditor tidak terikat pada suara yang dikeluarkan pada
pemungutan suara pertama.

Pasal 153 UU Kepailitan & PKPU:

Perubahan yang terjadi kemudian, baik mengenai jumlah Kreditor maupun jumlah piutang, tidak
mempengaruhi sahnya penerimaan atau penolakan perdamaian.
.
SIDANG MAJELIS HAKIM

 Putusan homologasi karena rencana perdamaian diterima (Pasal 159 ayat (1) UU
Kepailitan & PKPU);
 Putusan penolakan pengesahan perdamaian walaupun rencana perdamaian diterima
(Pasal 159 ayat (2) UU Kepailitan & PKPU);

Yang harus diperhatikan terkait dengan hal ini adalah:

 Pasal 162 UU Kepailitan & PKPU;

Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua Kreditor yang tidak mempunyai hak
untuk didahulukan, dengan tidak ada pengecualian, baik yang telah mengajukan diri
dalam kepailitan maupun tidak.

 Pasal 178 UU Kepailitan & PKPU menentukan bahwa debitor pailit dinyatakan dalam
keadaan insolven apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana
perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan
perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
MASA SEBELUM DAN SESUDAH INSOLVEN

 Bahwa berdasarkan Pasal 55 ayat (1) jo. Pasal 56 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU
mengatur bahwa hak eksekusi kreditor pemegang jaminan kebendaan ditangguhkan
untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari atau dikenal sebagai masa
penangguhan (stay), kecuali (i) jangka waktu tersebut diakhiri lebih cepat atau debitor
dinyatakan insolven (Pasal 57 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU), (ii) atas permohonan
kreditor untuk mengangkat penangguhan (Pasal 57 ayat (2) UU Kepailitan & PKPU);

 Pasal 178 UU Kepailitan & PKPU menentukan bahwa debitor pailit dinyatakan dalam
keadaan insolven apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana
perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan
perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
MASA HAK UNTUK MENGEKSEKUSI SENDIRI
PEMEGANG JAMINAN KEBENDAAN

 Bahwa mengacu pada ketentuan Pasal 59 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU, BANK JATIM
sebagai Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan harus melaksanakan haknya
tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah dimulainya keadaan
insolvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 ayat (1) UU Kepailitan & PKPU;
 Bahwa mengacu pada ketentuan Pasal 59 ayat (2) UU Kepailitan & PKPU, setelah
lewatnya jangka waktu 2 (dua) bulan hak eksekusi sendiri oleh kreditor pemegang
jaminan kebendaan dilaksanakan, maka Kurator harus menuntut diserahkannya benda
yang menjadi agunan untuk selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 185 UU Kepailitan & PKPU (lelang oleh Kurator atau penjualan
dibawah tangan);
TAHAP PEMBAGIAN

 Bahwa mengacu pada ketentuan Pasal 188 sampai dengan 192 UU Kepailitan dan
PKPU, atas hasil penjualan harta pailit, Kuarator harus menyusun daftar pembagian yang
menentukan bagian-bagian atau hak-hak masing-masing kreditor atas hasil penjualan
harta pailit tersebut;

 Bahwa apabila Kreditor keberatan atas bagiannya sebagaimana daftar pembagian


tersebut, maka berdasarkan Pasal 193 UU Kepailitan & PKPU, Kreditor dapat
mengajukan perlawanan atas daftar pembagian tersebut;
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai