Anda di halaman 1dari 15

Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 3 No. 2, September 2021


 
 

Vol 3. No. 2, September 2021 

Kebutuhan  dan Pengelolaan Harta 
Dalam  Maqashid Syariah 
   
Muhammad Irwan* 
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Mataram 
 
*Corresponding email:  dae.wan65@yahoo.com 

Info Artikel  ABSTRAK 
Kata Kunci: Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kebutuhan dan
Kebutuhan, Pengelolaan, pengelolaan harta dalam Maqashid syariah. Harta merupakan salah
Harta, Maslahah, Maqashid, satu kebutuhan pokok bagi manusia, karena akan menentukan
syariah kualitas kehidupannya baik masa sekarang maupun masa
mendatang. Harta yang dimiliki oleh manusia harus memberi
kemanfaatan (maslahah) baik bagi dirinya maupun bagi orang lain
dan menghindari terjadinya kerusakan (mufsadat) yang dapat
merugikan manusia itu sendiri. Maslahah merupakan tujuan syariah
(maqashid syariah) dan menjadi inti utama dari syariah itu sendiri
dan bersifat umum dan universal. Pengelolaan harta bagi manusia
dimaksudkan untuk menggunakan harta dan membelanjakan sesuai
dengan perencanaan. Pengelolaan harta dilakukan dengan
mendistribusikan dan tidak menimbunnya karena berdampak pada
terganggunya aktivitas ekonomi. Distribusi harta dan tidak
menimbun dapat menghindarkan manusia dari sikap pelit, kikir,
sombong dan individualis. Pengelolaan harta terdapat terdapat 5
langkah yang dilakukan yaitu Wealth creation/Accumulation atau
penciptaan harta; (2) Wealth Consumption atau konsumsi harta; (3)
Wealth purification atau penyucian harta; (4) Wealth Distribution
atau distribusi harta; dan (5) Wealth protection atau perlindungan
harta.

1. PENDAHULUAN keilmuan, permasalahan harta menjadi isu


Aktivitas kehidupan manusia dengan pokok dalam ilmu ekonomi. Pembahasan
bekerja sehari-hari tujuan akhirnya bermuara harta menjadi sangat sentral, lantaran ia
kepada pemenuhan berbagai kebutuhan salah seringkali menjadi konflik dalam hubungan
satunya adalah harta. Tidaklah antar manusia (Al-Faizin dan Zain, 2018).
mengherankan, pembahasan dan Sistem-sistem ekonomi baik sistem ekonomii
pembicaraan tentang harta menjadi bagian konvensional (kapitalis dan sososial) maupun
tak terpisahkan dalam perjalanan kehidupan ekonomi Islam menempatkan harta menjadi
manusia. Demikian halnya dalam dunia

M. Irwan 160  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
sebuah kajian utama dengan sudut pandang Islam terhadap masalah harta, karena
yang berbeda. berdampak pada kehidupan manusia bahkan
Ikhtiar manusia untuk memenuhi dapat memempatkan manusia menjadi
kebutuhan hidup semakin kompleks sehingga makhluk yang mulia maupun yang terhina.
diperlukan adanya pengorbanan dan Harta merupakan salah satu
persaingan yang keras untuk memperoleh kebutuhan esensial atau dasar bagi manusia,
harta. Kebutuhan manusia berbeda antara karena akan menentukan kualitas
satu dengan lainnya dan mengalami kehidupannya baik masa sekarang maupun
peningkatan serta bervariatif. Kebutuhan masa mendatang. Menurut Aprianto (2017),
manusia dalam paradigma ekonomi harta dalam pandangan Islam pada
konvensional dikatakan tidak terbatas hakekatnya merupakan milik Allah, dimana
sementara sumberdaya alam sifatnya terbatas Allah telah menyerahkan kepada manusia
yang menyebabkan terjadinya kelangkaan untuk menguasai harta tersebut sehingga
atau kekurangan sumberdaya (Sukirno, orang tersebut sah memiliki hartanya. Untuk
2015). Kelangkaan akan barang dan jasa itu dalam pandangan Islam harta memiliki
timbul bila kebutuhan (keinginan) seseorang kedudukan yang penting. Harta yang
atau masyarakat ternyata lebih besar dari dimiliki oleh manusia harus memberi
tersedianya barang dan jasa tersebut. Jadi, kemanfaatan (maslahah) baik bagi dirinya
kelangkaan itu akan muncul apabila tidak maupun bagi orang lain dan menghindari
cukup barang dan jasa untuk memenuhi terjadinya kerusakan (mufsadat) yang dapat
kebutuhan dan keinginan tersebut (Nasution, merugikan manusia itu sendiri. Maslahah
dkk, 2006). merupakan tujuan syariah (maqashid
Ekonomi Islam yang menerapkan syariah) dan menjadi inti utama dari syariah
nilai-nilai Ilahiah bertujuan untuk itu sendiri dan bersifat umum dan universal.
menghantarkan manusia memenuhi Maqasyid syariah bertujuan untuk
kebutuhan materinya di dunia sehingga menegakkan kemaslahatan manusia sebagai
tercapai kesejahteraan yang akan membawa makhluk sosial, yang mana ia harus
kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan --
atau falah (P3EI, 2008). Istilah falah merujuk pada akhirnya nanti--pada Allah (Fauzia dan
kepada kebahagian spritual moral, dan sosial Riyadi, 2014). Harta yang menjadi
ekonomi di dunia dan kesuksesan di akhirat kebutuhan pokok bagi manusia dalam
(Chaudry, 2012). Falah adalah kemuliaan kehidupannya harus dapat dijaga dan
dan kemenangan dalam hidup. Istilah falah dipelihara keberadaannya. Di samping itu,
menurut Islam diambil dari kata-kata Al- terjaminnya harta yang berada pada setiap
Qur’an yang sering dimaknai sebagai manusia bergantung cara mengelolanya yang
keberuntungan jangka panjang dunia dan tentunya harus sesuai dengan kaidah hukum
akhirat, sehingga tidak hanya memandang syariah. Semuanya yang telah digariskan
aspek material namun justru lebih ditekankan oleh Islam berkenaan dengan harta bagi
pada aspek spritual (Aravik dan Fakhry manusia tiada lain untuk menghantarkan
Zamzam, 2020). manusia berada dalam kebahagiaan hidup
Harta dalam ekonomi islam menjadi baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu
fokus pembahasan karena berkenaan dengan dapat terwujud bila manusia mampu
kemaslahatan hidup manusia baik individu menjalankan dan menerapkan tujuan syariah
maupun bersama (sosial). Al-Qur’an, Al- (maqashid syariah) dalam menjalani proses
hadis maupun ijtihad para ulama sebagai kehidupannya di dunia. Tulisan ini bertujuan
sumber hukum ekonomi Islam telah untuk mendeskripsikan kebutuhan dan
memberikan batasan yang jelas tentang harta. pengelolaan harta dalam Maqashid Syariah.
Manusia yang berkaitan langsung dengan Uraian ini akan memberikan sumbangsih
harta telah diberi petunjuk tentang cara pemahaman terhadap pemecahan terhadap
memperoleh, mengelola harta yang berada cara dan ikhitar manusia untuk memenuhi
pada dirinya. Manusia sebagai khalifah Allah berbagai kebutuhan hidup salah satunya
wajib untuk melakukan ibadah termasuk adalah harta.
bekerja untuk mencari harta. Penekanan

M. Irwan 161  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
2. TINJAUAN PUSTAKA Karenanya manfaat tidak masuk ke dalam
bagian harta, karena tidak mempunyai wujud;
Pengertian Harta (6) benda yang dapat dijadikan harta, dapat
Harta memiliki makna yang beragam disimpan untuk waktu tertentu, atau untuk
tergantung dari sudut pandang orang yang waktu yang lama dan dipergunakan diwaktu
mendefinisikannya. Harta bagi sebahagian ia dibutuhkan.
orang dapat disamakan dengan kekayaan Berdasarkan beberapa definisi harta di
berupa benda yang dimiliki baik yang atas dapat diketahui harta merupakan segala
bergerak maupun yang tidak bergerak yang sesuatu yang diinginkan oleh manusia dan
menjadi kekuasaan dan miliknya. Pengertian dibutuhkannya, kemudian dimanfaatkan
harta mengacu pada beberapa penulis seperti untuk memenuhi berbagai kebutuhan
(1) Ath-Tharsyah (2004) memandang harta hidupnya. Harta dapat dikuasai manusia tidak
adalah apa saja yang dimiliki dan digunakan hanya berupa benda bergerak maupun tidak
oleh seseorang berupa : uang, rumah, bergerak, namun tidak dapat dimiliki secara
perabot, mobil, tanah, kebun, ternak dan lain- mutlak karena hanya berupa titipan yang
lain. Harta adalah hiasan hidup di dunia yang dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan
disukai setiap orang dan berusaha untuk petunjuk Al-Qur’an dan Al-hadis.
memilikinya dengan berbagai cara.
Pandangan Islam mengenai harta, bahwa Pengertian Kebutuhan dan Jenisnya
harta itu merupakan milik Allah SWT. Harta Kebutuhan berasal dari kata butuh
yang merupakan hak milik-Nya itu, diberikan yang berarti barang apa yang diperlukan;
kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya hajat, kepentingan (Poerwadarminta, 1984).
untuk dibelanjakan pada jalan-Nya. (2 ) Menurut Al-Ghazaly, kebutuhan (hajat)
Menurut Wahbah Zuhaili (Djuwaini, 2010), adalah keinginan manusia untuk
secara linguistik, al-mal didefinisikan sebagai mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam
segala sesuatu yang dapat mendatangkan rangka mempertahankan kelangsungan
ketenangan, dan bisa dimiliki oleh manusia hidupnya dan menjalankan fungsinya
dengan sebuah upaya (fi”il) baik sesuatu itu (Nasution, dkk, 2006). Kebutuhan (hajat)
berupa zat (materi) ataupun berupa manfaat. adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia agar
(3) Harta adalah setiap mata uang yang boleh dapat terpenuhi (Chalil, 2009). Manusia
dimanfaatkan atau segal sesuatu yang boleh dalam menjalani kehidupannya di dunia
dimanfaatkan kecuali hal-hal yang membutuhkan berbagai unsur kehidupan baik
dikecualikan oleh pembuat syariat (Al- yang bersifat materi maupun non materi.
Musyaiqi, 2012). (4) secara terminologis Kebutuhan manusia untuk memenuhi
harta adalah sesuatu yang diinginkan manusia kehidupannya sangat banyak sehingga harus
berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan diadakakan pilihan dan skala prioritas.
memberikannya atau menyimpannya Kebutuhan berkaitan dengan sesuatu yang
(Mardani,2012). harus dipenuhi agar suatu barang bergungsi
Menurut Ash-Shiddieqy (2009), dengan sempurna (P3EI, 2008).
pengertian harta dapat dilihat dari beberapa Kebutuhan manusia telah dipilah oleh
katagori yaitu (1) harta (mal) adalah nama beberapa ahli seperti Abraham H. Maslow
bagi yang selain manusia, yang ditetapkan (1954) yang telah menyusun kebutuhan
untuk kemaslahatan manusia, dapat manusia menjadi 5 tingkatan yaitu (1)
dipelihara pada satu tempat, dapat dilakukan Kebutuhan fisiologis atau dasar; (2)
tasharruf dengan ikhtiar; (2) benda yang Kebutuhan akan rasa aman; (3) Kebutuhan
dijadikan harta itu, dapat dijadikan harta oleh untuk dicintai dan disayangi; (4) Kebutuhan
umum manusia atau oleh sebagian mereka; untuk dihargai; dan (5) Kebutuhan untuk
(3) sesuatu yang tidak dipandang harta, tidak aktualisasi diri. Menurut Boere, yang dikutip
sah untuk menjualnya; (4) sesuatu yang Yahya (2020), Maslow menyebutkan bahwa
dimubahkan walaupun tidak dipandang harta empat kebutuhan mulai dari kebutuhan
seperti sebiji berar, sebiji beras tidak fisiologis sampai dengan kebutuhan harga
dipandang harta walaupun dia boleh kita diri dengan sebutan homeostatis, kemudian
miliki; (5) harta itu wajib mempunyai wujud. berhenti dengan sendirinya.

M. Irwan 162  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
Rosyidi (2000) menyatakan bahwa dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat.
kebutuhan manusia bertingkat-tingkat yaitu Selanjutnya, dharuriyat terbagi menjadi lima
tingkat pertama adalah primary needs atau poin yaitu al –khamsah yaitu : 1) penjagaan
kebutuhan primer terdiri dari sandang, terhadap agama (hifz al-din); 2) penjagaan
(pakaian), pangan (makanan dan minuman), terhadap jiwa (hifz al-nafs); 3) penjagaan
dan papan (tempat tinggal). Kalau kebutuhan terhadap akal (hifz al-aql); 4) penjagaan
primer ini sudah tercapai maka muncullah di terhadap keturunan (hifz al-nasl); dan (5)
dalam pikiran manusia untuk memenuhi penjagaan terhadap harta ( hifzl al-mal)
kebutuhan tingkat kedua yaitu secondary (Fauzia dan Riyadi, 2014). Kelima
needs, yang antara lain berisi kebutuhan kebutuhan dharuriyat tersebut adalah yang
akan sepatu, sepeda, pendidikan dan mutlak harus ada pada manusia. Karenanya
sebagainya. Demikianlah adanya sehingga Allah menyuruh untuk melakukan segala
terdapatlah kebutuhan tingkat ketiga adalah upaya bagi keberadaan dan kesempurnaanya.
tertiary needs, kebutuhan tingkat keempat Sebaliknya, Allah melarang melakukan
(quartiary needs) dan seterusnya. Lebih perbuatan yang dapat menghilangkan atau
lanjut dijelaskannya bahwa manusia juga mengurangi salah satu dari lima dharuriyat
memiliki kebutuhan badaniah atau kebutuhan yang lima itu (Susilawati, 2015).
fisik maupun kebutuhan psikis atau Pengertian dari jenis-jenis kebutuhan
kebutuhan kejiwaan. Sementara Sukirno tersebut adalah 1) Daruriyyat merupakan
(2015) menguraikan kebutuhan dalam kebutuhan/tujuan yang harus ada dan
lingkup yang luas yaitu kebutuhan mendasar bagi penciptaan kesejahteraan di
masyarakat adalah keinginan masyarakat dunia dan akhirat, yaitu mencakup
untuk memperoleh barang dan jasa. Barang terpeliharanya lima elemen dasar kehidupan
yang dibutuhkan manusia terutama terdiri yakni keyakinan atau agama, jiwa,
dari benda yang dapat dilihat dan diraba akal/intelektual, keturunan dan keluarga
secara fisik seperti pakaian, makanan dan serta harta benda. Jika kebutuhan/tujuan
minuman., Di samping itu ada juga barang dharuriyat diabaikan, maka tidak akan ada
yang tidak dapat diraba dan dilihat seperti kedamaian, yang timbul adalah kerusakan
udara. Jasa yang dibutuhkan manusia (fasad) di dunia dan kerugian yang nyata di
merupakan layanan seseorang atau suatu akhirat; 2) Hajiyyat, syariah bertujuan
barang yang akan memenuhi kebutuhan memudahkan kehidupan dan menghilangkan
masyarakat. kesempitan. Hukum syara dalam katagori ini
Ilmuwan Islam dan ulama-ulama telah tidak dimaksudkan untuk memelihara lima
terlebih dahulu menguraikan berbagai jenis hal pokok tadi melainkan menghilangkan
kebutuhan manusia dalam menjalani proses kesempitan dan berhati-hati terhadap lima hal
kehidupannya di dunia. Berdasarkan firman pokok tersebut; 3) Tahsiniyyat. Syariah
Allah dan hadis-hadis nabi ilmuwan-ilmuwan menghendaki kehidupan yang indah dan
islam telah mampu menghasilkan pemikiran, nyaman di dalamnya. Terdapat beberapa
teori-teori yang berkenaan dengan kehidupan provisi dalam syariah yang dimaksudkan
manusia termasuk dalam aktivitas ekonomi. untuk mencapai pemanfaatan yang lebih
Salah satu aktivitas ekonomi yang dibahas baik, keindahan simplifikasidari dhariuryat
oleh para ilmuwan dan ulama, di antaranya dan hajjiyat. Misalnya dibolehkan memakai
adalah berkenaan dengan pemenuhan baju yang nyaman dan indah. berarti
kebutuhan hidup manusia di dunia maupun di penyempurna. Tingkat kebutuhan ini berupa
akhirat. Di antara ilmuwan Islam sekaligus kebutuhan pelengkap (Nasution, dkk, 2006).
dan ulama yang telah mengklasifikasi Berdasarkan tingkat kebutuhan ini,
berbagai jenis kebutuhan manusia adalah kebutuhan dharuriyah merupakan kebutuhan
Abu Ishaq al Syathibi disebut pula dengan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia
Iman asy-Syathibi. untuk mencapai kemaslahatan kehidupan
Asy-syathibi telah mengemukakan berupa kesejahteraan di dunia dan diakhirat.
teori tentang the basic need yang terangkum Kebutuhan hajjiyat tidak termasuk
dalam konsep maqashdi al-syariah. Syatibi kebutuhan pokok meskipun tidak terpenuhi
merangkum kebutuhan manusia menjadi tidak akan mengamcam kehidupan manusia

M. Irwan 163  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
namun akan membawa kesulitan dalam laksana rumah tangga atau pemilikan
kehidupannya. Kebutuhan Tahisniyat (Rosyidi, 2000). Dalam hal ini management
merupakan kebutuhan penunjang dan jika diartikan dengan tatalaksana atau mengurus
tidak terpenuhi tidak akan membawa atau mengelola rumah tangga baik
kehidupan manusia menjadi sulit berkenaan dengan hal-hal atau kepemilikan
sebagaimana kebutuhan hajjiyat, namun tidak yang bersifat material maupun non material.
sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Sinn (2008) mengatakan, manajemen
Menurut Abdul Wahab Kallaf, jika tiga bila dilihat dalam tataran ilmu, dipandang
peringkat kebutuhan tersebut masing-masing sebagai kumpulan pengetahuan yang
dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat telah dikumpulkan, disestimisasi dan diterima
dipenuhi secara sempurna maka berkenaan dengan ketentuan-ketentuan
kemaslahatan manusia yang merupakan universal mengenai manajemen. Dalam
tujuan hukum syariat dapat terealisasi tataran seni (praktek), managemen diartikan
(Cholisni dan Kiki Damayanti, 2016). dengan kekuatan pribadi yang kreatif
Pengertian Pengelolaan ditaambah dengan skill dalam pelaksanaan.
Pengelolaan berasal dari kata kelola, Manajemen merupakan seni karena ia
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan organisator dan pemanfaat bakat
berarti menyelenggarakan (organisasi, manusia (the art of getting think done
pemerintahan, perusahaan, dsb), mengurus though people). Arti manajemen menurut
(proyek, dsb). Pengelolaan adalah proses James A.F. Stoiner adalah proses
yang memberikan pengawasan pada semua perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan; proses organisasi dan penggunaan sumber daya-
melakukan kegiatan tertentu dengan sumber daya organisasi lainnya agar
menggerakkan tenaga orang lain (Tim Prima mencapai tujuan organisasi yang telah
Pena, tt). Pengelolaan dapat dimaknai ditetapkan (Handoko, 2013).
dengan manajemen, sebagaimana yang Pengelolaan atau manajemen dalam
ditulis oleh Anwar (2020) bahwa Islam berbeda dengan manajemen
manajemen berasal dari bahasa Inggris konvensional dilihat dari sumber hukum
management dengan kata kerja to manage pelaksanaannya. Manajemen Islam
yang berarti mengurusi. Jusmaliani (2011) bersumber dari nash-nash Al-Qur’an dan
menggunakan terminologi Pengelolaan petunjuk Sunah. Ia juga berasaskan pada
Sumber Daya Insani sebagai pengganti nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang
terminologi Manajemen Sumber Daya dalam masyarakat pada waktu tersebut.
Manusia. Manajemen Islam lebih memfokuskan pada
Menurut Sukarna (Fakhrudin, 2008), segala variabel yang berpengaruh
kata manage mempunyai beberapa arti yaitu (influence) terhadap aktivitas manajemen
(1) to direct and control (membimbing dan dalam dan luar organisasi (perusahaan,
mengawas); (2) to treat with care negara), dan hubungan perilaku individu
(memperlakukan dengan seksama); (3) to terhadap faktor-faktor sosial yang
carry business or affairs (mengurus berpengaruh. Teori Islam memberikan
perniagaan atau urusan-urusan/persoalan- injeksi moral dalam manajemen, yakni
persoalan); (4) to achieve one’s purpose mengatur bagaimana seharusnya individu
(mencapai tujuan tertentu). Mengacu dari berperilaku. Tidak ada manajemen Islam
pengertian ini, salah satu arti dari manage kecuali ada nilai atau etika yang
sebagai asal kata management adalah melingkupinya, sebagaimana tidak mungkin
mengurus yang dimaknai sama dengan membangun masyarakat muslim tanpa
pengelolaan. Pengelolaan dapat pula didasari dengan akhlak (Sinn, 2008).
dikaitkan dengan makna kata ekonomi yang Kehidupan manusia selalu ingin
berasal dari kata oikos dan nomos. Kata-kata memenuhi dan memiliki kebutuhan hidup
ini oleh orang-orang barat salah satunya adalah harta. Harta sebagi
menterjemahkannya dengan management of kebutuhan primer menjadi kewajiban
household or estate yang artinya tata manusia untuk memperoleh dan

M. Irwan 164  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
mendapatkannya. Islam secara tegas telah para ulama terdahulu yaitu ( Fauzia dan
memberikan rambu-rambu kepada manusia Riyadi, 2014) :
cara-cara memperoleh harta sebagai 1. Al-Ghazali. Secara terminologi maqashid
kebutuhan, memelihara dan menjaga syariah adalan penjagaan terhadap
sekaligus mengelolanya. Ketentuan Islam ini maksud dan tujuan syariah adalah upaya
semata-mata bertujuan agar manusia tidak mendasar untuk bertahan hidup, menahan
terlena dan tergoda akan harta sehingga faktor – faktor kerusakan dan mendorong
melupakan pemilik hakiki harta tersebut terjadinya kesejahteraan.
yaitu Allah SWT, dan manusia hanyalah 2. Al-Syatibi. Maqashid terbagi menjadi dua
penerima amanah untuk mengelola harta yaitu pertama ; berkaitan dengn maksud
tersebut dengan sebaik-baiknya. Tujuannya Tuhan selaku pembuat syariah dan kedua ;
adalah agar manusia dapat memperoleh berkaitan dengan maksud mukallaf .
kemaslahatan serta mencapai kesejahteraan 3. Al-Farisi. Maqasyid al –syariah adalah
hakiki yaitu di dunia dan akhirat (falah). tujuan pokok syariah dab rahasia dari
Pencapaia al-falah merupakan tujuan dari setiap hukum yang ditetapkan Tuhan.
syariah Islam atau Maqashid Syariah. 4. Ahmad Al-Rasyuni, Maqashid syariah
Pengelolaan harta kekayaan secara merupakan tujuan – tujuan yang telah
Islami dikenal juga sebagai perencanaan ditetapkan oleh syariah untuk dicapai
keuangan keluarga secara Syariah (Islamic demi kemaslahatan manusia
Financial Planning) merupakan industri 5. Abdul Wahab Kallaf, Tujuan utama ketika
keuangan yang berfungsi untuk mengelola Allah menentukan hukum-hukum-Nya
kekayaan masyarakat muslim untuk dapat adalah untuk mewujudkan kemaslahatan
diinvestasikan maupun dikelola dengaan dan kesejahteraan hidup manusia dengan
cara-cara yang halal dan thoyyib. terpenuhinya kebutuhan yang dharuriyah,
Pengelolaan harta kekayaan islamu meliputi hajiyah dan tahsiniyah.
aspek perolehan atau penciptaan harta, 6. Wahab Al-Zuhaili mengatakan bahwa
peningkatan harta kekayaan, perlindungan maqashid syariah adalah nilai-nilai dan
harta, pendistribusian kekayaan dan syara’ yang tersirat dalam segenap atau
pemurnian kekayaan. Syariat Islam bagian terbesar dari hukum-hukum-Nya.
mengajarkan bahwa harta kekayaan dapat Nilai –nilai dan sasaran –sasaran itu
digunakan untuk banyak tujuan namun tidak dipandang sebagai tujuan dan rahasia
diperbolehkan untuk dibelanjakan pada hal- syariah, yang ditetapkan oleh al-syar’i
hal yang dilarang syara’ (Choirunnisak, dalam setiap ketentuan hukum.
2017). 7. Yusuf Al-Qardhawi mendefinisikan
Pengertian Maqashid Syariah maqashid syariah sebagai tujuan yang
Secara etimologi, maqashid syariah menjadi target teks dan hukum – hukum
terdiri dari dua kata, yaitu maqashid yang partikular untuk direalisasikan dalam
merupakan bentuk jamak dari maqshud yang kehidupan manusia, baik berupa perintah,
berarti tujuan. Adapun syariah artinya jalan larangan dan mubah, untuk individu,
menuju air, atau bisa dikatakan dengan jalan keluarga, jemaah dan umat, atau juga
menuju ke arah sumber kehidupan (Fauzia, disebut dengan hikmah – hikmah yang
2014). Menurut Efendi yang dikutip oleh menjadi tujuan ditetapkannya hukum,
Cholisni dan Kiki Damayanti (2016) baik yang diharuskan ataupun tidak.
Maqasyid syariah merupakan tujuan Allah Maqashid syariah bertujuan untuk
dan RasulNya dalam merumuskan hukum- mengetahui tujuan-tujuan yang hendak
hukum Islam. Tujuan itu dapat ditelusuri dicapai oleh perumusnya dalam
dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah mensyariatkan hukum. Tujuan ini merupakan
Rasulullah sebagai alasan logis bagi rumusan salah satu faktor penting dalam menetapkan
suatu hukum yang berorientasi kepada hukum Islam yang dihasilkan melalui ijtihad
kemaslahatan manusia. (Mizani, 2015). Maqasyid syaria atau tujuan
Terdapat beberapa definisi syariah memiliki kemaslahatan inti/pokok
maqashid syariah yang diungkapkan oleh yang disepakati dalam lima hal, yaitu
(Jauhar, 2009; Hadi; 2012) :

M. Irwan 165  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
1. Menjaga agama (hifdz ad-Din); sebagai Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
jalan alasan diwajibkannya berdakwah, manusia berupaya untuk melakukan aktivitas
bermuamalah secara Islami; dan dengan mencari sumber-sumber kebutuhan
berjihad jika ditujukan untuk para yang sudah tersebar di permukaan bumi
musuh atau tujuan senada. dengan dilandasi oleh adanya moral dan
2. Menjaga jiwa (hifdz An-Nafs); sebagai akhlaq. Islam tidak membatasi manusia untuk
jalan alasan diwajibkannya hukum memenuhi kebutuhannya, tetapi dianjurkan
qishash di antaranya dengan menjaga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kemuliaan dan kebebasannya. dengan maksimal sepanjang sesuai dengan
3. Menjaga akal (hifdz Al-Aq’al); sebagai koridor Islam . Salah satu kebutuhan dari
jalan alasan diwajibkannya menuntut sekian banyak kebutuhan manusia adalah
ilmu sepanjang hayat; diharamkannya kebutuhan terhadap harta. Harta atau disebut
mengkonsumsi benda yang pula dengan kekayaan merupakan kebutuhan
memabukkan dan narkotika dan pokok yang dapat menghantarkan manusia
sejenisnya. mencapai kemaslahatan dalam hidupnya atau
4. Menjaga keturunan (hifdz An-Nasl); akan membawanya dalam kerusakan dan
sebagai jalan alasan diwajibkannya kehancuran.
mempelajari kualitas keturunan, dan
diharamkannya berzina dan menuduh Kebutuhan/Pemeliharaan Terhadap
orang lain berzina. Harta
5. Menjaga harta (hifdz Al-Mal); sebagai . Harta merupakan salah satu komponen
jalan alasan diwajibkannya pengelola utama yang harus dan wajib dipenuhi oleh
dan mengembangkan harta atau setiap manusia dalam menjalani
kekayaan , sebab dengan kekayaan yang kehidupannya sehari-hari. Harta dalam
kita miliki membuat kita mampu ekonomi merupakan alat pemuas kebutuhan
menjaga empat tujuan yang di atasnya. manusia karena tanpa adanya harta
Serta diharamkannya pencurian, suap, kehidupan manusia tidak akan stabil bahkan
bertransaksi riba dan memakan harta tidak dapat mempertahankan kehidupannya.
orang lain secara bhatil. Begitu pentingnya kedudukan dan fungsi
Kelima hal tersebut merupakan harta bagi manusia, maka tidak ada satupun
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan manusia yang tidak membutuhkannya. Allah
mutlak yang harus dipenuhi agar manusia SWT dengan sifat Kasih Sayangnya kepada
dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. umat-Nya, telah menyediakan berbagai jenis
Jika salah satu dari kebutuhan di atas tidak sumber daya yang dapat dimanfaatkan
terpenuhi dengan tidak seimbang niscaya sebagai bekal kehidupannya. Sebahagian
kebahagiaan kehidupan juga tidak tercapai besar sumber daya alam tersebut masih
dengan sempurna (P3EI, 2008). dalam keadaan asli sehingga diperlukan
campur tangan manusia untuk mengolah dan
3. METODE PENETIAN memproduksi kembali agar menjadi harta
Penelitian atau kajian ini berkaitan benda yang dapat memberikan manfaat
dengan kebutuhan dan pengelolaan harta (maslahah) bagi kehidupannya untuk
dalam maqashid syariah. Penelitian ini hanya mencapai kesejahteraan baik untuk
mendiskripsikan dan menguraikan kehidupan di dunia maupun akhirat (falah).
permasalahan yang berkenaan dengan Kebutuhan manusia terhadap harta
kebutuhan dan pengelolaan harta yang merupakan suatu keniscayaan, karena harta
melakukan penelaahan terhadap berbagai merupakan salah satu dari kebutuhan pokok
literatur yang berkaitan langsung dengan yang harus diwujudkan sekaligus sebagai
permasalahan yang dikaji. sarana bagi manusia untuk melangsungkan
proses kehidupannya di dunia. Harta pula
4. PEMBAHASAN yang menjadi jalan bagi manusia beriman
Manusia dalam proses kehidupannya untuk berhubungan dengan penciptanya
selalu berupaya untuk memenuhi melalui rangkaian ibadah yang telah
kebutuhannya baik materil maupun sprituil. diperintahkan baik yang bersifat wajib

M. Irwan 166  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
maupun sunah. Kecenderungan manusia (yang ada) di langit dan di bumi. Dan
untuk mendapatkan harta merupakan sifat Allah mengetahui apa yang kamu
yang melekat di dalam diri manusia. kerjakan.
Kebutuhan manusia terhadap harta sebagai c. Efektif, yaitu harta sebagai modal harus
kebutuhan dharuriyah akan terus berperan dala berbagai lapangan
berlangsung dan diwujudkan. Pemenuhan produktif, yang akhirnya akan tersalur
kebutuhan ini akan berhenti ketika aktivitas dalam berbagai lapangan usaha secara
kehidupannya di dunia berakhir. Islam telah distributif yang dapat menampung dan
memberikan penekanan kepada manusia menjalankan produktivitas dan
bahwa kuantitas harta yang dibutuhkan dan efektivitas ekonomi dan menghindari
yang telah diperoleh harus memberikan terjadinya penimbunan harta yang
kemasalahatan atau manfaat bagi sangat merugikan orang banyak dan
perkembangan kualitas kehidupannya secara pemilik harta itu sendiri.
individu dan untuk kemaslahatan bersama Harta bagi manusia dapat memberi
(sosial). dampak terhadap keberlangsungan kehidupan
Penekanan Islam kepada manusia agar manusia agar mampu memenuhi kebutuhan
harta juga memberikan kemanfaataan bagi pokok lainnya maupun kebutuhan sekunder
kemaslahatan bersama mengacu pada fungsi maupun tertier. Harta dapat dijadikan modal
dari harta itu sendiri, salah satunya berfungsi untuk dapat berusaha atau melakukan
secara sosial. Menurut Qadir (1998), aktivitas lainnya. Harta juga dapat
berkaitan dengan fungsinya sebagai fungsi membedakan manusia yang tergolong
sosial, harta tidak semata-mata dalam berharta (kaya) maupun sedikit atau tidak
peranannya sebagai barang konsumtif yang memiliki harta (miskin). Kaya dan miskin
dibagi-bagikan dan dibutuhkan oleh oleh manusia itu sendiri dapat membedakan
masyarakat, tetapi lebih berperan dalam status sosial yang berbeda. Padahal dalam Al-
fungsi ekonomi-edukatif yaitu : Qur’an secara jelas yang membedakan
a. Sirkulatif-distributif. Dalam sistem manusia disisi Tuhannya adalah takwa.
ekonomi masyarakat untuk mencegah Demikian halnya hadis Rasulullah SAW
terkonsentrasinya modal atau harta yang menyatakan bahwa “Bukanlah
ditangan orang kaya (agniya), jangan kekayaan itu dengan banyaknya harta benda,
sampai harta itu bereda di antara orang tetapi kekayaan yang sejati adalah kaya
kaya saja. Harta harus disalurkan pada hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
bidang-bidang produktif, bekerja sama Berdasarkan firman Allah ini maka manusia
dengan masyarakat golongan ekonomi tidak dibedakan berdasarkan kaya dan miskin
lemah yang membutuhkan pekerjaan melainkan ketakwaanya kepada Allah SWT.
sebagai sumber penghasilan. Demikian halnya kekayaan bukanlah dilihat
b. Bahwa sifat harta adalah berkembang dari harta yang melimpah, namun adalah
dan nilainya berkembang. Nilai edukatif kaya hati. Hati atau jiwa dalam Maqashid
harta bertujuan untuk mendidik manusia Syariah merupakan salah satu kebuhan pokok
menjauhi sifat tamak dan bakhil yang yang harus dijaga, dikelola dan dipelihara
bertentangan dengan tujuan Tuhan serta wajib dijaga dengan baik.
memberikan harta kepada seseorang, Manusia yang diberi unsur kehidupan
sebagaimana firman Allan yang terdapat salah satunya nafsu, memiliki sifat dan
dalam surat Ali-Imran ayat 180 : “ keinginan yang selalu bertambah dan tidak
Sekali-kali janganlah orang-orang yang terbatas terhadap sesuatu termasuk harta.
bakhil dengan harta yang Allah berikan Ikhtiar manusia untuk memperoleh harta
kepada mereka dari karuniaNya sebagai kebutuhan, memiliki karakter yang
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bervariatif, dilakukan dengan cara berbeda-
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu beda sesuai dengan kemampuan dan ilmu
adalah buruk bagi mereka. Harta yang yang dimilikinya. Keinginan manusia
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan terhadap harta semakin mengalami
kelak di lehernya di hari kiamat. Dan peningkatan dari waktu ke waktu dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan jumlahnya tidak terbatas, meski kebutuhan

M. Irwan 167  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
terhadap harta tersebut jumlahnya terbatas. apa yang kamu kerjakan. (Kementerian
Terdapat beberapa karakter manusia Agama RI, 2012).
berkenaan dengan kebutuhan dan sikapnya Islam dengan segala keisitimewaannya
terhadap harta yaitu : telah memberi ramb-rambu dengan jelas
1. Manusia yang sangat cinta terhadap kepada manusia tentang cara memperoleh
harta. harta, menjaga serta memeliharanya. Harta
Manusia jenis ini adalah manusia yang merupakan salah satu kebutuhan pokok yang
benar-benar mencintai hartanya melebihi tidak boleh tidak harus dipenuhi dengan cara
cintanya pada yang lain bahkan terhadap yang telah digariskan dan ditentukan oleh
Allah SWT yang menciptakannya. Islam. Islam tidak menginginkan umatnya
Mengenai hal ini Allah SWT telah terbelenggu oleh harta yang cara
berfirman “dan kamu mencintai harta memperolehnya tidak sesuai syariah Islam.
benda dengan kecintaan yang berlebihan. Syariah Islam bertujuan untuk
Manusia jenis ini mencintai hartanya menghantarkan umatnya untuk mencapai
diluar batas kewajaran, dan cenderung kesejahteraan di dunia dan akhirat (al-falah)
berlaku tidak rasional. yang didahului oleh pemanfaatan harta yang
2. Suka mengumpulkan kemudian memberikan maslahah bagi manusia itu
menghitung-hitungnya. Allah berfirman sendiri. Harta dalam aktivitas kehidupan
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat manusia termasuk barang ekonomi yang
lagi pencela; yang mengumpulkan harta memiliki nilai. Oleh karenanya, dalam
dan menghitung-hitung; dia mengira aktivitas ekonomi harta merupakan
bahwa hartanya itu dapat kebutuhan yang dikonsumsi, diproduks dan
mengkekalkannya; sekali-kali tidak! didistribusikan. Oleh karenanya, ketiga
Sesungguhnya dia benar-benar akan aktivits tersebut merupakan suatu kesatuan
dilemparkan ke dalam Huthamah”. integral untuk mewujudkan maslahah
3. Berbangga-bangga dengan hartanya. kehidupan. Kegiatan tersebut harus menuju
Allah berfirman “Ketahuilah, bahwa pada tujuan yang sama, yaitu mencapai
sesungguhnya kehidupan dunia ini maslahah yang maksimum bagi umat
hanyalah permainan dan suatu yang manusia (P3EI, 2008).
melalaikan, perhiasan dan bermegah- Maslahah terhadap harta dapat
megah antara kamu serta berbangga- diperoleh bila manusia mampu menjaga dan
banggaan tentang banyaknya harta dan memelihara harta yang dimilikinya. Menurut
anak, seperti hujan yang tanam- Jauhar (2009), pemeliharaan atau
tanamannya mengagumkan para petani; perlindungan terhadap benda dalam bingkai
kemudian tanaman itu menjadi kering dan maqashid syariah terdapat 2 hal yang
kamu lihat warnanya kuning kemudian diperhatikan yaitu (1) memiliki hak untuk
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) dijaga dari para musuhnya, baik dari tindak
ada azab yang keras dan ampunan dari pencurian, perampasan atau tindakan lain
Allah serta keridhaan-Nya. Dan memakan harta orang lain ( baik dilakukan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kaum muslimin maupun non muslimin
kesenangan yang menipu”.(Al-Hadid, 20). dengan cara yang batil seperti merampok,
4. Sikap kikir terhadap harta. Allah menipu atau memonopoli; (2) harta tersebut
berfirman “Sekali-kali janganlah orang- dipergunakan untuk hal-hal yang mubah,
orang yang bakhil dengan harta yang tanpa ada unsur mubazir atau menipu untuk
Allah berikan kepada mereka dari hal-hal yang dihalalkan Allah. Harta tidak
karuniaNya menyangka, bahwa dinafkahkan untuk kefasikan, minuman keras
kebakhilan itu baik bagi mereka. atau berjudi. Selanjutnya dikatakan bahwa
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk untuk memelihara dan melindungi dan tidak
bagi mereka. Harta yang mereka menganiaya harta serta mengambilnya
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di dengan cara yang batil seperi melakukan
lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan suap; mencuri; Riba dan penimbunan. Hal-
Allah-lah segala warisan (yang ada) di hal tersebut tidak akan membawa maslahah
langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui (manfaat) melainkan mafsadah (kerusakan)

M. Irwan 168  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
bagi pemiliki harta tersebut. Semua cara yang Harta sebagai sebuah kebutuhan harus
disajikan di atas selalu mengacu pada firman dijaga dan dipelihara agar memberikan
Allah yang berada di dala Al-qur’an maupun kemaslahatan. Pemeliharaan terhadap harta
hadis-hadis Rasulullah saw. tidak dimaksudkan untuk tetap berada
Al-Syatibi sebagaimana yang dikutip didalam genggaman,namun harus dikelola
oleh Aprianto (2017) telah menguraikan cara dan disalurkan setelah kebutuhan diri dan
menjaga/memelihara harta sesuai dengan keluarga terpenuhi. Harta sebagai kebutuhan
ketentuan maqashid syariah, yaitu adanya pokok harus digunakan pada tempatnya
ketetapan hukum yang dilegalkan oleh Allah dengan baik serta tidak boros dalam
tentang diharamkannya mencuri dan sanksi memanfaatkannya. Harta harus dijaga dan
atasnya, diharamkan curang dan berkhianat dipelihara karena statusnya sebagai (1)
di dalam bisnis, diharamkannya riba, titipan dan amanah dari Allah; (2) sebagai
diharamkannya memakan harta orang lain perhiasan dalam kehidupan; (3) sebagai ujian
dengan cara batil, dan diwajibkan mengganti dalam menjalani kehidupan; dan (4) sebagai
barang yang telah dirusaknya, sehingga bekal dalam melakukan ibadah (Kemenag RI,
dengan demikian terjagalah/terpeliharalah 2012).
harta. Selain itu peranan maqashif syariah di Pengelolaan Harta
dalam menjaga/memelihara harta tersebut Harta yang telah dimiliki dan diperoleh
adalah dengan dilarangnya penimbunan harta manusia dari berbagai ikhtiar yang dilakukan,
dari hal-hal yang dibutuhkan, dilarangnya harus dikelola dan ditata dengan baik.
penumpukan harta di tangan orang-orang Memelihara harta merupakan kewajiban bagi
kaya, dan diperintahkan untuk berinfak dan setiap insan karena sebagai kebutuhan
sedekah untuk pemerataan harta dalam dharuriyah, yang dapat membawa
rangka memberikan kemaslahatan bagi kemaslahatan sehingga akan mengantarkan
manusia secara keseluruhan. manusia dapat mencapai kebahagiaan di
Perintah untuk menjaga/melihara harta dunia dan akhirat (falah). Harta atau
kepada manusia agar harta yang dimiliki kekayaan yang dimiliki selain dipelihara
harus benar-benar diperhatikan cara harus dikelola secara profesional agar dapat
memperolehnya. Meskipun secara kuantitatif memberikan kemaslahatan diri dan umat
duniawi harta itu memberikan kepuasaan dan pada umumnya. Pengelolaan sebagaimana
kebahagiaan, namun yang diperolehnya yang telah diuraikan sebelumnya merupakan
adalah kebahagiaan yang semu tidak ada nilai sebuah proses yang dilakukan berawal dari
ukhrawi tidak dapat digapainya. Ia tidak perencanaan hingga dimanfaatkan yang
mendapatkan kebahagiaan hakiki karena memberikan hasil bagi diri maupun orang
melupakan akhiratnya. Islam memerintahkan lain. Demikian halnya dengan harta
manusia untuk berhati-hati dan menjaga kekayaan, pengelolaanya tidak hanya yang
kesucian dan kemurnian harta yang bergerak namun juga yang tidak bergerak.
diperolehnya, karena akan menghantarkan Pengeloaan harta yang diamahkan oleh
dia mampu menggapai al-falah. Manusia Allah untuk dimiliki haruslah sesuai dengan
sebagai pelaku ekonomi harus mampu tatacara dan ketentuan Islam. Rumah tangga
menerapkan prinsip ekonomi islam untuk Islami harus menyadari bahwa harta
mencapai falah. Menurut Aravik dan Fachry merupakan sebuah kebutuhan yang bersifat
Zamzam, (2020), Ilmu ekonomi islam utama (primer) sehingga harus dikelola
mencakup tiga aspek dasar yaitu (1) dengan baik agar mendapatkan kemaslahatan
konsumsi, yaitu komoditas apa yang dan kebahagiaan hakiki. Menurut Masqood
dibutuhkan untuk mewujudkan maslahah; (2) (2003), terdapat beberapa prinsip yang dapat
produksi, yaitu bagaimana komoditas yang dilakukan berkaitan dengan pengelolaan
dibutuhkan itu dihasilkan agar maslahah harta atau kekayaan yaitu : (1) Secara penuh
tercapai; (3) distribusi, yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan pokok keluarganya; (2)
sumberdaya dan komoditas didistribusikan di Barang-barang yang dihasilkan memberikan
masyarakat agar setiap individu dapat kenyamanan bagi kehidupan keluarganya; (3)
mencapai maslahah. Barang-barang yang didapatkan dianggap
sebagai kesukaan Allah SWT atas manusia

M. Irwan 169  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
karena barang-barang tersebut memberikan aspek agama, jiwa, harta, keturunan dan
keuntungan dan tidak membahayakan; (4) intelek.
Menghabiskan sebanyak mungkin hartanya 3. Managing dreams/want (pengelolaan
untuk pendidikan anak-anaknya sehingga keinginan). Ekonomi Islam secara tegas
mereka akan mengembangkan lebih banyak memisahkan antara kebutuhan (needs )
kepada masyarakat dan juga melanjutkan dan keinginan (wants). Keinginan atau
untuk mengumpulkan dengan mengelola dreams merupakan hal-hal yang kita
kekayaan (harta) dengan cara Islam; (5) Dia inginkan untuk melengkapi kehidupan
bisa memberikan pengeluaran dan tidak kita bisa dikarenakan memberi
membuatnya terlibat dalam hutang yang tidak kenyamanan atau memperindah
perlu. lingkungan sekitar kita.
Pengelolaan harta atau kekayaan 4. Managing Surplus/Deficit (Pengelolaan
secara Islami merupakan jalan untuk menuju Kelebihan/Kekurangan). Untuk
kebahagiaan sebagaimana yang diinginkan mengetahui kondisi ini diperlukan sebuah
oleh Maqashid Syariah. Penggunaan dan neraca sehingga dapat diketahui faktor
membelanjakan harta dan keuangan yang penyebab terjadinya surplus atau defisit.
dimiliki haruslah diawali dengan 5. Managing Contingency (Pengelolaan
perencanaan yang matang sehingga dapat terhadap ketidakpastian). Peristiwa yang
terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat terjadi pada masa mendatang tidak dapat
yang menimbulkan ketidaknyamanan dan diprediksi secara pasti. Contingency
kerusakan dalam rumah tangga. Kebutuhan muncul karena dalam setiap tindakan dan
rumah tangga baik primer, sekunder maupun kegiatan akan ada akibat yang timbul
tersier selalu meningkat dari waktu ke waktu, baik yang baik maupun yang buruk.
sehingga diperlukan sebuah perencanaan apa Harus dipersiapkan diri untuk
yang diinginkan dapat diwujudkan dan menghadapi resiko yang tidak diinginkan
dipenuhi. dengan perencanaan dan langkah yang
Menurut Tamanni dan Murniati tepat.
Mukhlisin ( 2013), diperlukan perencanaan Pengelolaan harta kekayaan bagi yang
dalam mengelola harta (keuangan) dan didasarkan pada perencanaan yang baik akan
merupakan bagian penting dalam manajemen memberikan arah yang jelas tentang
rumah tangga (tabbir al-manzil) seorang penggunaan dan pemanfaatan harta kekayaan
muslim. Ada beberapa alasan yang tersebut. Jika pengelolaan kekayaan telah
dikemukakan perlunya perencanaan, berjalan dengan baik, manusia akan semakin
utamanya dalam mengelola keuangan antara termotivasi untuk mencari harta dengan tetap
lain (1) perencanaan keuangan penting mengacu pada nilai-nilai islami cara
karena hidup butuh perencanaan; (2) memperolehnya. Harta yang baik adalah
perencanaan keuangan penting karena setiap harta yang diperoleh dengan cara yang halal
keluarga memiliki impian dan cita-cita dan dipergunakan sesuai dengan tempat yang
masing-masing; (3) perencanaan keuangan telah ditentukan. Islam secara tegas melarang
merupakan bagian dari maqashid syariah. seseorang mengambil harta yang tidak sesuai
Lebih lanjut dijelaskan bahwa harus dengan ketentuan agama karena akan
disusun perencanaan keuangan dengan menghancurkan eksistensi harta itu sendiri.
mengacu pada skala prioritas dharurriyat, Harta yang dimiliki bersumber dari jalan
hajiyyat dan tahsiniyyat, yaitu : yang baik dan dilarang pula ditimbun yang
1. Managing Income (pengelolaan dapat merugikan orang lain. Al-Baihaqi
pendapatan) yang merupakan bagian mengatakan bahwa harta itu tidak akan
penting dalam perencanaan keuangan; tercela dengan sendirinya, maka
2. Managing Needs (pengelolaan sesungguhnya harta dunia itu adalah ladang
kebutuhan), dalam konteks maqashid akhirat. Janganlah engkau menimbun pada
syariah berarti mengatur konsumsi kita harta dunia yang beredar pada seseorang.
terhadap semua keperluan yang bersifat Dan janganlah pula engkau membiarkan
dharuriyyat, dan sebagian kecil hajiyyat terhadap harta dunia, sesungguhnya engkau
dalam menjaga atau memelihara aspek-

M. Irwan 170  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
tidak akan memperoleh kebaikan di akhirat 2. Wealth Consumption atau konsumsi
kecuali dengannya (Bably, 1999). harta, yakni bagaimana seorang muslim
Pengelolaan harta kekayaan mengkonsumsi sebagian dari hartanya.
merupakan jalan untuk terciptanya Pembelanjaan utama dari harta yang telah
kedisiplinan diri dalam memelihara sekaligus ditetapkan adalah untuk memenuhi
menjaga harta kekayaan. Mengelola harta kebutuhan diri sendiri sebagaimana
dengan baik dan sesuai dengan perencanaan firman Allah yang artinya :”....Dan
akan menghantarkan seseorang atau rumah kewajiban ayah memberi makan dan
tangga dapat menggapai kesejahteraan di pakaian kepada para ibu dengan cara
dunia maupun di akhirat. Menurut ma'ruf.....(al-Baqarah, 233).
Chairunnisak (2017) , ada empat konsep Rasulullah saw bersabda “ Mulailah
pengelolaan kekayaan dalam islam, tentunya bersedekah untuk dirimu, jika berlebih
harus berdasarkan syariay yaitu (1) Bisnis, maka untuk keluargamu, jika masih
tabungan di bank, investasi pada properti, berlebih maka untuk kerabat dekatmu,
dan lain-lain. (2) Peningkatan atau perbaikan jika masih berlebih maka begini dan
kekayaan. Meningkatkan jumlah begini (HR.Muslim).
pengembalian dari capital gain dan 3. Wealth purification atau penyucian
pendapatan termasuk melalui penggunaan harta, yakni bagaimana cara menyucikan
leverage (utang). (3) Perlindungan kekayaan. harta yang telah dimiliki. Sejatinya di
Melindungi kekayaan melalui manajemen dalan harta yang dimiliki oleh setiap
resiko dan asuransi. (4) Distribusi kekayaan. manusia terdapat hak orang lain yang
Mendistribusikan kekayaan melalui zakat dan meski ditunaikan.
faraid (warisan). Allah berfirman “...dan orang-orang yang
Harta yang dimiliki oleh manusia yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
bersifat sementara ini, supaya dapat bagi orang (miskin) yang meminta dan
memberikan manfaat bagi diri, keluarganya orang yang tidak mempunyai apa-apa
dan orang lain sangat tergantung pada cara (yang tidak mau meminta)..,(Al-Maarij;
memelihara dan mengelolanya. Menurut 24-25).
Faizin dan Nash Akbar (2018), terdapat lima Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya
tahapan dalam mengelola harta secara Islami Allah berfirman, Sesungguhnya Kami
yaitu : menurunkan harta untuk mendirikan
1. Wealth creation/Accumulation atau sholat dan membayar Zakat.
penciptaan harta, yakni bagaimana 4. Wealth Distribution atau distribusi
seorang muslim memperoleh harta,. Halal harta, yakni bagaimana seorang muslim
hartanya dan halal cara mendapatkannya. dapat melalukan distribusi hartanya untuk
Untuk mendapatkan harta, Islam telah kepentingan dirinya sendiri dan orang
memberik arahan bahwa ia harus lain.
bersumber dari penghasilan yang halal. Allah berfirman ....Dan mereka bertanya
Al-Qur’an telah memberi petunjuk kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
kepada manusia bahwa cara untuk Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan."
memperoleh harta dengan bekerja. Salah Demikianlah Allah menerangkan ayat-
satu firman Allah yang berkenaan dengan ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
perintah bekerja adalah dalam surat al- (Al-Baqarah, 219).
Jumu’ah ayat 10 yang artinya “Apabila Rasulullah saw bersabda “Sebaik-baik
telah ditunaikan shalat, maka sedekah adalah lebih dari kebutuhan, dan
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan tangan di atas lebih baik dari tangan di
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah bawah, mulailah dengan yang paling
banyak-banyak supaya kamu beruntung”. dekat denganmu” (HR. Muslim).
sabda : “Usaha mencari rezeki yang halal 5. Wealth protection atau perlindungan
adalah kewajiban di atas kewajiban” harta, termasuk di dalamnya adalah
(HR. Abdullah bin Mas’ud). asuransi dan juga menabung untuk
keperluan di masa yang akan datang baik
untuk dirinya sendiri atau keluarganya

M. Irwan 171  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
yang dapat mandiri secara keuangan. dimaksudkan harta itu dapat bermanfaat
Saving for future event; agar dirinya atas tidak hanya dirasakan oleh pemilik tetapi
keluarganya tidak meminta-minta. bermuara pula untuk orang lain. Harta yang
Allah berfirman “Dan sesungguhnya hari ditimbun dan tidak didistribusikan membawa
kemudian itu lebih baik bagimu daripada dampak terhadap terciptanya berbagai
yang sekarang (permulaan) (Ad-dhuhaa; peristiwa yang membawa kerugian dan
4). kerusakan bagi berbagai pihak. Rasululllah
Rasulullah bersabda : “Seandainya saw pernah bersabda “janganlah di antara
mereka mengetahui dampak tindakan kalian saling sakit menyakiti satu dengan
meminta-minta, tentu tidak ada lainnya”. Harta yang tidak didistribusiskan
seorangpun yang mau meminta sesuatu berdampak pada tidak lancarnya sirkulasi
kepada orang lain”. perekonomian. Harta yang ditimbun sangat
Tabungan untuk kepetingan akhirat dibutuhkan oleh orang lain, tidak terjadi
hendaknya menjadi prioritas proses transaksi, harga tidak stabil yang
dibandingkan dengan tabungan dunia. berpengaruh pada besar kecilnya pendapatan
Meski demikian, hal ini bukan berarti yang diperoleh masyarakat. Jika hal ini terus
semua harta harus dialokasikan untuk terjadi maka terjadi kegoncangan ekonomi
wealth distribution tanpa menyisakan yang memicu timbulnya krisis ekonomi.
untuk welath protection. Seorang muslim Perintah untuk mengelola harta dengan
juga harus memiliki sejumlah tabungan mendistribusikan harta serta melarang
dunia untuk mempersiapkan hari esok, menimbun harta dalam ekonomi Islam
termasuk kecukupan keluarga secara merupakan solusi untuk menghindari
keuangan tatkala ditinggalkan. terjadinyua krisis ekonomi, menghilangkan
Harta yang dimiliki oleh setiap insan kecemburuan sosial, menghilangkan terjadi
maupun rumah tangga wajib dipergunakan, kesenjangan orang yang kaya dan orang
dibelanjakan dan dikelola yang bermuara miskin, menghilangkan sifat acuh tak acuh
pada diperolehnya manfaat baik bagi diri terhadap orang,egoistis, sombong dan sikap
sendiri, keluarga maupun orang lain. Harta individualis yang didengungkan oleh sistem
harus dimanfaatkan dan dikelola agar dapat ekonomi konvensional. Perintah
memenuhi berbagai kebutuhan hidup mendistribusikan harta dan melarang
terutama kebutuhan pokok. Penggunaan dan menimbun sekaligus wujud dari adanya
pengelolaan harta semaksimal mungkin agar perintah untuk menjaga dan memelihara harta
tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain dari kerusakan, kemubajiran, tidak memiliki
agar tercapai kesejahteraan. Pengelolaan nilai sebagaimana yang termaktub dalam
harta yang bermuara pada terapainya maqashid syariah. Adanya didtribusi harta
kebutuhan hidup baik pokok merupakan akan membawa dampak terhadap kehadiran
implementasi dari perintah untuk menjaga manusia yang bermanfaat bagi manusia
dan memelihara harta yang terdapat dalam lainnya. Rasulullah bersabda “sebaik-baik
maqashid syariah. Pengelolaan harta manusia adalah yang memberikan manfaat
kekayaan merupakan suatu proses yang harus bagi manusia lainnya”. Jika hal ini dapat
dilakukan agar kebutuhan terhadap lima dilaksanakan maka manusia akan mampu
unsur utama dapat dijaga dan dipelihara mencapai kemaslahatan dengan memperoleh
secara berkesinambungan dan merupakan kesejahteraan di dunia dan di akhirat (al-
sebuah kewajiban. Harta harus dipergunakan falah).
dan dikelola secara tepat sesuai dengan
kebutuhan atau berimbang artinya tidak 5. SIMPULAN DAN SARAN
dipergunakan secara boros atau kikir. Harta
harus didistribusikan sesuai dengan Simpulan
kebutuhan dan dilarang untuk menimbun Berdasarkan pembahasan di atas dapat
karena adanya sifat pelit dan kikir. ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Harta harus didistribusikan, tidak 1. Pemenuhan kebutuhan hidup manusia
boleh ditahan dan ditimbun merupakan salah berupa harta merupakan suatu kewajiban
satu ciri dari ekonomi Islam. Hal ini karena termasuk dalam kebutuhan pokok

M. Irwan 172  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
atau yang mendesak (dharuriyah). Jika Saran-saran
kebutuhan harta tidak dapat dipenuhi, Berdasarkan simpulan di atas maka
maka kehidupan manusia menjadi tidak manusia harus memperhatikan banyak
stabil dan dapat membawa kepada sedikitnya harta yang menjadi kebutuhan
kerusakan. terutama pemenuhan kebutuhan pokok.
2. Harta yang dimiliki oleh manusia wajib Manusia harus dapat mengindari prioritas
hukumnya dijaga dan dipelihara untuk kebutuhan sekunder dengan mengabaikan
mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan kebutuhan pokok karena bertentangan
hidup di dunia dan akhirat (al-falah). maqashid syariah. Pengelolaan harta harus
Harta harus dan wajib dijaga serta dilakukan dengan mengacu pada rencana
dipelihara karena akan menentukan harkat yang telah ditetapkan guna menghindari
dan martabat manusia berkenaan dengan terjadinya berbagai masalah yang muncuk
kecenderungan terhadap harta. kemudian. Manusia yang memiliki harta
3. Pemeliharaan dan menjaga harta sangat yang lebih (kaya) hendaknya
ditekankan karena harta memiliki fungsi mendistribusikan harta dan tidak
sosial yaitu sebagai (1) Sirkulatif- menimbunnya agar dapat dimanfaatkan oleh
distributif; (2) harta selalu berkembang orang yang membutuhkannya. Harta
demikian pula nilainya; (3) Efektif. diharapkan dapat didistribusikan sesuai
4. Manusia secara pribadi maupu kaidah-kaidah islam baik bersifat wajib
kelembagaan wajib mengelola harta maupun sunah, karena harta memiliki fungsi
dengan mengacu pada perencanaan untuk sosial dan dapat menghindari terjadinya krisis
menciptakan kestabilan dalam ekonomi.
menggunakan dan membelanjakan harta.
Pengelolaan harta harus mengacu pada REFERENSI
skala prioritas dharurriyat, hajiyyat dan
tahsiniyyat, yaitu : (1) Managing Income Al-Faizin, Abdul Wahid dan Nashr Akbar.
(pengelolaan pendapatan); (2) Managing 2018. Tafsir Ekonomi Kontemporer;
Needs (pengelolaan kebutuhan); (3) Menggali Teori Ekonomi Dari Ayat-
Managing dreams/want (pengelolaan Ayat Al-Qur’an. Gema Insani,Jakarta.
keinginan);(4) Managing Surplus/Deficit Al-Musyaikih, Khalid Bin Ali. 2012. Buku
(Pengelolaan Kelebihan/Kekurangan); (5) Pintar Muamalah, Akutal dan Mudah
Managing Contingency (Pengelolaan diterjemahkan oleh Abu Zidna.Wafa
terhadap ketidakpastian). Press; Klaten.
5. Harta harus dikelola dengan Anwar, Muhammad. 2020. Pengantar Dasar
mendistribusikannya dan dilarang untuk Ilmu Manajemen. Kencana, Jakarta.
ditimbun karena berdampak pada Aprianto, Naerul Edwin Kiky, 2017. Journal
stabilitas perekonomian. Penimbunan Of Islamic Economics Lariba. Volume
harta menyebabkan terjadinya 3. Issue 2. 65-74.
peningkatan kebutuhan yang berpengaruh Aravik, Havis dan Fakhry Zamzam, 2020.
terhadap stabilitas harga dan daya beli. Filsafat Ekonomi Islam; Ikhtiar
6. Harta harus dimanfaatkan dan dikelola Memahami Nilai Esensial Ekonomi
agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan Islam. Kencana Prenada Group,
hidup terutama kebutuhan pokok. Jakarta.
Penggunaan dan pengelolaan harta Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi.
semaksimal mungkin agar tidak 2009. Penganta Fiqh Muamalah;
menimbulkan kerugian bagi orang lain Membahas Hukum Pokok Dalam
agar tercapai kesejahteraan. Pengelolaan Interaksi Sosial Ekonomi. Pustaka
harta yang bermuara pada terapainya Rizki Putra; Semarang.
kebutuhan hidup baik pokok merupakan Ath-Tarsyah, Syaikh Adnan. 2004. Anda dan
implementasi dari perintah untuk menjaga Harta. Pustaka Al-Kautsar; Jakarta.
dan memelihara harta yang terdapat dalam Bably, Muhammad Mahmud. 1999.
maqashid syariah. Kedudukan Harta Menurut Pandangan
Islam. Kalam Mulia; Jakarta.

M. Irwan 173  
Elastisitas – Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 3 No. 2, September 2021
 
 
Chalil, ZakuFuad. 2009. Pemerataan Islam. Kencana Prenada Media Group;
Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Jakarta.
Islam. Khazanah Ekonomi Syariah. Qadir, Abdurrahman. 1998. Zakat Dalam
Erlangga, Jakarta. Dimensi Mahdhah dan Sosial. PT.
Chaudry, Muhammad Sharif. 2012. Sistem Radja Grafindo Persada; Jakarta
Ekonomi Islam ; Prinsip Dasar. Rosyidi, Suherman. 2000. Pengantar Teori
Kencana Prenada Group, Jakarta Ekonomi; Pendekatan Kepada Teori
Choirunnisak. 2017. Konsep Pengelolaan Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi
Kekayaan Dalam Islam. Islamic Baru. PT. Radja Grafindo Persada;
Banking Volume 3 Nomor 1 Edisi Jakarta.
Agustus, 2017. Salim, Peter dan Yenny Salim, 2002. Kamus
Cholisni, Atiqi dan Kiki Damayanti, 2016. Bahasa Indonesia Kontempore
Analisis Maqashid Al-Syari’ah Dalam (Jakarta: Modern English Press).
Keputusan Konsumen Memilih Hunian Sinn, Ahmad Ibrahim Abu. 2008. Manajemen
Islami Pada Perumahan Villa Ilhami Syariah; Sebuah Kajian Historis Dan
Tangerang. Jurnal Isaminomic. Vol. 7 Kontemporer. PT. Radja Grafindo
Np.1, April 2016. Persada; Jakarta.
Djuwaini, Dimyauddin. 2010. Pengantar Fiqh Sukirno, Sadono. 2015. Mikroekonomi Teori
Muamalah. Pustaka Pelajar; Pengantar, Edisi Ketiga. PT.
Yogyakarta. RadjaGrafindo Persada; Jakarta.
Fakhruddin. 2008. Fiqh dan Manajemen Susilawati, Nilda, 2015. Stratifikasi Al-
Zakat Di Indonesia. UIN-Malang Maqashid Syariah Dan Penerapannya
Press; Malang. Dalam Al-Dharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-
Hadi, Kuncoro. 2012. Implementasi Tahsiniyyat. Minzani. Vol IX,No.1,
Maqashid Syariah Sebagai Indikator Februari 2015.
Perusahaan Islami; Jurnal Al-Azhar Tamanni, Luqyan dan Murniati Mukhlisin.
Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol. 1. 2013. Sakinah Finance, Solusi Mudah
No.3 Maret 2012. Mengatur Keuangan Keluarga Islami.
Handoko, T. Hani. 2013. Manajemen. Edisi Tinta Media; Solo.
2. BPFE- Yogyakarta. Tim Prima Pena. Tt. Kamus Lengkap Bahasa
Jauhar, AhmadAl-Mursi Husain. 2009. Indonesia. Gita Media Press.
Maqashid Syariah. AMZAH, Jakarta. Yahya, Yusuf, 2020. Kontribusi Pemikiran
Jusmaliani, 2011. Pengelolaan Sumber Daya Imam Syathibi dan Abraham H.
Insani. Bumi Aksara; Jakarta. Maslow Tentang Kebutuhan Dasar
Kementrian Agama Republik Indonesia. Manusia. Jurnal Al-Mashadiir. Vol. 1
2012. Tafsir Al-Qur’an Tematik : No.2. 2020.
Pembangunan Ekonomi Umat. Zaki, Muhammad dan Bayu Tri Cahya,
Direktorat Jenderal Bimbingan 2015. Aplikasi Maqashi As-Syariah
Masyarakat Islam; Direktorat Urusan Pada Sistem Keuangan Syariah. Bisnis,
Agama Islam dan Pembinaan Syariah; Vol. 3. No. 2. Desember 2015.
Jakarta.
Masqood, Ruqaiyah Waris. 2003. Harta
Dalam Islam. Lintas Pustaka, Jakarta.
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah; Fiqh
Muamalah. Kencana Prenada Group,
Jakarta
Musolli, 2018. Maqashid Syariah; Kajian
Teorits Dan Aplikatif Pada Isu-Isu
Kontemporer. At-Turaas, Volume V,
No. 1, Januari – Juni, 2018.
Nasution, Mustafa Edwin, dkk,
2006.Pengenalan Eksklusif Ekonomi

M. Irwan 174  

Anda mungkin juga menyukai