Anda di halaman 1dari 26

Manajemen TB di

Tempat Kerja
dr. Tri Hari Irfani, MPH

Webinar Bulan K3 Nasional di Sumbagsel


4 Februari 2023
Gambaran TB di Tempat Kerja

Menurut data Global Report TB dari WHO (World Health Organization),


Indonesia menempati peringkat ke dua terbanyak jumlah insiden kasus
TB dengan jumlah kasus terbanyak.

Kasus terbanyak terdapat pada usia produktif kerja (≥15 tahun).


Notifikasi kasus yang berhasil dilakukan di Indonesia dari seluruh
jumlah insiden kasus TB masih rendah dengan angka kematian yang
cukup tinggi.

2

ILO (International Labour Organization) tahun
2013 menjelaskan bahwa terdapat 2,34 juta
orang meninggal setiap tahun terkait pekerjaan
baik penyakit maupun kecelakaan

2,2 juta kasus meninggal terkait Penyakit Akibat


Kerja

Dari 2,2 juta kematian per tahun, terdapat 800


ribu diantaranya disebabkan oleh faktor risiko
ditempat kerja, seperti bahan kimia
karsinogenik, partikulat yang ada di udara, risiko
ergonomik dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS dan TB
3
Terdiagnosis
Banyak Kasus dilapangan

Berobat

Bergejala Tidak Berobat

Rendahnya Kasus Yang diLaporkan Tidak Bergejala & Tidak Berobat


BIG
CONCEP
T
Bring the attention of your audience over
a key concept using icons or illustrations
Pelacakan secara agresif; Layanan diagnostik
maupun pengobatan TBC harus terus tetap
berlangsung; Upaya lintas sektor 5
Apa itu TBC?

6
Want big impact? Use big image.

7
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI
TEMPAT KERJA
1. Penyusunan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja
2. Sosialisasi, Penyebaran Informasi dan Edukasi Tuberkulosis di Tempat Kerja
3. Penemuan Kasus Tuberkulosis
4. Penanganan Kasus Tuberkulosis
5. Pemulihan Kesehatan

Permenaker No. 13 Tahun 2022 Tentang Penanggulangan


Tuberkulosis di Tempat Kerja 8
Penyusunan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat
Kerja
1. Komitmen dalam melakukan Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat
Kerja  1. Pembentukan Tim DOTS (Directly Observed Treatment Short-
Course), 2. SOP Penanggulangan TB di Tempat Kerja. 3. Membentuk
Jejaring Penanggulangan TB (Program PPM (Public - Private Mix ))
2. Program Kerja Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja
3. Penghapusan Stigma dan Diskriminasi pada Pekerja/Buruh yang menderita
TB

Permenaker No. 13 Tahun 2022 Tentang Penanggulangan


9
Tuberkulosis di Tempat Kerja
Panduan Bersama Kemenkes dan Kemenaker 2015 10
Sosialisasi, Penyebaran Informasi dan Edukasi Tuberkulosis di Tempat
Kerja
1. Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis
2. Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Etika Batuk
3. Peningkatan Daya Tahan Tubuh, Edukasi Dampak Penyakit dan melakukan
Pemeliharaan dan Perbaikan Kualitas Tempat Kerja

Permenaker No. 13 Tahun 2022 Tentang Penanggulangan


11
Tuberkulosis di Tempat Kerja
Penggunaan Masker, Etika Batuk,
CTPS

12
Penemuan Kasus Tuberkulosis
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal dan Berkala Bagi Pekerja/Buruh
2. Pemeriksaan Kesehatan Kelompok Berisiko
3. Investigasi dan Pemeriksaan Kontak Erat di Tempat Kerja

13
Alur Penemuan Kasus dan Tatalaksana TB di Tempat
Kerja

14
Algoritma Diagnosis TB Terduga TBC

Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistan* MTB pos Rif sensitif ** MTB Negatif
Indeterminate** invalid

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan molekuler (LPA Pemeriksaan paket standar TCM***
lini dua / TCM XDR dll.) uji kepekaan fenotipik Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan / antibiotik spektrum
Pemeriksaan uji kepekaan pengobatan luas
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang Gambaran paru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB / tampak normal/
Resistan
Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
INH
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC Pengobatan TBC
Pengobatan TBC RO TBC Lanjutkan
RO paduan jangka SO dengan OAT Bukan TBC
paduan individu monoresistan OAT lini satu
pendek lini satu
INH

* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari kriteria **Inisiasi pengobatan *** Pengulangan hanya 1 kali. Hasil
terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. dengan OAT lini satu pengulangan yang menjadi acuan
15
7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat
Kerja
1 • Penentuan diagnosis klinis
2 • Pajanan yang dialami pekerja
3 • Hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis
4 • Penentuan besarnya pajanan yang diterima
5 • Faktor individu
6 • Faktor lain di luar pekerjaan
7 • DIAGNOSIS OKUPASI 17
Konsensus Penyakit Akibat Kerja (PAK) 2018
Diagnosis Penyakit Akibat
Kerja
Langkah:
1. Diagnosis Klinis : Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
2. Pajanan : Anamnesis Pajanan Mtb dan atau pajanan debu dan bahan lain yang memperberat
terjadinya TB
3. Hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis : Berdasarkan evidence
4. Besarnya Pajanan yang diterima: Lama kontak erat yang pekerja dengan BTA (+)
5. Faktor Individu : Kebiasaan merokok, status gizi, atau kebiasaan menggunaan APD
6. Faktor Lain di luar pekerjaan : Kontak dengan individu BTA (+) diluar pekerjaan
7. Menentukan Diagnosis Okupasi : Bukti adanya kontak dengan individu dengan BTA (+) di
Tempat Kerja. 19
Penanganan Kasus Tuberkulosis
1. Pekerja / Buruh yang terdiagnosis Tuberkulosis diobati sesuai
Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis Nasional
2. Pengusaha dan Pengurus memberikan surat istirahat sakit paling
sedikit 2 Minggu pada tahap awal pengobatan dan / atau sesuai
rekomendasi dokter
3. Melakukan Pemantauan kepatuhan, kemajuan, dan hasil
pengobatan
20
Pengobatan Kasus TB di Tempat
Kerja
▸ Pengobatan TB SO  Selama 6 Bulan, 9 Bulan dengan
komorbid DM
▸ Pengobatan dilakukan di PPK 1 termasuk klinik perusahaan 
Melakukan kerjasama MOU dengan Dinkes/Puskesmas
Wilayah kerja
▸ Pemantauan Selama Pengobatan

21
Pengobatan Kasus TB di Tempat
Kerja
▸ Pengobatan TB RO  Selama 9 Bulan, Individual 18-24 Bulan
dengan kondisi tertentu seperti XDR atau kontraindikasi
pengobatan shorter regimen
▸ Pengobatan dilakukan di FKRTL dan klinik perusahaan bisa
menjadi satelit  Melakukan kerjasama MOU dengan
Dinkes/Puskesmas/Rumah Sakit Wilayah kerja
▸ Pemantauan Selama Pengobatan
22
Penentuan Status Laik Kerja (Fit to
Work)
▸ Dilakukan oleh dokter
1. Laik Kerja  BTA (-), Klinis Baik
2. Laik Kerja dengan catatan  Penyesuaian tempat kerja, lebih lambat dalam bekerja,
pembatasan waktu kerja
3. Tidak Laik Kerja Sementara  Klinis kurang baik/memburuk, menunggu hasil pemeriksaan
BTA, BTA (+) selama pemantauan.
4. Tidak Laik Kerja untuk pekerjaan tertentu  klinis tidak memungkinkan untuk melakukan
pekerjaan tertentu
5. Tidak Laik Kerja untuk semua pekerjaan  Kondisi Klinis pekerja tidak memungkinkan
pekerja untuk melakukan semua pekerjaan
23
Pencatatan dan Pelaporan
1. SISTEM INFORMASI TUBERKULOSIS
(SITB)
2. WIFI TB

24
Place your screenshot here

25
TERIMA KASIH

26

Anda mungkin juga menyukai