PENDAHULUAN
1
Kontributor utama
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 107
dalam dua tahapan. Tahap pertama, The Fed menurunkan suku
bunga 50 bps menjadi 1,00%‒1,25%, dan dua minggu kemudian
kembali memangkas 100 bps ke level 0,00%‒0,25% (Bappenas 2020b).
Capaian pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun
2019 mencapai 5,02%, lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun
2018 yang mencapai 5,17%. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang
oleh kontribusi permintaan domestik dengan kinerja ekspor menurun
(BI 2020), yang dapat dilihat dari indikator incremental capital output
ratio (ICOR) pada tahun 2018 sebesar 6,44 dan bertambah buruk
menjadi 6,77 di tahun 2019 (Asmara 2020). ICOR merupakan
parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi
modal terhadap hasil yang diperoleh, yang artinya untuk setiap
penambahan satu unit output dibutuhkan input berupa investasi
sebesar 6,77 unit. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti
Filipina (3,7), Thailand (4,5), Malaysia (4,6), Vietnam (5,2),
penggunaan input dalam menghasilkan output di Indonesia tidak
efisien.
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena
menghasilkan komoditas lokal yang faktor produksinya tidak
tergantung pada impor. Upaya peningkatan pembangunan pertanian
memerlukan pemanfaatan potensi semua sumber daya alam maupun
manusia yang ada, terutama dari daerah-daerah sentra produksi
pertanian. Oleh karena itu, investasi sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan output dari suatu komoditas. Investasi merupakan
pemanfaatan sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
ditujukan untuk memperoleh sejumlah keuntungan pada masa
datang yang dicirikan pada penanaman modal. Penanaman modal
banyak mengandung risiko dan ketidakpastian; besarnya tingkat
keuntungan dari kegiatan investasi dapat dijadikan tolak ukur kinerja
investasi kegiatan di hulu maupun hilir sektor pertanian.
Ada atau tidak ada pandemi Covid-19, investasi sektor pertanian
pada kenyataannya dihadapkan pada permasalahan klasik, terutama
yang berpengaruh pada minat investor untuk melakukan penanaman
modal terutama pada pengusahaan skala menengah dan kecil.
Permasalahan yang dihadapi yaitu (1) permodalan dan pembiayaan,
METODE
Kerangka Pemikiran
Dampak pandemi Covid-19 secara jelas memperlambat
perekonomian di seluruh negara dunia. Turunnya permintaan secara
agregat memengaruhi keputusan dalam berinvestasi bagi investor dan
tentunya pada masa depan akan mengganggu produksi dalam
penyediaan output komoditas pertanian. Pasar sebagai tujuan dari
produk pertanian juga mengalami perlambatan yang disebabkan oleh
menurunnya daya beli masyarakat dan terganggunya jalur distribusi
akibat dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Keadaan tersebut mengharuskan investor berpikir ulang untuk
menempatkan dananya pada sektor yang mendatangkan keuntungan.
Kegiatan usaha pertanian sekalipun dinilai tidak cukup menarik
karena tingkat pengembalian keuntungan yang lama dan cenderung
jangka panjang juga mempunyai risiko tinggi, terutama perubahan
iklim, gagal panen akibat serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), dan saat ini bertambah lagi ketidakpastian dengan
adanya wabah Covid-19. Sektor pertanian mampu bertahan selama
pandemi Covid-19 karena komoditas pertanian merupakan
kebutuhan dasar, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pangan
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 109
masyarakat. Selain itu, kegiatan produksi tetap dilakukan oleh petani,
baik ada maupun tidak ada pandemi Covid-19.
Berdasarkan hubungan dengan (sektor) pertanian, Zepeda (2001),
Mogues et al. (2012), dan Bathla et al. (2017) membedakan investasi
pertanian menjadi investasi di (sektor) pertanian (investment in
agriculture) dan investasi untuk (sektor) pertanian (investment for
agriculture). Pemanfaatan sumber daya alam dalam konteks pertanian
membutuhkan peningkatan kapasitas sehingga bisa menghasilkan
produksi yang diharapkan dan mendatangkan keuntungan yang juga
mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan (Zepeda 2001).
Investasi pertanian adalah kegiatan atau proses penambahan stok
kapital (modal) pertanian guna meningkatkan kapasitas produksi dan
nilai tambah usaha. Penempatan modal dalam proses produksi sangat
berperan penting bagi pelaku investasi, semakin besar penempatan
modal maka semakin besar juga minat para pelaku investasi untuk
menempatkan modalnya.
Syed dan Miyazako (2013) mengatakan bahwa petani adalah
sumber terbesar investasi di pertanian. Investasi on-farm oleh petani
mencapai sekitar tiga kali total investasi lainnya termasuk gabungan
investasi publik, swasta asing dan bantuan asing. Peringkat kedua
sumber investasi pertanian ialah investasi publik. FAO (2012)
menguraikan investasi fisik pada usaha tani termasuk alat dan mesin
pertanian, bangunan dan konstruksi usaha tani, pengembangan
lahan, tanaman tahunan, ternak bakalan atau indukan. Secara umum,
pelaku investasi dibedakan menjadi investor swasta, pemerintah,
lembaga bantuan pembangunan, dan lembaga kemasyarakatan.
Investor swasta dan lembaga sosial umumnya berorientasi pada
perolehan manfaat imbal hasil investasi terbatas untuk lingkungan
sendiri (privat), sementara pemerintah dan lembaga bantuan
pembangunan berorientasi pada imbal hasil investasi bagi
masyarakat secara umum (sosial). Investor privat (swasta dan
lembaga kemasyarakatan) mengukur investasi secara mikro atau
pada tingkat perusahaan, sedangkan investor publik (pemerintah dan
lembaga bantuan pembangunan) mengukur investasi secara makro
atau agregat sektoral (pertanian).
Kebijakan investasi
Pandemi Covid-19
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 111
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 113
pembangunan dan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Van der Eng (2009) mengatakan bahwa dalam perspektif
jangka panjang ekonomi makro, investasi akan meningkatkan stok
kapital. Lebih lanjut, penambahan stok kapital dapat meningkatkan
kapasitas produksi masyarakat sehingga akan mempercepat
pertumbuhan laju ekonomi nasional.
Minat investasi baik PMA maupun PMDN digambarkan melalui
perkembangan realisasi investasi yang dilaporkan BKPM dan disajikan
pada Tabel 1 dan Tabel 2. Minat investasi subsektor tanaman pangan,
perkebunan, dan peternakan jika melihat realisasi investasi yang
masuk jenis pelaku investasi PMA mengalami penurunan pada kuartal
II-2020 jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada kuartal yang
sama di tahun 2019 sebesar -34,70%. Minat investasi PMA lebih
cenderung kepada sektor industri makanan minuman dan pengolahan
tembakau yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 55,89% di
kuartal yang sama. Selama tahun 2020 yang merupakan awal masa
pandemi Covid-19, capaian kinerja investasi pada kuartal II juga
mengalami penurunan sebesar -60,69 pada subsektor tanaman pangan,
perkebunan, dan peternakan jika dibandingkan dengan kuartal I-2020.
Pada sektor industri makanan, minuman, dan pengolahan tembakau,
realisasi PMA mengalami kenaikan sebesar 69,02% (q-to-q). Secara total
dari sektor yang ada, realisasi pertumbuhan investasi mengalami
penurunan -10,89% (q-to-q) dan mengalami pertumbuhan 13,20% (y-on-
y).
Pelaku investasi PMDN tidak jauh berbeda dari PMA terkait minat
investasi pada subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan
peternakan yang mengalami penurunan sebesar -15,69% pada awal
masa pandemi Covid-19 di kuartal II-2020. Sektor lain yang masih
terkait dengan pertanian yaitu sektor industri makanan, minuman,
dan pengolahan tembakau mengalami kenaikan sebesar 47,34%. Total
realisasi investasi PMDN pada kuartal II mengalami pertumbuhan
10,44%. Realisasi investasi subsektor tanaman pangan, perkebunan,
dan peternakan pada kuartal II-2020 mengalami penurunan -30,84%
jika dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
Industri makanan, minuman, dan pengolahan tembakau juga
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 115
ketidakpastian baru, yaitu penyebaran Covid-19 dan berapa lama
penyebaran Covid-19 ini akan berlangsung.
United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD) mencatat aliran investasi yang dilakukan khususnya oleh
pemodal asing telah terjadi penurunan 30%‒40% selama masa
pandemi Covid-19 berlangsung di berbagai negara berkembang.
Selanjutnya, hampir 5.000 perusahaan multinasional merevisi
pendapatan hingga rata-rata 30% dari target pendapatan sebelumnya
dan perjanjian kerja sama di banyak sektor mengalami penundaan
dan review ulang akibat penyebaran Covid-19 termasuk pada sektor
pertanian (UNCTAD 2020).
Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mengalami tekanan
selama masa pandemi seperti ditampilkan pada Tabel 3. Laju
pertumbuhan PMTB pada triwulan II-2020 sebesar -8,61% (y-on-y).
Perlambatan terjadi hampir di semua sektor pembentuk PMTB. PMTB
merupakan indikator pengeluaran dalam pembelian barang-barang
modal, seperti peralatan, mesin, kendaraan niaga, dan bangunan.
Dengan demikian, apabila nilai pertumbuhan PMTB mengalami
penurunan, maka hal tersebut seharusnya direfleksikan oleh nilai
realisasi investasi yang juga turun.
Cultivated biological resources (CBR) yang merupakan sumber daya
hayati yang dibudidayakan dengan tujuan untuk mendapatkan
manfaat dari kegiatan budi daya, baik yang dilakukan swasta dan
pemerintah, mengalami penurunan sebesar -8,17% (q-to-q) dan
-14,89% (y-on-y) karena turunnya nilai penambahan pada tanaman
perkebunan yang belum berproduksi. Sebelum pandemi Covid-19,
kondisi tersebut dipicu oleh kebijakan dalam negeri, salah satunya
adalah kebijakan mandatori biodiesel untuk memacu konsumsi CPO
domestik. Kebijakan tersebut telah mendorong banyak perusahaan
untuk berinvestasi lebih banyak di sisi hulu sampai pengolahan demi
menjamin produksi. Misalnya untuk komoditas sawit, banyak
perusahaan yang menanamkan investasi untuk peremajaan tanaman
demi mengharap mandatori biodiesel yang memang sangat atraktif
(Timorria 2019). Pada komoditas gula, permintaan gula mentah
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 117
1.600.000
Nilai kredit (milliar rupiah) 1.550.000
1.500.000
1.450.000
1.400.000
1.350.000
1.300.000
1.250.000
1.200.000
1.150.000
1.100.000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
2018 1.171 1.171 1.184 1.192 1.208 1.226 1.227 1.249 1.252 1.275 1.258 1.295
2019 1.318 1.327 1.340 1.352 1.385 1.389 1.397 1.409 1.415 1.421 1.431 1.461
2020 1.452 1.460 1.515 1.475
Sektor: Channels:
Global Spillovers (excluding tourism)
International tourism demand decline
Domestic demand decline
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 121
tani, tak terkecuali juga bagi semua pemangku kepentingan yang
terlibat di dalamnya. Pengesahan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan penanaman PMA di sektor
pertanian. Namun, investasi yang masuk tersebut harusnya dibarengi
dengan transfer teknologi dan pengetahuan agar para pekerja di
sektor pertanian di Indonesia dapat merasakan manfaatnya.
Dalam hal dampak investasi melalui pembiayaan kegiatan
produksi pertanian yang juga mengalami perlambatan, merujuk pada
Myanmar, Bank Dunia menyetujui memberikan kredit pada
Myanmar sejumlah US$200 juta melalui International Development
Association (IDA) untuk peningkatan produktivitas, diversifikasi
pertanian, dan peningkatan akses pasar bagi petani yang berfokus
pada rumah tangga petani kecil, perempuan, dan kelompok yang
rentan akibat pandemi. Lebih lanjut, penggunaan dana pinjaman
yang masuk tersebut oleh Myanmar digunakan untuk peningkatkan
kualitas dan pemanfaatan input pertanian dan membuat proyek
kegiatan padat karya yang bersifat cipta lapangan kerja guna bagi
penduduk miskin yang kehilangan pekerjaan akibat kebijakan
pemerintah menghadapi pandemi (World Bank 2020).
Kesimpulan
Dampak pandemi Covid-19 telah banyak mengubah tatanan
ekonomi yang sudah ada dan dibentuk selama ini termasuk investasi
secara cukup signifikan. Banyak sektor mengalami kontraksi
termasuk sektor pertanian yang menyebabkan investor harus berpikir
ulang untuk dapat menanamkan modalnya, termasuk di sektor
pertanian. Peningkatan investasi pertanian sudah jelas akan
meningkatkan kegiatan perekonomian dan kesempatan kerja yang
pada akhirnya untuk meningkatkan pendapatan petani. Investasi di
sektor pertanian tetap menjadi daya tarik karena output dari pertanian
primer cenderung tidak terdampak secara langsung oleh pandemi
Covid-19, dan menjadi pendukung kondusif untuk industri
pengolahan makanan.
122 Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Investasi Sektor Pertanian
Saran
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 125