Anda di halaman 1dari 14

MEREALISASIKAN

MAQASHID
S YA R I A H D A L A M
MANAJEMEN
K E K AYA A N
KONSEP WEALTH MANAGEMENT

Istilah wealth management berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari 2
suku kata, yaitu wealth dan management yang berarti mengelola kekayaan
yang dimiliki agar berguna di masa sekarang dan akan datang. Menurut
Aldren Hayman, wealth managemet adalah proses pengelolaan aset yang
dimiliki oleh perorangan ataupun keluarga yang berguna atau
bertambah/berkurang nilainya di masa akan datang. Proses wealth
management terdiri dari penciptaan (creation), akumulasi (accumulation),
proteksi (protection) dan distribusi (distribution) harta.
Dalam konsep Dalam Islam, Proses wealth
konvensional, salah satu integrasi nilai-nilai management dalam
elemen penting dalam ilahi dan manajemen Islam pun sama
manajemen harta adalah harta (wealth dengan proses yang
suku bunga yang di gunakan
management) ada, tetapi
untuk proses akumulasi dan
merupakan satu ditambahkan dengan
proteksi harta.
keutuhan yang tidak proses pensucian
terpisahkan. harta dimana zakat
sebagai variabelnya.
Konsep harta secara jelas dapat dipelajari melalui Qur’an dan
hadist yang merupakan rujukan utama umat Islam seperti
dalam Surah al-Maidah 120, yang menjelaskan bahwa harta
adalah mutlak milik Allah dan manusia adalah pemegang
amanah tersebut:”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan apa yang ada didalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
WEALTH CREATION

Dalam proses penciptaan harta (wealth creation) pun diatur oleh syariah yaitu
mendapatkannya dengan cara-cara yang halal bukan dengan cara yang haram.
Beberapa cara mendapatkan harta bisa melalui proses bekerja (An-Najm: 39-40),
berdagang (An-Nissa:29), warisan (An-Nissa:7-10), hibah (AlBaqarah:177) dan
jual beli (Al-Baqarah;275).
WEALTH ACCUMULATION
Wealth accumulation (akumulasi) juga bukan lah sesuatu yang asing dalam
perekonomian Islam, dalam Surah al-Zukhruf, 3a2 yang menjelaskan bahwa rahmat
Tuhanmu adalah lebih baik daripada harta yang mereka kumpulkan, maka akan lebih
baik baik jika akumulasi harta berkah dan dirahmati oleh Allah SWT. Bentuk
aktivitas dari proses kedua ini melalui saving, bekerja, bisnis dan investasi yang
diikat melalui aturan-aturan syariah. Dalam Islam harta tidak bisa dibiarkan diam,
tetapi harus segera diinvestasikan dengan etika yang baik. Pendapatan yang diterima
dari investasi harus berasal dari hubungan kerjasama antara pemodal dan pemilik
usaha, larangan spekulasi, maysir (judi) dan gharar (ketidakpastian). Untuk produk-
produk ini terlihat di sektor perbankan Islam atau pasal modal Islam.
WEALTH PROTECTION

Adapun untuk wealth protection berhubungan dengan produk-produk


asuransi yang bertujuan untuk mengurangi resiko-resiko dalam bentuk
kerugian atau bencana. Dalam keuangan Islam prakteknya dikenal
dengan takaful. Takaful secara harfi ah berarti jaminan, sedangkan secara
istilah modern diasosiakan dengan jaminan seseorang terhadap
kelompoknya dengan tujuan kebajikan yang menjaga maslahat anggota
dan menanggung resiko yang ditanggung anggota
WEALTH DISTRIBUTION

Pada proses yang keempat, wealth distribution (distribusi harta) sangat


memegang peranan penting sebagai fungsi jaminan sosial untuk mengurangi
ketimpangan ekonomi antara masyarakat kaya dan miskin sebagaimana
dijelaskan dalam Surah alHasyr, 7:”…agar harta itu jangan beredar diantara
orang-orang kaya saja diantara kamu…” variable variabel yang digunakan
seperti hibah, sedekah, wakaf, nazar, faraid (warisan), dan wasiyat. Dari variabel-
variabel ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu distribusi harta ketika masih hidup dan
sesudah meninggal dunia.
WEALTH PURIFICATION

Proses terakhir adalah wealth purification (penyucian harta). Selain sebagai rukun
Islam yang tiga, zakat merupakan variabel inti dari proses penyucian harta
manusia karena pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian. Selain sebagai
berfungsi sebagai penyuci harta, zakat juga sebagai variabel keadilan ekonomi
yang pembagian distribusi asnaf sudah jelas. Karena itu tujuan untuk mensucikan
zakat ada dua, yaitu: untuk membersihkan pendapatan dan memberikan sebagian
dari hartanya kepada yang berhak.
APLIKASI MAQASHID SYARIAH DALAM
ANALISA KEBUTUHAN KEUANGAN
1. Dharuriyat
Kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh seorang individu dan
keluarganya adalah kebutuhan fisik dan spritualnya yang direalisasikan
dalam bentuk kebutuhan akan makanan, pakaian, perlindungan dan
pendidikan. Dalam Islam pemenuhan kebutuhan dasar ini direalisasikan
dalam pemenuhan maqashid alkhamsah untuk menjamin keseimbangan
kebututuhan hidup (aspek material dan spirtual) di masyarakat. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut diantaranya adalah: • Agama (Al-Din)
• Jiwa (Al-Nafs)
• Keturunan (Al-Nasl)
• Akal (Al-’Aql)
• Harta (Al-Mal)
2. Hajiyat
Fungsi hajiyat adalah untuk menghilangkan kesempitan dan kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar (dharuriyat) manusia. Dalam pengelolaan kekayaan
atau harta dapat direalisasikan dengan bentuk alokasi kebutuhan yang dapat
mempermudah aktivitasaktivitas ekonomi seperti pembelian kendaraan dan
rumah.
3. Tahsiniyat
Tahsiniyat atau kamaliyat adalah segala sesuatu yang tujuan
tidak untuk merealisasikan maqashid al-khamsah dan tahsiniyat
melainkan untuk menjaga kehormatan dari maqashid al-khamsah itu
sendiri. Pada tingkatan ini lebih difokuskan kepada cara atau etika
manusia dalam melaksanakan pengelolaan hartanya.
KESIMPULAN

Maqashid syariah adalah komitmen yang direalisasikan individu dalam


mencapai falah (kesuksesan dunia dan akhirat). Konsep ini berhubungan dengan
pemenuhan tingkat kebutuhan, yaitu dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat. Dalam
pengelolaan kekayaan secara Islam perlu dianalisa dalam menentukan skala
prioritas manajemen harta yang berkesesuain dengan tujuantujuan syariah
(maqashid syariah). Dengan terpenuhinya kebutuhan maqashid al-khamsah ini
memberikan maslahat (manfaat) di dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai