MODERNISASI Modernisasi merupakan perubahan dalam segala aspek kawasan pemikiran dan aktivitas manusia sesuai dengan perkembangan zaman.
Modernisasi berarti proses perubahan dari cara-cara tradisional ke
cara-cara baru yang lebih maju, di mana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan modernisasi ialah proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi ini muncul akibat pengaruh dari budaya Barat. Jadi,
tidak kaget jika gaya dan pergeseran sikap serta mentalitas masyarakat sekitar, yang meniru gaya hidup kebarat-baratan. Modernisasi juga dikenal lebih identik dengan yang namanya liberalis. Maka dari itu, muncul beberapa perbedaan pemikiran dan tindakan dikalangan masyarakat Islam. Islam sendiri telah membuktikan bahwa Islam bukanlah agama yang memberontak adanya modernisasi. Justru islamlah yang menjadi pelopor munculnya modernisasi. Ada 3 sikap yang diambil oleh masyarakat Islam dalam menyikapi modernisasi, yakni; menerima tanpa ada sikap dan pikiran kritis, mengutuk bangsa barat atas seluruh budayanya, mengambil budaya barat yang positif dan membuang serta menghindari budaya yang menurut mereka negatif.
umat Islam kebingungan ketika dihadapkan dengan munculnya
modernisasi ini, kemudian muncul pula 3 golongan yang masing- masing berbeda dalam menanggapi segala sesuatu yang datang dari bangsa Barat tersebut, antara lain yakni: - Golongan yang melarang keras apa-apa yang datangnya dari bangsa Barat. - Golongan yang menerima secara terbuka segala sesuatu yang datangnya dari bangsa Barat. - Golongan menyaring terlebih dahulu segala sesuatu yang berasal dari bangsa Barat, apa yang sesuai mereka manfaatkan, apa yang tidak sesuai mereka buang jauh-jauh. ISLAM DAN MODERNITAS Al-Qur’an turun dengan deklarasi kelengkapan aturannya untuk kehidupan manusia seperti yang tercantum pada An- Nahl ayat 89 berikut: “Dan kami turunkan kepadamu kitab ini untuk menerangkan segala perkara” Sebagai kebenaran otoritatif, tentu tidak bisa dibantah bahwa islam hadir untuk menyelesaikan segala problema. Pertanyaannya, bagaimana problema peradaban manusia yang semakin hari semakin rumit bisa diselesaikan dengan sebuah kitab dan kumpulan sunnah Islam memandang bahwa domain aturan manusia itu dibagi menjadi dua. Pertama, yang sifatnya wajib terikat dengan syara’. Kedua, yang Islam membolehkan akal manusia menyelesaikannya. Domain pertama menyangkut hal-hal yang sudah tercantum dalam Al-Qur’an dan sunnah: tata cara sholat, haji, makan, minum, membagi waris, mengangkat pemimpin, mengatur baitul maal, mengatur kepemilikan sumber daya alam, dan sebagainya. Aturan Islam pada wilayah ini mengatur -baik secara langsung maupun tidak langsung- hal-hal yang sudah menjadi ketetapan bagi manusia tadi, yakni adanya needs dan wants pada diri manusia. Sedangkan domain kedua, identik dengan tipe “mubah”. Domain ini menyangkut sains dan teknologi, suatu wilayah yang sering dinisbatkan dengan peradaban. Manusia diberikan iklim bereksperimen yang seluas-luasnya. Semangat itu lahir dari hadits “kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian” yang disabdakan Rasul berkaitan dengan teknis penyerbukan kurma. Al-Qur’an dan Sunnah bukan hadir dalam bentuk karangan ilmiah yang bisa menjawab tantangan modernitas Iptek. Namun Al-Qur’an mendeklarasikan diri sebagai kitab yang memuat petunjuk tak terbantahkan bagi orang yang bertaqwa. Petunjuk soal bagaimana mengurus needs dan wants manusia.
Tidak bisa dibayangkan bila Al-Qur’an memuat ratusan
ribu paper karya ilmiah yang itu selalu updated tiap harinya. Al- Qur’an akan menjadi sangat tebal, hingga menghilangkan sifatnya yang mudah dihafal.
Namun demikian Al-Qur’an dan sunnah hadir dalam rangka mewarnai
spirit manusia dalam mengembangkan Iptek: untuk apa dan bagaimana batasan-batasan pengembangan Iptek Islam Menjawab Tantangan Islam sudah ‘cukup puas’ untuk memberi guideline pada domain pertama, yakni domain yang tidak akan berubah sepanjang masa. Manusia tetap memiliki dorongan needs dan wants sampai kapanpun, yang berubah hanya dalam cara dan alat pemenuhannya saja. Islam Menjawab Tantangan perkembangan teknologi hanya mempengaruhi kompleksitas cara manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya. Islam sudah cukup bisa dikatakan “mengatur segala perkara” –juga menjawab modernitas- karena dia mengatur yang tidak akan berubah pada diri manusia. Wilayah yang menjadi obligasi syara’ adalah wilayah yang sudah qadha’ (ketetapan)-nya manusia, yakni needs dan wants. TERIMAKASIH