• Aktivitas pemindahan bahan (material handling) dapat
ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi.
• Dilihat dari peta-peta yang sudah harus dibuat
sebelumnya seperti Peta Proses Operasi /Operation Process Chart ataupun Pengurutan Produksi (Routing Sheet/Route Sheet).
• Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kita
akan menghitung Ongkos Material Handling. Hal-hal tersebut adalah : Cara pemindahan dan alat angkut yang digunakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan cara
pemindahan :
Telusuri Peta Proses Operasi atau Routing Sheet sejak
proses yang paling awal, kemudian tentukan urutan proses pengangkutan dari ……….. ke ……….. (lihat Tabel 1).
Isi kolom Dari yang merupakan departemen asal, dan
kolom Ke yang merupakan departemen tujuan pemindahan, sesuai dengan aliran yang terjadi. Dalam mengisi kolom Ke yang merupakan departemen tujuan pengangkutan, sebelum mencantumkan aktivitas lainnya maka aktivitas pertama harus sudah selesai mencatumkan semua bahan yang akan diterima oleh departemen tersebut, yang diuraikan pada kolom 3 (nama komponen) dan kolom 4 (bentuk bahan/material), seperti terlihat pada Tabel 1.
Dari hal-hal di ata dapat dijelaskan cara pemindahan
tersebut, yaitu setiap pengangkutan dilakukan dari sumber yang sama mengangkut beberapa bahan menuju ke tujuan yang sama.
Demikian seterusnya untuk langkah pengangkutan
selanjutnya. Dalam menentukan alat angkut perlu diperhatikan hal-hal seperti;
• jenis, • sifat, • bentuk, • berat,
dimana harus diperhatikan kemungkinan
menggunakan alat angkut khusus.
Pemilihan dan penggunaan alat angkut akan menimbulkan
ongkos angkut yang dibutuhkan untuk pemindahan bahan. Jarak angkut
Untuk fasilitas atau pabrik baru, dimana belum ada tata
letak awal dari Produksi, maka untuk menghitung angkos material handling perlu dibuat asumsi agar memudahkan perhitungan.
Asumsi-asumsi itu adalah :
o Letak antara departemen semuanya berdampingan
o Bentuk deprtemen bujur sangkar o Jarak pengangkutan ditempuh dari titik pusat departemen menuju titik pusat departemen yang lain. Untuk menghitung jarak tempuh antara dua departemen dilakukan dengan cara berikut ini :
Dept. Dept. A B
Untuk menghitung jarak dari departemen A menuju
departemen B :
Jarak A → B = ½ √luas departemen A + ½ √luas departemen B
Untuk menghitung total ongkos dari satu departemen menuju departemen yang lain adalah dengan cara mengkalikan jarak tempuh dengan ongkos alat angkut yang digunakan. Untuk perhitungan Ongkos Material Handling dapat dibuat tabel sperti berikut ini : Tabel 1 : Ongkos Material Handling Peta Dari-Ke (From-To Chart - FTC)
•Ke dalam Peta Dari-Ke (From-To Chart) bisa memasukan
data tentang ongkos angkut yang dibutuhkan oleh bahan ketika terjadi perpindahan dari satu departemen ke departemen yang lainnya.
•Ongkos tersebut diambil dari tabel Ongkos Material
Handling (pada kolom total ongkos).
•Kemudian masukkan total ongkos tersebut disesuaikan
dengan pengangkutan bahan yang terjadi, Peta Dari-Ke dapat dibuat seperti Gambar 1. Gambar 1 : Peta Dari-Ke (From-To Chart) Out Flow dan InFlow
•Out flow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang
keluar dari suatu departemen menuju ke departemen yang lain.
•In flow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang
masuk ke suatu departemen dari departemen yang lain.
Out Flow In Flow
Dept. Dept. Dept. Dept.
A B A B •Acuan untuk perhitungan Out Flow dan In Flow adalah Peta Dari-Ke. Perhitungannya (contohnya untuk pemindahan dari departemen A ke departemen B) adalah sebagai berikut :
Out Flow = Ongkos dari Dept. A ke Dept B : total ongkos yang keluar dari Dept. B
In Flow = Ongkos dari Dept. A ke Dept B : total ongkos yang masuk ke Dept. B
•Hasil perhitungan Out Flow dan In Flow kemudian dimasukan ke dalam tabel Out Flow dan In Flow yang terpisah, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Gambar 2 : Out Flow atau In Flow Tabel Skala Prioritas - TSP
•Tabel Skala Prioritas adalah suatu tabel yang
menggambarkan prioritas kedekatan antar departemen dalam suatu tata letak.
•Acuan dari Tabel Skala Prioritas ini adalah hasil
perhitungan Out Flow atau In Flow, dimana prioritas diurutkan berdasarkan nilai koefisien ongkosnya.
•Tujuan dari pembuatan TSP antara lain ; untuk
meminimumkan ongkos, memperpendek jarak, dan mengoptimalkan tata letak. Tabel Skala Prioritas bisa dibuat seperti Gambar 3. Gambar 3 : Tabel Skala Prioritas Diagram Keterkaitan Kegiatan (Activity Relationship Diagram – ARD) •Hubungan antar departemen berdasarkan prioritas kedekatannya, bisa digambarakan dalam bentuk Diagram Keterkaitan Kegiatan ( Activity Relationship Diagram – ARD).
•Dasar pembentukan ARD adalah Tabel Skala Prioritas,
dimana departemen yang mempunyai prioritas I terhadap departemen yang lain, maka departemen tersebut harus didekatkan penempatannya dalam tata letak, lalu diikuti prioritas berikutnya (prioritas II, III, dst.).
•Demikian seterusnya semua departemen disusun dengan
cara coba-coba (trial and error), sehingga terpenuhi prioritas kedekatannya sesuai dengan yang dihasilkan oleh TSP, dan menghasilkan tata letak dalam bentuk ARD. Untuk menentukan posisi prioritas kedekatan (prioritas I, II, III, IV, dst) dijelaskan seperti berikut (lihat Gambar 4) :
Gambar 4 : Posisi prioritas dalam tata letak
REVISI : OMH, FTC, Out Flow-In flow, TSP, ARD
•Setelah ARD awal terbentuk maka perlu dilakukan kembali
perhitungan OMH (OMH revisi).
•Prinsip perhitungannya sama dengan OMH pertama, yang
membedakannya cuma dalam perhitungan jarak, dimana untuk menghitung jarak dalam OMH revisi didasarkan pada ARD pertama (tidak lagi diasumsikan berdampingan, tapi bentuknya masih bujur sangkar).
•Sehingga untuk menghitung jarak yang ditempuh bisa
dilakukan seperti berikut : ARD
A C B
G D E
H F
Jarak A→B = ½√luas Dept A + √luas Dept C + ½√luas Dept B
Untuk menentukan jarak pemindahan bahan dari suatu departemen ke departemen lain bisa dipilih alternatif rute yang paling pendek dari tata letak yang ada pada ARD awal. Sementara untuk tabel Ongkos Material Handling revisi dapat disederhanakan seperti pada Tabel 2 .
Tabel 2 : Ongkos Material Handling revisi
Jika bentuk ARD tidak bujur sangkar (misalnya diubah menjadi persegi panjang), maka rumus di atas tidak bisa digunakan. Untuk menghitung jarak pemindahan, maka diasumsikan jaraknya rectilinier antara dua pusat departemen. Dari gambar di atas maka koordinat lokasi departemen tersebut adalah :
Departemen A : (XA, YA) = (25, 30)
Departemen B : (XB, YB) = (65, 30) Departemen C : (XC, YC) = (20, 10) Departemen D : (XD, YD) = (60, 10)
Sehingga jarak dari A menuju B bisa dihitung sebagai berikut :
Jarak A → B = │XA - XB│ + │YA - YB│ Jarak Euclidean di ukur dengan cara mengukur lurus dari titik pusat fasilitas yang satu ke fasilitas lainnya. Walaupun metode ini masih kurang realistis, tapi pada umumnya sering dipakai dikarenakan langkah ini mudah dipahami dan mudah dimodelkan. Aplikasi dari jarak Euclidean pada umumnya bisa ditemui pada beberapa model konveyor, sistem transportasi dan distribusi. Gambar dari jarak Euclidean seperti di bawah ini : Adapun rumus dari pengukuran jarak Euclidean yaitu : Pengukuran jarak square euclidean yaitu dengan cara mengkuadratkan jarak antar dua fasilitas yang akan di ukur. Rumus dari jarak square euclidean adalah : Penggunaan pengukuran jarak aisle tidak sama dengan cara pengukuran dengan metode-metode sebelumnya. Metode ini digunakan dengan cara mengukur jarak actual sepanjang lintasan yang dilewati oleh peralatan material handling. Berikut contoh gambar pengukuran dengan metode aisle : Untuk perhitungan From-To Chart, Out Flow, In Flow, Tabel Skala Prioritas, dan Activity Relationship Diagram sama dengan perhitungan sebelum revisi. Revisi bisa dilakukan sampai kita dapatkan tata letak yang paling optimal. Untuk From-To Chart revisi, kotak hubungan dari- kenya tidak hanya berisi total ongkos saja, tetapi bisa ditambahkan menjadi; jarak, ongkos angkut, frekuensi, dan total ongkos, seperti gambar berikut :