Anda di halaman 1dari 35

MK : KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA SISTEM DIGESTIVE ATRESIA ANI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5


Mery Susanti, Am.Kep (NIM. 233001090213)
Nopita Sari Nadeak, Amd.Kep (NIM. 233001090226)

DOSEN PEMBIMBING
Ns.Dini Suryani, S.Kep, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
PENDAHULUAN

• Atresia ani merupakan salah


satu kelainan kongenital pada
anak pada sistem digestif.

• Menurut WHO (World Healt


Organization) diperkirakan
bahwa sekitar 7% dari seluruh
kematian bayi di dunia
disebabkan oleh kelainan
kongenital pada tahun 2010.

• Di Eropa, sekitar 25%


kematian neonatal disebabkan
oleh kelainan kongenital.
ATRESIA ANI
A. Pengertian
• Atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus • Atresia ani disebut juga
atau tertutupnya anus secara anorektal anomali atau
abnormal. imperforata anus. Atresia
(Suriadi & Yuliani, R, 2001) ani atau anus imperporata
adalah malformasi
kongenital dimana rektum
• Atresia Ani merupakan tidak mempunyai lubang
kelainan bawaan (kongenital), ke luar.
tidak adanya lubang atau (Hockenberry & Wilson,
saluran anus. 2009)
(Donna L. Wong, 20 : 2003)
B. Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui.
namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :

 Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan


embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu/3 bulan.
 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
 Atresia Ani merupakan kelainan bawaan
C. Tanda & Gejala
D. Patofisiologi
Menurut klasifikasi Wingspread (1984), Atresia ani dibagi 2
golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin yaitu :
1. Pada laki-laki
a. Golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan fistel urin,
atresia rektum, perineum datar, fistel tidak ada dan pada
invertogram: udara > 1 cm dari kulit.
b. Golongan II pada laki-laki dibagi 5 kelainan yaitu kelainan
fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada.
Dan pada invertogram: udara < 1 cm dari kulit.

2. Pada perempuan
c. Golongan I dibagi menjadi 6 kelainan yaitu kelainan kloaka,
fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rektum, fistel tidak
ada dan pada invertogram: udara > 1 cm dari kulit.
d. Golongan II pada perempuan dibagi 4 kelainan yaitu kelainan
fistel perineum, stenosis anus, fistel tidak ada. Dan pada
invertogram: udara < 1 cm dari kulit
(Hamami A.H, 2004)
Patofisiolo
Patofisiolo
gigi
Atresia Ani
E. Pemeriksaan Diagnostik
•Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
•Sinar X terhadap Abdomen
Untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
•Ultrasound terhadap Abdomen
Untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi.
•Pemeriksaan CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
•Pemeriksaan Urine
•Pemeriksaan Radiologik
Dengan enema barium Megakolon sekunder dapat terbentuk akibat adanya
obstruksi kronik saluran cerna bagian bawah daerah stenosis yang sering
bertambah berat akibat mengerasnya tinja.
•Pemeriksaan Radiologis Invertogram
Dilakukan hanya pada pasien yang tidak ada fistel.
F. Penatalaksanaan Medis
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi tergantung dengan tingkat
keparahan kelainan / gangguan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Diantaranya adalah :
• Eksisi Membran Anal
• Fistula, yaitu dengan melakukan Kolostomi sementara dan setelah umur 9 bulan.
Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus
buatan dan setelah umur 9-12 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu
perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk
mencegah infeksi.
• Anoplasti Perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada
usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar
dan pada otot-otot untuk berkembang.
• Pada defek letak rendah langsung dilakukan terapi definitif, yaitu Posterior Sagital
Anorektoplasti (PSARP).
• Khusus untuk defek tipe kloaka pada perempuan, selain kolostomi dilakukan pula
vaginostomi Enam bulan kemudian dilakukan Posterior Sagital Ano-Rekto-
Vagoni-Uretroplasti (PSAVURP).
• Berdasarkan tipe kelainannya. Dua tempat kolostomi dianjurkan pada neonatus
& bayi yaitu Transversokostomi (kolostomi pada kolon transversum) dan
Sigmoidostomi (kolostomi di sigmoid).
• Bentuk kolostomi yang mudah dan aman adalah stoma laras ganda (double
barrel).
Tinjauan Teoritis Keperawatan
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Nama, Tempat tgl lahir, umur, Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa
Medis

2. RIWAYAT KESEHATAN
a.Keluhan Utama : Distensi abdomen
b.Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan
membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina
atau meconium terdapat dalam urin
c.Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah
setelah 24-48 jam pertama kelahiran
d.Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh
anggota keluarga yang lain
e.Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak
mempengaruhi kejadian atresia ani
3. POLA FUNGSI KESEHATAN

a.Pola persepsi terhadap kesehatan


Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa
yang dirasakan dan apa yang diinginkan
b.Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena
masih bayi.
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi ü
Berpakaian ü
Eliminasi ü
Mobilitas ditempat tidur ü
Pindah ü
Ambulansi ü
Makan ü

Keterangan :
0: Mandiri
1: Dengan menggunakan alat bantu
2: Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3: Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4: Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
c.Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain

d.Pola nutrisi metabolik


1. Klien hanya minum ASI atau susu kaleng e.Pola eliminasi
2. Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium

f.Pola kognitif perseptual


Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan baik pada orang lain.

g.Pola konsep diri


3. Identitas diri : belum bisa dikaji
4. Ideal diri : belum bisa dikaji
5. Gambaran diri : belum bisa dikaji
6. Peran diri : belum bisa dikaji
7. Harga diri : belum bisa dikaji

h.Pola seksual Reproduksi


Klien masih bayi dan belum menikah

i.Pola nilai dan kepercayaan


Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan

j.Pola peran hubungan


Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri

k.Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap adanya suatu masalah
4. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a) Tanda-tanda vital
Denyut nadi, pernafasan dan suhu tubuh.
b) Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
c) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
d) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
e) Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak
cheilochisis.
f) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna
g) Leher
Tidak ada webbed neck.
h) Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal
i) Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
j) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor,
tidak terdapat perdarahan pada umbilicus
k) Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
l) Anus
• Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi.
• Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada
auskultasi terdengar peristaltic.
m) Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki
dan kukunya tampak agak pucat
n) Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
o) Pemeriksaan Reflek
• Suching +
• Rooting +
• Moro +
• Grip +
• Plantar +
B. Diagnosa keperawatan
1. Pre Operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan muntah.

c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang penyakit dan prosedur perawatan

2. Post Operasi
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi

e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan


C. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Konstipasi Setelah dilakukan 1. Lakukan enema atau 1. Evaluasi bowel
irigasi rectal sesuai order 2. Meningkatkan
b/d aganglion tindakan
2. Kaji bising usus dan kenyamanan pada anak
keperawatan selama
abdomen setiap 4 jam 3. Meyakinkan
1x 24 jam Klien
3. Ukur lingkar abdomen berfungsinya usus
mampu
4. Pengukuran lingkar
mempertahankan
abdomen membantu
pola eliminasi BAB
mendeteksi terjadinya
dengan teratur.
distensi
KH :
1. Penurunanm
distensi abdomen
2. meningkatnya
kenyamanan
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor intake – output 1. Dapat mengidentifikasi
cairan status cairan klien
kekurangan tindakan
2. Lakukan pemasangan 2. Mencegah dehidrasi
volume cairan keperawatan selama
infus dan berikan cairan 3. Mengetahui
b/d 1x 24 jam Klien dapat
IV kehilangan cairan
menurunnya mempertahankan
3. Observasi TTV melalui suhu tubuh
intake, keseimbangan cairan.
4. Monitor status hidrasi yang tinggi
muntah
(kelembaban membran 4. Mengetahui tanda-
KH:
mukosa, nadi adekuat tanda dehidrasi
1. Output urin 1-
dan tekanan darah
2ml/kg/jam, capill
ortostatik
ary refill 3-5
detik
2. turgor kulit baik
3. membrane
mukosa lembab
3. Cemas Setelah dilakukan
1. Jelaskan dengan istilah 1. Agar orang tua
orang tua tindakan
yang mudah dimengerti mengerti kondisi klien
b/d kurang keperawatan selama
tentang anatomi dan 2. Pengetahuan tersebut
pengetahuan 1x 24 jam
fisiologi saluran diharapkan dapat
tentang Kecemasan orang tua
pencernaan normal. membantu
penyakit dan dapat berkurang
2. Gunakan alat, media menurunkan
prosedur
dan gambar Beri kecemasan
perawatan KH:
jadwal studi diagnosa 3. Membantu mengurangi
Klien tidak lemas
pada orang tua kecemasan klien
3. Beri informasi pada
orang tua tentang
operasi kolostomi
2. Post Operasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Hindari kerutan pada tempat 1. Mencegah perlukaan
kulit b/d kolostomi. tindakan keperawatan tidur pada kulit
selama 1 x 24 jam 2. Jaga kebersihan kulit agar 2. Menjaga ketahanan
diharapkan integritas tetap bersih dan kering kulit
kulit dapat dikontrol. 3. Monitor kulit akan adanya 3. Mengetahui
kemerahan adanya tanda
KH : 4. Oleskan lotion/baby oil kerusakan
1. temperatur jaringan pada daerah yang jaringan kulit
dalam batas normal
4. Menjaga
2. sensasi dalam batas
kelembaban kulit
normal
3. elastisitas dalam
batas normal,
2. Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala 1. mengetahui tanda
prosedur tindakan infeksi sistemik dan lokal infeksi lebih dini
pembedahan keperawatan selama 1 2. Batasi pengunjung 2. menghindari
x 24 jam diharapkan kontaminasi dari
klien bebas dari tanda- 3. Pertahankan teknik cairan pengunjung
tanda infeksi asepsis pada klien yang
beresiko 3. mencegah penyebab
infeksi
4. Inspeksi kondisi luka/insisi 4. mengetahui
KH : bedah kebersihan luka dan
bebas dari tanda dan 5. Ajarkan keluarga klien tanda infeksi
gejala infeksi tentang tanda dan gejala 5. Gejala infeksi dapat
infeksi di deteksi lebih dini
6. Laporkan kecurigaan infeksi 6. Gejala infeksi dapat
segera teratasi
D. Implementasi Keperawatan
1. Pre Operasi

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD

Konstipasi b/d 1. Enema atau irigasi rectal sesuai order


2. Mengauskultasi bising usus dan
aganglion
abdomen
3. Mengukur lingkar abdomen

Resiko 1. Memonitor intake – output cairan


kekurangan volume
2. Memasang infus
cairan b/d
menurunnya intake, 3. Mengobservasi TTV
muntah 4. Memonitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,
takanan darah ortostatik)

Cemas orang 1. Menjelaskan dengan istilah yang mudah


tua b/d kurang dimengerti tentang anatomi dan fisiologi
pengetahuan tentang saluran pencernaan normal.
penyakit dan 2. Menggunakan alat, media dan gambar
prosedur perawatan 3. Memberi jadwal studi diagnosa pada
orang tua
4. Memberi informasi pada orang tua
tentang operasi kolostomi
2. Post Operasi

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD


Gangguan 1. Menghindarkan kerutan pada tempat tidur
integritas kulit 2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
b/d kolostomi. dan kering
3. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada daerah
yang tertekan
5. Memonitor status nutrisi klien

Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik


b/d prosedur dan lokal
pembedahan 2. Membatasi pengunjung
3. Mempertahankan teknik cairan asepsis pada
klien yang beresiko
4. Menginspeksi kondisi luka/insisibedah
5. Mengajarkan keluarga klien tentang tanda
dan gejala infeksi
6. Melaporkan kecurigaan infeksi
E. Evaluasi Keperawatan
1. Pre Operasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
Konstipasi b/d S : Klien mampu mempertahankan pola
aganglion eliminasi BAB dengan teratur
O : Distensi abdomen menurun

A : Diagnosa keperawatan konstipasi


teratasi

P : Intervensi dihentikan
Resiko S : Klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan
kekurangan
volume cairan b/d O : Output urin 1-2

menurunnya ml/kg/jam, capillary refill 3-5

intake, muntah detik,turgor kulit baik,


membrane mukosa lembab
A : Diagnosa keperawatan Resiko
kekurangan volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan

Cemas orang tua S : orang tua mengatakan sudah tidak cemas


b/d kurang
O : klien tidak lemas
pengetahuan
A : Diagnosa Keperawatan Cemas orang
tentang penyakit
tua Teratasi
dan prosedur
P : Intervensi dihentikan
perawatan
2. Post Operasi

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD

Gangguan S : integritas kulit klien dapat


integritas kulit
terkontrol
b/d kolostomi.
O : Temperatur jaringan dalam batas
normal, sensasi dalam batas normal,
elastisitas dalam batas normal, hidrasi dalam
batas normal, pigmentasi dalam batas normal,
perfusi jaringan baik.

A : Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan

Resiko infeksi S : Klien sudah tidak mengalami


b/d prosedur infeksi
pembedahan O : tanda gejala infeksi tidak ada
A : Diagnosa Keperawatan Resiko infeksi
teratasi

P : Intervensi dihentikan
F. EVALUASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(DALAM KONTEKS KELUARGA)

1. Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal


anus atau dengan kata lain tertutupnya anus secara abnormal. Atresia ani
dengan berbagai tipe apapun pada dasarnya perlu untuk diberikan
perhatian terhadap efek yang akan ditimbulkan setelahnya bagi si anak.

2. Tindakan keperawatan yang didasarkan pada tegaknya diagnosa


keperawatan tidak kalah pentingnya untuk memberikan perawatan
maupun penanganan yang baik demi keberlanjutan kebutuhan dasar
manusia yakni eliminasi, baik sebelum maupun sesudah pembedahan.

3. Edukasi mengenai atresia ani terutama diberikan pada orang tua


pasien mengenai komplikasi jangka panjang, seperti konstipasi dan
kontrol defekasi, yang dapat menjadi masalah meskipun pasien telah
menjalani operasi.
4. Konstipasi perlu dicegah dengan cara memastikan anak mengosongkan
rektum setiap hari. Jika terjadi konstipasi, kolon dapat mengalami
dilatasi yang akan memperburuk motilitas usus, sehingga konstipasi
semakin berat dan dapat mengakibatkan enkopresis. Konstipasi juga
dapat mengakibatkan impaksi feses, dan mengakibatkan pasien
mengalami inkontinensia, karena feses cair keluar terus-menerus.
5. Pasien atresia ani dengan anomali kloaka perlu follow-up sampai usia
pubertas, untuk menilai fungsi seksual dan memperbaiki masalah
genitourinaria.
6. Beberapa hal diduga berhubungan dengan risiko terjadinya atresia ani,
seperti riwayat ayah yang merokok, obesitas atau overweight pada ibu,
serta diabetes gestasional dan pregestasional. Oleh sebab itu, ibu hamil
sebaiknya menghindari paparan asap rokok, menjaga berat badan
ideal, dan memastikan kecukupan nutrisi, seperti mengonsumsi
suplemen asam folat, terutama pada awal kehamilan.
REFERENSI

1) Daengaoes, Maryllin E.1999. Rencana asuhan keperawatan.


Jakarta : EGC
2) Ngastiyah.1995. perawatan anak sakit . Jakarta :EGC
3) Syamsuhidajat, R. 2004.Buku ajar Ilmu bedah. Jakatra:EGC
4) Wong, Dona L. 2004. pedoman klinis keperawatan
pediatric. Jakatra :EGC
5) www. Bedah Anak . Atresia Ani dengan Fistula
Rektovestibularis.co.id
6) http://bedahugm.net/Bedah-Anak/Atresia-Ani.html
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai