Fotografi sebagai

medium
komunikasi dalam
berwisata
Oleh Surya Anantatama Sembiring, S.Kom.I., M.Si.
Melalui foto, orang dapat terpikat pada
sebuah objek yang ada didalamnya, mulai
dari produk, makanan dan minuman,
kegiatan olahraga, infrasturktur, hingga
produk hasil industri.

Dari hal tersebut berkembang luas istilah

foto mampu berbicara.

Karena dari sebuah foto, orang yang

melihatnya dapat merasakan hingga
terhanyut dalam peristiwa yang tergambar
pada foto tersebut. Dari sini fotografi dapat
dikatakan sebagai hasil karya seni yang
dapat dilihat diberbagai bidang kehidupan
manusia.
Fotografi biasanya diaplikasikan sebagai
keperluan dokumentasi. Sudarma (2014:2)
memberikan pengertian bahwa media foto
adalah salah satu media komunikasi, yakni
media yang bisa digunakan untuk
menyampaikan pesan/ide kepada orang
lain.

Media foto atau istilahkan dengan fotografi

merupakan sebuah media yang bisa
digunakan untuk mendokumentasikan
suatu momen atau peristiwa penting.
Gernsheim menengarai Platt D. Babbitt
adalah orang pertama yang menekuni
fotografi wisata (Gernsheim, 1986: 32),
“Babbitt was probably the first to specialize
in this kind of tourist photography.”
Dengan kamera berfilm plat logam serta
memiliki izin monopoli fotografi di wilayah
Air Terjun Niagara sisi Amerika, pada
tahun 1853 ia mulai memfoto orang-orang
yang berwisata di sana. Hasilnya ia jual
kepada wisatawan yang dengan senang
hati membelinya sebagai suvenir.
Demikianlah sebuah gambaran cara
wisatawan mendapatkan foto dirinya di
tempat wisata pada masa itu.
Penciptaan karya fotografi bisa didasarkan untuk
berbagai kepentingan dengan menyebutnya sebagai
suatu medium ‘penyampai pesan’ (message carier)
bagi tujuan tertentu. Karya fotografi disamping
maknanya yang mandiri juga dimanfaatkan bagi
memenuhi suatu fungsi tertentu (Soedjono, 2006:27),
termasuk fungsinya sebagai konten visual pada
media sosial.
Media sosial telah memberikan kontribusi untuk
mengungkap pentingnya fotografi digital sebagai
sarana ekspresi dan komunikasi, tidak hanya di
kalangan teman-teman dan keluarga, tetapi juga
kepada orang asing (Martínez-Sala, Alba-María;
Monserrat-Gauchi, Juan; Campillo Alhama, 2017).
Publik sudah sangat tergantung dengan
gadget atau smartphone akibat
fleksibilitas dan berbagai kemudahan yang
ditawarkan. Di era ekonomi digital,
pendekatan pemasaran dilakukan dengan
mengkombinasikan interaksi online dan
interaksi offline antara perusahaan dengan
pelanggan yang tujuan utamanya
memenangkan, advokasi konsumen
(Asiani, 2019:58).
Instagram (IG) memiliki konsep berbagi foto
& video memiliki daya tarik tersendiri
dibanding media sosial lainnya. Dapat
dikatakan bahwa kontribusi fotografi digital
di media sosial Instagram telah
berkontribusi sebagai sarana promosi,
termasuk promosi pariwisata.

Survei yang dilakukan oleh Schofields

Insurance mengungkapkan bahwa seberapa
Instagrammable tempat liburan telah
diidentifikasi sebagai motivasi nomor satu
para milenial untuk melakukan kegiatan
wisata (Ratnasari, 2017).
Langkah Sebelum
Melakukan Foto
destinasi yang dituju
1.Melakukan pendataan potensi/riset destinasi wisata yang dikunjungi
2.Menentukan Shot List (daftar tangkapan gambar)
3.Melakukan Pemotretan
4.Melakukan Seleksi dari hasil pemotretan
5.Membuat Naskah
6.Mengunggah di Media sosial
1. Melakukan pendataan potensi/riset
destinasi wisata yang dikunjungi
a. Potensi Alam
b. Potensi Kuliner
c. Potensi Budaya
2. Menentukan Shot List (daftar
tangkapan gambar) dari riset lokasi
yang akan kita kunjungi. Bisa
diambil dari target siapa yang dituju
atau pemanfaatan media yang
digunakan
3. Melakukan Pemotretan

Aspek perekaman gambar yang perlu

diperhatikan, yaitu:
1. Angle
2. Komposisi
3. Elemen Visual
4. Melakukan Seleksi dari hasil
pemotretan

1. Seleksi langsung dari gawai

2. Seleksi menggunakan Laptop/Komputer
5. Membuat Naskah

Naskah penjelas dari riset yang

sebelumnya dilakukan, temuan teman-
teman, dan juga perasaan yang dirasakan
selama berwisata
6. Mengunggah di Media sosial

Beda ruang media sosial, beda bentuk

konten unggahnya
Terima
kasih