Anda di halaman 1dari 4

Pengertian utang piutang

 Hutang piutang atau qard mempunyai istilah lain


01 yang disebut dengan “dain” (‫)دين‬. Istilah  “dain”  (‫)دين‬
  terkait  dengan  istilah  “qard”  (‫ )ق رض‬ yang menurut
bahasa artinya memutus.
Hukum utang piutang
Hukum asal dari hutang piutang adalah mubah
02 (boleh), namun hukum tersebut bisa berubah sesuai
situasi dan kondisi
Rukun utang piutang
'Aqid yaitu orang yang berhutang piutang, yang
FIKIH 03
terdiri dari muqrid (pemberi hutang) dan muqtarid
(penerima hutang). 2. Ma'qud'alayh yaitu barang. 3.
Sighat al-'aqd yaitu ungkapan ijab dan qabul, atau
suatu persetujuan antara kedua belah pihak
Syarat utang piutang
04  a) Merupakan benda bernilai yang mempunyai
persamaan dan penggunaannya mengakibatkan
musnahnya benda hutang. b) Dapat dimiliki c) Dapat
diserahkan kepada pihak yang berhutang d) Telah ada
pada saat waktu perjanjian dilakukan.
PENGERTIAN UTANG PIUTANG
• Hutang piutang atau qard mempunyai istilah lain yang disebut dengan “dain” (‫)دين‬.
Istilah  “dain”  (‫ )دين‬ ini  juga  sangat  terkait  dengan  istilah  “qard”  (‫ )ق رض‬ yang
menurut bahasa artinya memutus. Menurut terminologi Fikih, bahwa akad
hutang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian
bahwa dia akan mengembalikan sesuatu yang diterimanya dalam jumlah yang
sama dan dalam jangka waktu yang disepakati.
HUKUM UTANG PIUTANG
Dasar disyariatkan ad-dain/qard (hutang piutang) adalah al-Qur’an, hadits dan ijmak.
Al-Qur’an surah al-Baqarah (2): 245
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),
Maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Allah menyempitkan dan melapangka
(rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 245).

Ayat ini menganjurkan kepada orang yang berpiutang (muqrid) untuk memberikan bantuan kepada orang lain dengan cara
memberi hutang dan pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah Swt. Dari sisi orang yang berhutang (muqtarid), diperbolehkan
berhutang untuk hal-hal yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengembalikan pinjaman dengan jumlah
yang sama.
Hadis Rasullullah
Artinya: “Tidak ada seorang muslim yang memberi hutang kepada seorang muslim dua kali kecuali seolah-olah dia telah
bersedekah kepadanya satu kali.” (HR. Ibnu Majah).
Hadis ini menjelaskan bahwa orang yang berpiutang (muqrid) akan diberi pahala yang berlipat ganda dimana dalam dua kali
menghutangi seperti pahala sedekah satu kali.
RUKUN UTANG PIUTANG
• Dalam utang piutang (qardh),terdapat pula rukun dan syarat seperti akad-akad yang lain dalam
muamalah. Adapun rukun dan syarat utang piutang (qardh) sendiri ada tiga, yakni:9 1. ‘Aqid yaitu
orang yang berhutang piutang, yang terdiri dari muqrid (pemberi hutang) dan muqtarid
(penerima hutang). 2. Ma’qud’alayh yaitu barang yang diutangkan. 3. Sighat al-‘aqd yaitu
ungkapan ijab dan qabul, atau suatu persetujuan antara kedua belah pihak akan terlaksanya
suatu akad. Demikian juga menurut Chairuman Pasaribu bahwa rukun utang piutang ada empat
macam yaitu:
• 1. Orang yang memberi utang
• 2. Orang yang berhutang
• 3.Barang yang diutangkan (objek)
• 4. Ucapan ijab dan qabul (lafadz)10 Dengan demikian, maka dalam utang piutang dianggap telah
terjadi apabila sudah terpenuhi rukun dan syarat dari hutang piutang itu sendiri. Rukun sendiri
adalah unsur terpenting dari sesuatu, sedangkan syarat adalah prasyarat dari sesuatu tersebut

Anda mungkin juga menyukai