Anda di halaman 1dari 96

1

OBJEK PPN
2 DASAR HUKUM
 Umum
 Pasal 4

 Khusus (mulai ada sejak UU No 11 Tahun 1994)


 Pasal 16 C  Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan

Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan


 Pasal 16 D  Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut

tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP


3 TERUTANG PPN ATAU NGGAK ?????
4
PPN DIKENAKAN ATAS
Pasal 4 ayat (1) UU PPN
5
Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
a
yang dilakukan oleh Pengusaha
b Impor Barang Kena Pajak
Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
c
yang dilakukan oleh Pengusaha
d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
e
di dalam Daerah Pabean
f Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak


PPN dikenakan atas
6 Pasal 4 ayat (1) UU PPN
PPN dikenakan atas
7 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


a
yang dilakukan oleh Pengusaha

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi


baik pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum
dikukuhkan.

Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:
a. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak;
b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud;
c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
PPN dikenakan atas
8 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


a
yang dilakukan oleh Pengusaha

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang
mengatur mengenai kepabeanan
(Pasal 1 angka 1) UU PPN

Barang adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya


dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak
maupun barang tidak berwujud
(Pasal 1 angka 2) UU PPN

Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan UU


(Pasal 1 angka 2) UU PPN
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1) UU PPN

a Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


b Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)
c Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang
d Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma
e BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
f Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang
g Penyerahan BKP secara Konsinyasi DIHAPUS OLEH UU CIPTAKER
h Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yg dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yg penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yg membutuhkan BKP 9
Penyerahan BKP
10 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

a Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


Yang dimaksud dengan “perjanjian” meliputi jual beli, tukar-menukar,
jual beli dengan angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan
hak atas barang.

b Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)

Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
sewa guna usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang
disebabkan oleh perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam
rangka perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena
Pajak dianggap diserahkan langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok
(supplier) kepada pihak yang membutuhkan barang (lessee).
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
11 SE-129/PJ/2010

BKP berasal dari Pemasok BKP milik Lessor

Lessor melakukan 2 penyerahan:


BKP dianggap diserahkan dari
Pemasok ke Lessee
Jasa pembiayaan (non objek JKP)
Lessor melakukan jasa pembiayaan
(non objek JKP)
Penyerahan BKP
Pemasok membuat Faktur Pajak
Lessor membuat Faktur Pajak kepada
kepada Lessee
Lessee

DPP sebesar harga jual dr Pemasok DPP sebesar harga jual dr Lessor ke
ke Lessee Lessee non bunga pembiayaan
TRANSAKSI SALE AND LEASEBACK
12 SE-129/PJ/2010

Dengan Hak Opsi Tanpa Hak Opsi

Penyerahan BKP dari Lessee ke Penyerahan BKP dari Lessee ke


Lessor (sale) merupakan bukan Lessor (sale) merupakan Objek
Objek BKP BKP

Penyerahan jasa pembiayaan


Penyerahan jasa pembiayaan dari Lessor ke Lessee
dari Lessor ke Lessee (leaseback) merupakan Objek
(leaseback) bukan Objek JKP JKP
Penyerahan BKP
13 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

c Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang


Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” adalah orang pribadi atau badan
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan
perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan
mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner.

Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru lelang Pemerintah atau yang
ditunjuk oleh Pemerintah.
Penyerahan BKP
14 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

c Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang

FP

Pemilik BKP BKP Pembeli


Juru
Barang (Pemenang
Lelang
Lelang)

Tidak ada FP

Bayar SSP
Penyerahan BKP
15 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

d Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma


Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun
bukan produksi sendiri.

Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” adalah pemberian yang diberikan


tanpa pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri,
seperti pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.
Penyerahan BKP
16 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

d Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma

Dilakukan
Konsumtif pemungutan
PPN
FP
Pemakaian
Sendiri BKP/JKP Dilakukan Penyerahan:
(Terutang PPN) pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
PPN - Dibebaskan PPN
FP
Produktif
Tidak
Dilakukan
Pemungutan OUTPUT Penyerahan Terutang PPN
PPN
(Tidak Dibuat
Faktur Pajak)

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan penyerahan yang terutang PPN
PEMAKAIAN SENDIRI BKP
17 Pabrikan
PP 1 / 2012
Ban

OUTPU Penjualan
T
Ban
Terutang
PPN
Truk Pengangkut Ban

Pemakaian
Sendiri
Ban
Unit
Produksi
Ban

OUTPU Jasa
T Angkutan
Tidak Terutang Umum
Angkutan Umum PPN

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan penyerahan yang terutang PPN
PEMAKAIAN SENDIRI BKP
18 PP 9 / 2021

Konsumtif

Pemakaian Dilakukan
Sendiri BKP/JKP pemungutan
(Terutang PPN) PPN
FP

Produktif

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif PERLU dibuat Faktur Pajak


Penyerahan BKP
19 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

e BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan

Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai
penyerahan Barang Kena Pajak.

Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah penyerahan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e yaitu:
Barang Kena Pajak yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sebagaimana
dan/atau aktiva berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon yang Pajak
Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
Penyerahan BKP
20 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

f Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya dan


penyerahan BKP antar cabang

Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang
baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan Barang
Kena Pajak antar tempat tersebut merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.

Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tinggal atau tempat kedudukan.

Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit
pemasaran, dan tempat kegiatan usaha sejenisnya.
Penyerahan BKP
21 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

g Penyerahan BKP secara Konsinyasi DIHAPUS OLEH UU CIPTAKER

Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak


Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada waktu
Barang Kena Pajak yang bersangkutan diserahkan
untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak terjadinya penyerahan
Barang Kena Pajak yang dititipkan tersebut.

Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan tersebut


tidak laku dijual dan diputuskan untuk dikembalikan
kepada pemilik Barang Kena Pajak, pengusaha yang
menerima titipan tersebut dapat menggunakan
ketentuan mengenai pengembalian Barang Kena Pajak
(retur) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang-
Undang ini.
Penyerahan BKP
22 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

g Penyerahan BKP secara Konsinyasi DIHAPUS OLEH UU CIPTAKER


Penyerahan BKP
23 Pasal 1A ayat (1) UU PPN

h Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yg dilakukan


berdasarkan prinsip syariah, yg penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yg membutuhkan BKP

Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk
membeli sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan
nasabah bank syariah (Tuan B).

Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu


kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B,
berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor tersebut
dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B.
SKEMA PEMBIAYAAN SYARIAH

PENJUAL ARUS FISIK BRG NASABAH


(PKP) (Tuan B)

BA IN
R G
AN AR
G M
UA
N ANG N
+
G R RA
A
B SU
NG
A
BANK
SYARIAH
 Untuk memenuhi ketentuan syariah dlm memberikan pembiayaan syariah kepada nasabah, Bank harus terlibat
jual beli barang, tidak hanya memberikat uang (kredit) pada nasabah
 Bank membeli dari Supplier dan menjualnya pada Nasabah
 Terdapat dua transaksi penyerahan BKP yg terutang PPN, yaitu dari Supplier ke Bank Syariah dan
dari Bank Syariah ke Nasabah
 Margin merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
 Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps. 4A (3) d) 24
SKEMA KREDIT KONVENSIONAL
UANG
PENJUAL NASABAH
(PKP) (Tuan B)
BARANG

T I AN A
I L G
ED BA U N
KR EM + B
N G IT
D
PE RE
K
BANK
KONVENSIONAL

 Bank hanya memberikan kredit (uang) pada nasabah untuk beli barang
 Bank tidak terlibat jual beli BKP
 Penyerahan BKP yang terutang PPN dilakukan langsung dari Supplier ke Nasabah
 Bunga merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
 Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3)
25 d)
Tidak Termasuk Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (2) UU PPN

a Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud KUHD

b Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

c Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau


antar cabang dlm hal PKP melakukan pemusatan
d PengalihanBarang
pengalihan Barang Kena
Kena Pajak
Pajak dalam
dalam rangka
rangka penggabungan,
penggabungan, peleburan,
peleburan, pemekaran,
pemekaran,
pemecahan,pemecahan, dan pengambilalihan
dan pengambilalihan usaha dengan
usaha, serta pengalihan syarat
Barang Kenapihak
Pajak
yang
untukmelakukan pengalihan
tujuan setoran modaldan yang menerima
pengganti pengalihan
saham dengan syarat adalah
pihak yang
melakukan pengalihan dan Pengusaha
yang menerima pengalihan
Kena Pajak adalah Pengusaha Kena Pajak
e Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c 26
Tidak Termasuk Penyerahan BKP
27 Pasal 1A ayat (2) UU PPN

1 Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud KUHD


Yang dimaksud dengan ”makelar” adalah makelar sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang- Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang perantara yang diangkat
oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk itu.
Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka dengan melakukan pekerjaan
dengan mendapat upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas nama orang-
orang lain yang dengan mereka tidak terdapat hubungan kerja.

2 Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

Cukup jelas

3 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau


antar cabang dlm hal PKP melakukan pemusatan
Cukup jelas
Tidak Termasuk Penyerahan BKP
28 Pasal 1A ayat (2) UU PPN

d Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha
Kena Pajak

pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, dan pengambilalihan usaha, serta
pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran
modal pengganti saham
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan
adalah Pengusaha Kena Pajak

(UU CIPTAKERJA)
Tidak Termasuk Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (2) UU PPN

e Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c 29

Cukup jelas
PPN dikenakan atas
30 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

b Impor Barang Kena Pajak

Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah


Pabean ke dalam Daerah Pabean
(Pasal 1 angka 9) UU PPN

Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak.

Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berbeda


dengan penyerahan Barang Kena Pajak pada huruf a, siapapun yang
memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, tanpa
memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
PPN dikenakan atas
31 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


c
oleh Pengusaha

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik
pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha yang seharusnya
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan.

Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:
a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;
b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. Termasuk
dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang
dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secara
cuma-cuma.
PPN dikenakan atas
32 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


c
oleh Pengusaha

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan


atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk
dari pemesan.
(Pasal 1 angka 5) UU PPN

Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan UU ini
(Pasal 1 angka 6) UU PPN
Contoh Penyerahan JKP
33
JASA MAKLON
ONGKOS

FP : DPP = PENGGANTIAN

JASA MAKLON BIAYA PEMBELIAN


BAHAN PEMBANTU

10.000 pot. Pakaian


PKP PKP
GARMEN Pesan 10.000 pot pakaian
GARMEN
A 1. Tekstil sebagai bahan baku B
2. Pola

PENGGANTIAN + PPN
Contoh Penyerahan JKP
34
JASA PEMBUATAN NOT BALOK
Contoh Penyerahan JKP
35
JASA SURVEI PASAR
Contoh Penyerahan JKP
36
JASA PERDAGANGAN
Contoh Penyerahan JKP
37
JASA PERDAGANGAN
PPN dikenakan atas
45 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean


di dalam Daerah Pabean

Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor
Barang Kena Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang berasal dari
luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah
Pabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

Contoh:
Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan
merek yang dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di Hongkong.
Atas pemanfaatan merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean
terutang Pajak Pertambahan Nilai.
PPN dikenakan atas
46 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean


e
di dalam Daerah Pabean

Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun
di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

Misalnya,
Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari
Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura.
Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai
PPN dikenakan atas
47 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean


di dalam Daerah Pabean

Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean


e
di dalam Daerah Pabean
(PMSE)
48
(PMSE)
49
PPN dikenakan atas
50 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

f Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Berbeda dengan pengusaha yang melakukan kegiatan sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan/atau huruf c, pengusaha yang melakukan
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya pengusaha yang telah
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3A ayat (1).
PPN dikenakan atas
51 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Sebagaimana halnya dengan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak


Berwujud, pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).
Barang Kena Pajak tidak Berwujud
52
Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:

1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan,


kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau
proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;

2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial,


komersial, atau ilmiah;

3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal,


industrial, atau komersial;
Barang Kena Pajak tidak Berwujud
53
Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan
atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa:
a. penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan
kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
b. penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran
televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang
serupa; dan
c. penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;
Barang Kena Pajak tidak Berwujud
54
Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak Tidak Berwujud”
adalah:

5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion


picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita
suara untuk siaran radio; dan

6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan


penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial
atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.
PPN dikenakan atas
55 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan


Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor
Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan
bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
PPN dikenakan atas
56 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak


PPN dikenakan atas
57 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

JASA MAKLON

Harus memenuhi ketentuan :


• spesifikasi dan bahan disediakan oleh Penerima Ekspor JKP;
• bahan akan diproses untuk menghasilkan BKP;
• kepemilikan atas BKP yang dihasilkan berada pada Penerima
Ekspor JKP: dan
• pengusaha jasa maklon mengirim BKP yang merupakan hasil
pekerjaannya ke luar Daerah Pabean dengan menggunakan
mekanisme ekspor barang.
PPN dikenakan atas
58 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

PMK 32 / 2019
1 Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada
barang bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar
Daerah Pabean, meliputi:
a) jasa maklon;
b) jasa perbaikan dan perawatan; dan
c) jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) terkait
barang untuk tujuan ekspor
PPN dikenakan atas
59 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

PMK 32 / 2019
2 Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada
barang tidak bergerak yang berada di luar Daerah Pabean yaitu:
Jasa konsultansi konstruksi yang meliputi pengkajian,
perencanaan, dan perancangan konstruksi terkait dengan
bangunan atau rencana bangunan yang berada di luar Daerah
Pabean.
PPN dikenakan atas
60 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

PMK 32 / 2019
3 Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang hasilnya diserahkan
untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean dengan cara:
a) penyampaian langsung atau tidak langsung antara lain melalui pos
dan saluran elektronik; atau
b) berupa penyediaan hak untuk dipakai (akses) di luar Daerah Pabean,
berdasarkan permintaan Penerima Ekspor Jasa Kena Pajak.
PPN dikenakan atas
61 Pasal 4 ayat (1) UU PPN

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

PMK 32 / 2019
3 Meliputi:
a) jasa teknologi dan informasi;
b) jasa penelitian dan pengembangan (research and development);
c) jasa persewaan alat angkut berupa persewaan pesawat udara dan/atau kapal laut untuk
kegiatan penerbangan atau pelayaran internasional;
d) jasa konsultansi bisnis dan manajemen, jasa konsultansi hukum, jasa konsultansi desain
arsitektur dan interior, jasa konsultansi sumber daya manusia, jasa konsultansi
keinsinyuran (engineering Services), jasa konsultansi pemasaran (marketing Services),
jasa akuntansi atau pembukuan, jasa audit laporan keuangan, dan jasa perpajakan;
e) jasa perdagangan berupa jasa mencarikan penjual barang di dalam Daerah Pabean untuk
tujuan ekspor; dan
f) jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/atau komunikasi/konektivitas data.
PPN atas Penyerahan JKP
62
Dasar Hukum
No Penyerahan JKP Pemanfaatan JKP Terutang PPN ? Keterangan
(UU PPN)

1 Dalam Dalam Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf c


Daerah Pabean Daerah Pabean

2 Dalam Luar Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf c Kecuali jasa pada
Daerah Pabean Daerah Pabean angka 4

3 Luar Dalam Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf e


Daerah Pabean Daerah Pabean

4 Luar atau Dalam Luar Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf h Hanya untuk:
Daerah Pabean Daerah Pabean 0% jo PMK 70/2010 - Jasa Maklon
- Jasa Perbaikan &
Perawatan
- Jasa Konstruksi

5 Luar Luar Tidak Terutang Pasal 4 (1) Selain ketiga jenis


Daerah Pabean Daerah Pabean PPN jasa di atas
PPN atas Penyerahan JKP
63
Dasar Hukum
No Penyerahan JKP Pemanfaatan JKP Terutang PPN ? Keterangan
(UU PPN)

4 Luar atau Dalam Luar Terutang PPN 0% Pasal 4 (1) huruf h Hanya untuk:
Daerah Pabean Daerah Pabean jo PMK 70/2010 - Jasa Maklon
- Jasa Perbaikan &
Perawatan
- Jasa Konstruksi

PERUBAHAN
4 Luar atau Dalam Luar Terutang PPN 0% Pasal 4 (1) huruf h Hanya untuk:
Daerah Pabean Daerah Pabean jo PMK 32/2019 - Jasa Maklon
- Jasa Perbaikan &
Perawatan
- Jasa Konstruksi
- Jasa pengurusan
transaportasi
- Jasa yang hasilnya
diserahkan untuk
dimanfaatkan di luar
Daerah Pabean
NON OBJEK PPN (BKP)
64 Pasal 4A ayat (2) UU PPN

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil


1 langsung dari sumbernya

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung


dari sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batubara;

barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat


2 banyak

3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah


makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

4 uang, emas batangan, dan surat berharga


NON OBJEK PPN (BKP)
65 Pasal 4A ayat (2) UU PPN

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung


1 dari sumbernya

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung


dari sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batubara;

a.
a.
Minyak mentah (crude oil);
Minyak mentah (crude oil);
b.
b. Gas bumi,tidak
Gas bumi, tidaktermasuk
termasuk gasgasbumibumi seperti
seperti elpiji siap
elpiji yang yangdikonsumsi
siap dikonsumsi
langsunglangsung oleh
oleh masyarakat;
c. masyarakat;
Panas bumi;
c.
d. Panas bumi;
asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit,
d. asbes, batu
dolomit, felspartulis, batu setengah
(feldspar), garam batu permata, batu kapur,
(halite), grafit, batu apung,
granit/andesit, batu kaolin,
gips, kalsit, permata, bentonit,
leusit,
magnesit, mika, marmer,
dolomit, felspar nitrat,garam
(feldspar), opsidien,
batuoker, pasir dan
(halite), kerikil
grafit, , pasir kuarsa,gips,
granit/andesit, perlit,kalsit, kaolin, leusit,
fosfat (phospat),
magnesit, mika,talk, tanah serap
marmer, nitrat,(fullers earth),
opsidien, tanah
oker, diatome,
pasir tanah ,liat,
dan kerikil tawas
pasir (alum),perlit,
kuarsa,
tras,
fosfatyarosif, zeolit, talk,
(phospat), basal,tanah
dan trakkit
serap; (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),
e. Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit ;dan
f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit.
e. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit.
NON OBJEK PPN (BKP)
Pasal 4A ayat (2) UU PPN
66
2 barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
NON OBJEK PPN (BKP)
Pasal 4A ayat (2) UU PPN Put MK 39/PUUXIV/2016 jo PMK 116/2017
67
NON OBJEK PPN (BKP)
Pasal 4A ayat (2) UU PPN PMK 99/2020
68
NON OBJEK PPN (BKP)
69 Pasal 4A ayat (2) UU PPN

3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,


warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena


sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.

4 uang, emas batangan, dan surat berharga

Cukup jelas
NON OBJEK PPN (JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN
70
a jasa pelayanan kesehatan medis k jasa tenaga kerja
b Jasa pelayanan sosial l jasa perhotelan
c Jasa pengiriman surat dengan
perangko m jasa jasa yang disediakan
d oleh pemerintah dalam
Jasa keuangan
rangka menjalankan
e Jasa asuransi pemerintahan secara umum

f Jasa keagamaan n jasa penyediaan tempat parkir

g Jasa pendidikan o jasa telepon umum dengan


menggunakan uang logam
h Jasa kesenian & hiburan p jasa pengiriman uang dengan
wesel pos
Jasa penyiaran yang tidak bersifat
i
iklan q
jasa boga atau katering
jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
j angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara
luar negeri
Non Objek PPN (JKP)
71
a
JASA PELAYANAN KESEHATAN MEDIS
meliputi

JASA DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DAN DOKTER GIGI;

jasa dokter hewan


jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi
jasa kebidanan dan dukun bayi
jasa paramedis dan perawat
jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,
dan sanatorium

jasa psikolog dan psikiater

jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan paranormal


Non Objek PPN (JKP)
72
b
JASA PELAYANAN SOSIAL
meliputi
JASA PELAYANAN PANTI ASUHAN, DAN PANTI JOMPO;

jasa pemadam kebakaran;

jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

jasa lembaga rehabilitasi;

jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium

jasa di bidang olahraga kecuali yg bersifat komersial


Non Objek PPN (JKP)
c
JASA DI BIDANG PENGIRIMAN SURAT DENGAN
73

PERANGKO

Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat


dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain
pengganti perangko tempel
d Non Objek PPN (JKP)
74
JASA KEUANGAN
meliputi

jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya

jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:a) sewa guna usaha
dengan hak opsi; b) anjak piutang; c) usaha kartu kredit; dan/atau d) pembiayaan konsumen

jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia

jasa penjaminan

Di jelaskan lebih lanjut dalam SE-121/PJ/2010


e Non Objek PPN (JKP)
75
JASA ASURANSI
Yang dimaksud

Jasa asuransi adalah jasa pertanggungan yang meliputi :


asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan
reasuransi,
yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi,
tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi,
dan konsultan asuransi
Non Objek PPN (JKP)
76
f
JASA KEAGAMAAN
meliputi

Jasa pelayanan rumah-rumah ibadah

Jasa pemberian khotbah atau dakwah

Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan

Jasa lainnya di bidang keagamaan


Non Objek PPN (JKP)
77
g

JASA PENDIDIKAN
meliputi

jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah :


jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar
biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional

jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah


Non Objek PPN (JKP)
78
h

JASA KESENIAN DAN HIBURAN

meliputi

semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan
Non Objek PPN (JKP)
79
i

JASA PENYIARAN YANG TIDAK BERSIFAT


IKLAN

meliputi

jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau
swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial
Non Objek PPN (JKP)
j
80

JASA ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR SERTA JASA


ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI YANG MENJADI
BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI JASA
ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI

Sepanjang menggunakan kendaraan bermotor


Penyerahan jasa Angkutan
dengan tanda nomor kendaraan dengan
Umum dijalan dengan
dasar kuning dan tulisan hitam, termasuk
menggunakan Kendaraan
penyerahan jasa Angkutan Umum di jalan
Angkutan Umum tidak dikenai dengan menggunakan Kendaraan
Pajak Pertambahan Nilai Angkutan Umum yang bersifat charter
atau sewa

SE-119/PJ/2010
k Non Objek PPN (JKP)
81
JASA TENAGA KERJA
meliputi

jasa tenaga kerja

jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut

Selain itu juga :


a) Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan sejenisnya kepada tenaga; atau
b) Tenaga kerja tersebut tercantum dalam daftar struktur kepegawaian
pengusaha pengguna tenaga kerja (SE-05/PJ.53/2003)

Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja


Non Objek PPN (JKP)
l
82

JASA PERHOTELAN
meliputi

Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,


losmen, hostel, serta fasilitas yg terkait dgn kegiatan perhotelan untuk tamu yg
menginap

Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel
Non Objek PPN (JKP)
m
83

JASA YANG DISEDIAKAN PEMERINTAH DALAM RANGKA


MENJALANKAN PEMERINTAHAN SECARA UMUM

meliputi

Jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah seperti :


 pemberian IMB,
 pemberian izin usaha perdagangan,
 pemberian NPWP, dan
 pembuatan KTP
Non Objek PPN (JKP)
n
84

JASA PENYEDIAAN TEMPAT PARKIR

adalah

jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat


parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan
dipungut bayaran
Non Objek PPN (JKP)
o
85

JASA TELEPON UMUM DENGAN MENGGUNAKAN LOGAM

adalah

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin,


yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta

Pertimbangan :
Penggunanya adalah masyarakat kelas bawah dan pelaksanaan
pemungutannya (penerbitan Faktur Pajak-nya) sulit untuk
dilaksanakan
Non Objek PPN (JKP)
p
86

JASA PENGIRIMAN UANG DENGAN WESEL POS

pertimbangan

untuk memberikan perlakuan yang sama karena pengiriman uang


dengan wesel pos sama dengan pengiriman uang melalui transfer
oleh bank, yang tidak dikenakan PPN
Non Objek PPN (JKP)
q
87 JASA BOGA DAN KATERING
pengertian

Jasa Boga atau Katering adalah :


penyediaan makanan dan atau minuman lengkap dengan atau tanpa peralatan
dan petugasnya, untuk keperluan tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian
tertulis atau tidak tertulis.
Keperluan tertentu adalah :
a. pesta, resepsi, atau perayaan;
b. perjamuan;
c. rapat atau pertemuan;
d. makan karyawan pada instansi Pemerintah atau Badan Usaha Pemerintah,
perusahaan swasta maupun perusahaan perseorangan;
e. makan untuk pelanggan perseorangan;
f. perlombaan atau pertandingan; atau
g. acara-acara lain yang sejenis

18/PMK.010/2015
88

OBJEK PAJAK
PASAL 16C DAN PASAL 16D
KMS PASAL 16C
89
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
{Pasal 16C UU PPN 1984}

KepMenKeu Nomor 554/KMK.04/2000 diubah terakhir dengan PerMenkeu No.163/PMK.03/2012

Yang dimaksud dengan Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan membangun bangunan yang
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

Bangunan adalah satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria :
a) konstruksi utamanya terdiri kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b) diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c) luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
KMS PASAL 16C
90
Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN dengan tarif 10% dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak yaitu 20% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.

Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar sebesar 10% x 20% x jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya dan wajib disetor ke Kas Negara paling
lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
tersebut kepada KPP yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut berada, menggunakan SSP
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri tidak dapat
dikreditkan.

Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan secara bertahap dianggap satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun.
KMS PASAL 16C
91
KMS PASAL 16C
92
KMS PASAL 16C
93
KMS PASAL 16D
94
PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak


untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat
dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat FAKTUR PAJAK


RESUME
95
RESUME
96
RESUME
97
RESUME
98

+
inbreng
99
RESUME
100

+ ikan PMK 99/2020

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batubara;
KMS PASAL 16C
101

Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan secara bertahap dianggap satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun.
KMS PASAL 16D
102

PKP harus buat FAKTUR PAJAK


LATIHAN
103
TERUTANG PPN ATAU NGGAK ?????

Anda mungkin juga menyukai