Anda di halaman 1dari 77

Keluarga Berencana :

Pola, Perbedaan, Trend, kebijakan di negara lain

1
Proyeksi Penduduk, INDONESIA
1950-2050

325

300
UN
275 Iskandar
250
CBS
225
P o p u la s i

200
Widjojo
175

150 BIRTH
125
AVERTED
100

75 80 juta
50 (tahun 2000)
25

Year

2
Dasar Program KB dan KR
Dalam Pembangunan Nasional

1. UU No.10/1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga Sejahtera
Pasal 1 butir 12.
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui :
*) pendewasaan usia perkawinan,
*) pengaturan kelahiran,
*) pembinaan ketahanan keluarga,
*) peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.

2. Kesepakatan Internasional (ICPD-94, MDGs)


“All couples and individuals have the basic right to decide freely and
responsibly the number, spacing and timing of their children and have the
information
and means to do so, and the right to obtain the highest standard of sexual and
reproductive health…”

3
3. Sasaran Pokok ICPD yang diangkat ke dalam
MDGs

 Keseimbangan antara perkembangan kependudukan


dan pembangunan sosial ekonomi untuk “sustainable
development”

 Pasangan dan atau individu dapat menikmati kesehatan


reproduksi secara prima

 Terciptanya kesetaraan dan keadilan gender

4
MDGs:

 Menghapus kemiskinan dan kelaparan


 Pendidikan untuk semua orang
 Promosi kesetaraan gender
 Penurunan kematian anak
 Meningkatkan kesehatan ibu
 Memerangi HIV dan AIDS
 Menjamin keberlanjutan lingkungan
 Kemitraan global dalam pembangunan

Program KB menentukan pencapaian sasaran


MDGs indikator 5b: – meningkatkan CPR
– menurunkan unmet need
– menurunkan angka kehamilan
remaja
– meningkatkan ANC

5
Undang Undang .R.I No 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga

Pasal 24 ayat 1:
Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dgn
cara berdaya guna dan berhasil guna serta
diterima dan dilaksanakan secara bertanggung
jawab oleh pasangan suami istri sesuai dgn
pilihan dan mempertimbangkan kondisi
kesehatan suami atau istri.

6
.
Pasal 26 Ayat 1:

Penggunaan Alat,obat dan cara


Kontrasepsi yang menimbulkan resiko
terhadap kesehatan dilakukan atas
persetujuan suami istri setelah
mendapatkan informasi dari tenaga
kesehatan memiliki keahlian dan
kewenangan

7
Pengertian dan Istilah KB
 Usia Subur (reproductive age)
Usia dimana secara rata-rata perempuan mampu untuk
melahirkan. Yaitu 15-49 tahun

 Pasangan Usia Subur (reproductive couple)/PUS


Pasangan suami istri dimana istrinya berada dalam usia
yang mampu melahirkan yaitu istrinya berusia 15-49
tahun

 Keluarga Berencana
Upaya untuk mengatur jumlah, jarak , dan waktu
kelahiran anak dalam rangka mencapai tujuan
reproduksi keluarga
8
Pengertian dan Istilah KB
Alat atau cara KB dikelompokkan :
 Modern
 Alamiah
 Tradisional

Modern dikelompokkan menjadi:


- Bersifat hormonal yaitu pil, susuk dan suntikan
- Non hormonal yaitu AKDR atau spiral (IUD), kondom, diafragma, sterilisasi
pria (vasektomi) dan sterilisasi wanita(tubektomi)

Alamiah :
Pantang berkala (periodic abstinence)
Amenorea laktasi (lactational amenorhea)/LAM
Senggama terputus (withdrawl)

Tradisional :
Jamu dan ramuan-ramuan

9
Pengertian dan Istilah KB
• Pernah pakai alat/cara KB (ever use of contraception)
status pasangan suami istri yang pernah menggunakan suatu alat/cara KB
tetapi tidak sedang menggunakan suatu alat/cara KB pada saat pendataan.

• Sedang ber KB (current use of contraception)


status pasangan suami istri yang sedang menggunakan suatu alat/cara KB
pada saat pengumpulan data. Peserta KB Aktif (Current User-CU);

• Pilihan kontrasepsi (contraceptive choice)


alat/cara KB yang sedang digunakan oleh PUS

• Penggantian kontrasepsi (contraceptive switching)


suatu proses dimana PUS mengganti alat/cara KB yang sebelumnya digunakan
dengan alat/cara KB lainnya.

• Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need)


persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau
ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.
10
Apa saja yang perlu dipelajari

• Informasi tentang perilaku pakai/alat cara KB penting


dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan pelayanan
dan alat/cara KB.

• Apa saja alat/caraKB yang dapat digunakan untuk


mengatur kelahiran?

• Apa saja indikator KB yang dapat digunakan oleh


penentu kebijakan pengendalian kelahiran?

• Apa ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk


mengevaluasi keberhasilan kebijakan pengendalian
kelahiran?

11
indikator dan pengertiannya

Indikator KB yang umum dipakai adalah:

1. Pernah Pakai KB (Ever users)


2. Angka Prevalensi Kontrasepsi (CPR)
3. Kontraseptif mix
.

12
ukuran evaluasi
Beberapa ukuran dalam kegiatan Keluarga Berencana sebagai pengendali
kelahiran menyangkut :

a) Pernah Pakai KB (Ever users)


Persentase Pernah Pakai KB (Ever User) adalah banyaknya perempuan usia
15-49 yang berstatus kawin (PUS) yang pernah memakai sesuatu cara KB dari
seluruh perempuan usia subur yang berstatus kawin.

.
Informasi persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB bermanfaat
untuk mengetahui potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di kalangan PUS.
Dalam persentase ini termasuk jumlah PUS yang sekarang sedang memakai
KB. Kalau diketahui alasan mengapa para perempuan yang pernah pakai KB itu
berhenti ber-KB maka pelaksana program akan dapat memperbaiki pelayanan
atau mengarahkan program kepada hal-hal yang lebih tepat sasaran.

13
ukuran evaluasi
b) Angka Prevalensi Kontrasepsi (contraceptive prevalence rate)/CPR
Persentase PUS yang sedang pakai alat/cara KB

PUS yang sedang ber KB


CPR = x 100
Jumlah PUS

Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan


kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB
.
baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti
sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta
pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi
keluhan pemakaian kontrasepsi.

14
ukuran evaluasi
Contoh :
Hasil SDKI 2007 menunjukkan jumlah perempuan berstatus kawin usia 15-
49 tahun adalah 43.021.000. Jumlah perempuan usia 15-49 tahun
berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB di data dalam
SDKI 2007 adalah sebesar 26.414.894 , maka CPR :

26.414.894
CPR = x 100
43.021.000

.
= 61,4

Artinya dari setiap 100 orang PUS di Indonesia pada tahun 2007,
ditemukan 61 orang yang sedang memakai alat/acara KB

15
ukuran evaluasi

c) Angka Kelangsungan Penggunaan Kontrasepsi (Contraceptive


Continuation Rate)/CCR
Proporsi prngguna alat/cara KB yang masih menggunakan alat/cara KB
tertentu setelah suatu periode terpapar, misal satu tahun, terhadap
risiko tidak meneruskan penggunaan alat/cara KB

d) Angka Ketidaklangsungan Penggunaan Kontrasepsi


(Contraceptive Discontinuation Rate)/CDR
Proporsi yang tidak menggunakan alat/cara KB pada periode terpapar
termasuk karena kegagalan atau tidak meneruskan penggunaan karena
alasan lain .

CDR = 1-CCR

e) Angka Kegagalan Kontrasepsi (contraceptive Failure Rate)


Rasio kelahiran yang tidak diinginkan terhadap durasi keterpaparan
kontrasepsi

16
ukuran evaluasi

f) Efektifitas Kontrasepsi (Contrceptive effectiveness)


Tingkat dimana penggunaan alat/cara KB menurunkan kemampuan
untuk subur

• Angka ini merupakan peluang bulanan seorang perempuan yang aktif


secara seksual, subur, dan tidak menggunakan alat/cara KB untuk
mengandung

• Angka ini juga merupakan proporsi penurunan dalam kemampuan


untuk subur yang disebabkan oleh penggunaan alat/cara KB
tertentu .

g) Bulan Pasangan Perlindungan (Couple Months of Protection-


CMP), atau Tahun Pasangan Perlindungan (Couple-Years of
Protection (CYP)

17
ukuran evaluasi

h) Kontraseptif mix (contraceptive use mix)

Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB (contraceptive


use mix) adalah banyaknya PUS yang memakai alat/cara KB tertentu
per 100 pasangan usia subur (PUS).

.
Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB bermanfaat
untuk mengetahui alat/cara KB yang mana yang paling disukai oleh
PUS didaerah tertentu pada waktu tertentu. Persentase penggunaan
KB menurut cara KB yang digunakan sering disebut dengan mix
kontrasepsi (contraceptive mix).

18
Sumber data KB di Indonesia
Data tentang pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) KB di Indonesia
dapat diperoleh dari :
• Sensus Penduduk
• Survei
• Statistik program BKKBN
• Pendataan keluarga

Macam-macam survei yang mengumpulkan data KAP tentang KB:


• Survei Fertilitas dan Mortalitas (di Jawa dan Bali, 1973)
• Survei Fertilitas Indonesia di Jawa dan Bali, 1976
.
• Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia 1987
• Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1991,1994,1997, 2002,
2007
• Survei Penduduk Antar Sensus
• Survei Sosial Ekonomi Nasional

19
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(SDKI 2007)
Pemakaian alat KB pada Wanita Pernah Kawin dan
Berstatus Kawin, Menurut Kelompok Umur

80
70
60
50
40
%

30
20 .
10
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

kelompok umur ever married


currently married

20
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(menurut umur)
• Berbentuk U terbalik

Persentase perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin, rendah untuk


kelompok usia 15-19 tahun. Kemudian meningkat untuk kelompok yang
lebih tua kemudian turun lagi untuk kelompok 40-44, dan 45-49 tahun

• Karena pada awal masa reproduksinya biasanya perempuan belum


ber KB karena ingin memiliki anak
• Kemudian pertengahan masa-masa reproduksinya persentase yang ber
.
KB tinggi karena bertujuan untuk penjarangan maupun pembatasan
kelahiran.
• Pada menjelang akhir masa reproduksinya persentase yang ber KB
rendah, karena mungkin mengetahui dan emnyadari bahwa kesuburan
mereka sudah berkurang dan mungkin frekuensi hubungan suami istri
berkurang dibanding masa-masa sebelumnya.

21
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(jumlah anak lahir hidup)
• Kelompok yang memiliki anak 3 dan 4+ menunjukkan kenaikan,
sedangkan untuk yang memiliki anak kurang dari 3 persentase menurun.
Jadi semakin banyak Anak Lahir Hidup (ALH) makin tinggi yang ber KB

• Untuk kelompok yang memiliki ALH 0 dan 1, kelompok usia muda (15-19
tahun) masih menunjukkan perentase pemakaian KB yang tinggi karena
mereka ingin mengatur jarak kelahiran anak.

• Hal tersebut sesuai dengan harapan dimana perempuan yang masih


. KB untuk menjarangkan
produktif yang ALHnya sedikit memakai
kelahiran, sedangkan yang ALH nya banyak mempraktekkan KB untuk
membatasi kelahiran.

22
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(menurut lama perkawinan)
• Berbentuk U terbalik

• Untuk yang baru menikah pemakaian KB rendah karena ingin punya


anak

• Yang menikah selama 10-19 tahun berKB untuk menjarangkan kelahiran

• Perempuan yang sudah 20 tahun atau lebih menikahnya, biasanya


menyadari kesuburannya berkurang dan frekuensi hubungan suami istri
.
berkurang, sehingga pamakian KB rendah

23
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(SDKI 2002 dan SDKI 2007)
Menurut Pendidikan
Menurut Tempat Tinggal

% 70
63 63
60
62
61
50
61
61 40
60 59
30
59
20
10
58
0
57
SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2002 SDKI 2007

Perkotaan Perdesaan Tidak sekolah SD Tamat SD SMP Tamat SMP

.
M enurut Kuantil Indeks Kekayaan
%
70
60
50
40
30
20
10
0
SDKI 2002 SDKI 2007

Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Tertinggi


24
Pola dan perbedaan pemilihan alat/cara KB

persentase perempuan kawin pakai KB menurut


sumber alat KB
%
70 62 69
60
43 42 pemerintah
50
40 28 swasta
30 . 22
15 lainnya
20 9
10
10
0
SDKI 1997 SDKI 2002 SDKI 2007

25
Pola dan perbedaan perilaku ber KB

tren alat KB yang sedang dipakai

35 32
28
30
25
20 15 17
15 21 13
pil
13 15
13
15 12 IUD
.
suntikan
10
10 8
5 6 5

0
SDKI '91 SDKI'94 SDKI '97 SDKI 2002 SDKI'07

26
Indikator Pencapaian Program
Indikator Makro Program KB dan Kesehatan Reproduksi

TFR (Total Fertility Rate)


ASFR 15-19
MMR (Maternal Mortality Ratio)
IMR (Infant Mortality Rate)
Median umur perkawinan pertama usia 25-49
Median umur melahirkan anak pertama usia 25-49
Kelahiran yang terjadi pada perempuan usia 15-19
Kehamilan yang tidak diinginkan
CPR (Contraceptive Prevalence Rate)
KB untuk menjarangkan kelahiran
KB untuk membatasi kelahiran
Kesertaan KB Pria (Kondom dan MOP)
Kebutuhan KB yang belum terpenuhi (Unmet Need)
Unmet need untuk penjarangan kelahiran
Unmet need untuk pembatasan kelahiran

27
Trend CPR dan TFR

65
5.6 6
60 5.2 60.3 5.5
57
55
4.7 55 5
50 50
4.1 48 4.5
CPR

TFR
45
4
40
39 3.38 3.31
35
3.5
2.8 2.78 3
30 2.6
25 26 2.5
20 2
1971 1975 1980 1982 1987 1990 1992 1997 2002/3

28
.

29
.

30
Proyeksi Penduduk Berdasarkan
Skenario Angka Prevalensi Kontrasepsi
(Contraceptive Prevalence Rate – CPR)

2 70

CPR turun 0,5% per tahun 2 6 4 .4


260
2 55.5
2 50 248 juta (Proyeksi Penduduk 2015) CPR tetap

240
2 3 7.8

230
CPR naik 1% per tahun
220
219 juta (Proyeksi Penduduk 2005)
2 10
Turun Te t a p N a ik

200
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(Paparan BKKBN dalam Donor Meeting 2005)

31
Contraceptive Prevalency Rate
(CPR),
Tahun 2005-2025
(%) 100
90
80 72 75
65 69
70 61
60
50
40
30
20
10
0
2005 2010 2015 2020 2025

Sumber: Proyeksi BKKBN

32
Isu Strategis dalam Program KB
Isu pertama
 Walaupun TFR turun dari waktu ke waktu, namun gambaran yang ada secara nasional masih
belum mencapai angka ideal, yaitu 2,1.  SDKI 2007=2,6.
 Masih terdapat variasi TFR yang menyolok antar wilayah (Provinsi) dan antar SES.

Isu kedua
 Masih terdapat perbedaan menyolok dalam CPR antar prov dan SES
 CPR tertinggi di DIY=75.5, dan terendah NTT=34.8
 Provinsi dengan CPR tinggi cenderung memiliki TFR rendah.

Isu ketiga
 Belum semua PUS (Pasangan Usia Subur) yang ingin ber KB mendapat pelayanan sebagaimana
mestinya
Tingkat “unmet need” (SDKI 2007 ) = 8,6
 Alasan belum terlayani a.l: tidak terjangkau pelayanan, jenis kontrasepsi tdk sesuai dgn yang
diinginkan.

Isu keempat
 Salah satu kebijakan dalam program KB adalah mendukung program MPS (Making Pregnancy
Safer) yaitu menjamin bahwa seluruh kehamilan “diinginkan”.
 SDKI 2002-03 = 16,8% kehamilan belum/tdk diinginkan. Angka ini turun sedikit dari keadaan 1997
= 17,1% (tdk bermakna)

33
Isu Strategis dalam Program KB
Isu kelima
 Kesehatan Ibu dan bayi erat kaitannya dengan 4 T  MMR dan IMR
(Chart)

Isu keenam
 Kesertaan pria dalam ber KB masih sangat rendah
 Data SDKI 2002-03 = 1,3% (Kondom=0,9% dan MOP=0,4%)
 Perlu perhatian program secara khusus bagi kaum pria

Isu ketujuh
 Pengguna Suntikan dan Pil merupakan peserta KB terbesar (75%) dibandingkan
pengguna kontrasepsi lainnya  Perlu perhatian karena pengguna kedua metode
tersebut rawan DO sehingga menurunkan CPR dengan cepat.

 Sementara kesinambungan penyediaan kedua jenis kontrasepsi tersebut seringkali


bermasalah (kehabisan stock dan penggantinya terlambat)

34
TREND PERSENTASE KEHAMILAN
YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
14
12.7
12

10 9.4
8.1
8

6 5.5
4.7
4.1 3.8
4 3

0
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 2002/03 SDKI 2007

Sumber: SDKI 2002/03, 2007 35


Isu Strategis dalam Program KB
Isu kedelapan
 Kasus kegagalan, komplikasi dan efek samping masih terjadi.

Berkaitan erat dengan kualitas pelayanan yang diberikan para


provider.

 Pemerintah harus bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas


pelayanan

Isu kesembilan
 Era desentralisasi dan keterbukaan mengakibatkan adanya
kecenderungan sebagian anggota masyarakat untuk memiliki anak
dalam jumlah besar. Karena merasa bahwa itu adalah hak asasi
mereka.

 Perlu penyadaran tentang hak dan tanggung jawab dalam


merencanakan kehidupan berkeluarga

36
Keluarga Berencana di Beberapa Negara

Program Studi Pasca Sarjana Kependudukan dan Ketenagakerjaan


UNIVERSITAS INDONESIA

Merry Sri Widyanti K


Lembaga Demografi FEUI

37
KOREA SELATAN
38
Fertilitas, modernisasi dan agama

Larsen, et all (1998) meneliti hubungan preferensi


anak laki-laki dan tradisi keluarga patriarkhal
terhadap penurunan fertilitas ( data tahun 1991,
Korea National Fertility dan Family Health Survey
pada wanita pernah kawin usia 15-49 tahun).

 Modernisasi berpengaruh negatif terhadap fertilitas


(pengaruh permintaan wanita bekerja dan
permintaan wanita untuk melahirkan dan merawat
anak)

 Afiliasi religi/agama tidak mempengaruhi fertilitas,


namun dogma Confucian (sistem patriarkhal) sangat
dekat dengan masyarakat korea.
39
Fertility and Son Preference

 Preferensi anak laki-laki dan tradisi patriarkhal berpengaruh


positif pada fertilitas.

 Preferensi kuat pada anak laki-laki tidak menghalangi


penurunan fertilitas namun memperlambat penurunan
sedikit dengan meningkatnya diskriminasi terhadap anak
perempuan pada tingginya jumlah kelahiran.

 Pemerintah korea melakukan kampanye untuk melawan


perilaku jenis kelamin selektif ( sex-selective behavior)
seperti aborsi dengan seleksi jenis kelamin (sex-selective
abortion), disarankan untuk lebih memperhatikan wanita
dengan dua anak perempuan.

40
Aborsi dan Kontrasepsi

41
Fertility Decline

42
Penurunan fertility dan
kebijakan
Pemerintah Korea selatan membuat kebijakan baru untk menanggapi
fertilitas rendah dan penduduk tua dengan proposal “Saeromaji Plan
2010”, terdiri dari tiga area:

1. Lingkungan baik untuk kelahiran bayi dan childrearing.


a) Menekankan tanggung jawab masyarakat dalam kelahiran bayi dan
memelihara anak.
b) Membantu perkembangan lingkungan ramah-keluarga (family-frendly)
dan persamaan gender pada struktur sosial dan budaya. Kebijakan
Family friendly yaitu menciptakan suatu lingkungan dimana hubungan
antara pekerjaan dan keluarga yang harmonis
c) Menjaga dan mempersiapkan suatu generasi sehat berikutnya .

43
Penurunan fertilitas dan kebijakan
2. Landasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat umur
tua.
a) Menjamin pendapatan untuk masa tua.
b) Menyediakan perlindungan dan pemenuhan kesehatan.
c) Mempromosikan suatu gaya hidup yang aktif untuk penduduk
tua

3. Sumber daya manusia dalam suatu masyarakat umur tua


dengan
fertilitas rendah
a) Pemberdayaan wanita dan potensi kerja warganegara yang
telah
tua.
b) Menaikkan efisiensi dan daya saing dari modal manusia.
c) Mempromosikan pondasi finansial untuk masyarakat tua .
d) Memelihara pembangunan masa depan tentang kekuatan
pekerja
melalui industri yang ramah
44
India

45
Trend ASFR

46
Trend TFR

47
Kesehatan

48
48
Pemakaian alat KB

49
49
Trend CPR

50
50
TFR dan CPR

51
51
Determinan pemakaian alat KB

52
52
A slogan of family planning publicity

China

53
Kebijakan KB

54
Kebijakan KB
 Pada akhir 1979:
Dikeluarkan kebijakan “one child per couple”.
(kemudian dikenal dengan “one child policy”,
tetapi tidak dilaksanakan dengan ketat di daerah
pedesaan)
Pada 1980an kebijakan utama KB adalah :
 Mempertahankan penundaan pernikahan dan
kelahiran, kelahiran yang lebih sedikit dan lebih
sehat; dan mempertahankan kebijakan satu anak
setiap pasangan.
 Kebijakan satu anak ditetapkan oleh setiap
propinsi dengan kelonggaran bagi keluarga di
pedesaan tertentu boleh memiliki dua anak.
55
Kebijakan KB
2002: Peraturan Tentang Kependudukan dan
Keluarga Berencana (efektif 1 September,
2002).

• Peraturan tersebut secara jelas menuntut


penduduk yang mempunyai anak lebih dari yang
diperbolehkan oleh peraturan akan memperoleh
denda ekonomi.

• Tujuannya adalah untuk melindungi keluarga


yang setuju dan mengikuti program KB.

56
Pelaksanaan program KB

Kebijakan fertilitas di Cina dikelompokkan menjadi 4


kategori, yaitu

 one child policy (satu anak per pasangan),

 1,5 children policy (jika anak pertama perempuan, boleh


memiliki anak kedua)

 two-children policy (dua anak per pasangan),

 three-children policy (tiga anak perpasangan). Kebijakan


ini diberlakukan berdasarkan wilayah.

57
Pelaksanaan program KB

 Kebijakan 1-1,5 anak per pasangan di Cina bagian timur dan


tengah,
 sementara kebijakan lebih dari 2 anak di tengah dan barat
Cina.
 Jika dilihat proporsi kebijakan ini, ada 63 % dari seluruh
pasangan di Cina dengan one child policy, 36 % dengan two
children policy, dan 1 % dengan three or more.

Program Pemerintah Berkaitan dengan Pelaksanaan KB :


 Memberikan Penyuluhan tentang berbagai metode KB
sehingga penduduk bisa memilih sesuai dengan kebutuhannya
 Mendukung alat KB yang murah, aman dan efisien
 98 persen kontrasepsi diberikan secara Cuma-cuma

58
Dampak Program KB
 Anak laki-laki diharapkan dapat membantu keluarga
dalam ekonomi (keluarga petani)
Program Pemerintah untuk mengatasinya :
 Care for Girls yaitu dengan memberikan kemudahan
bagi keluarga yang memiliki anak perempuan
 Karena di China terdapat Sex Preference terutama di
Pedesaan maka terjadi ketidak seimbangan jumlah anak
Laki-laki dan Perempuan
 Pemerintah memberikan reward bagi pasangan yang
tidak memiliki anak laki laki berupa uang dan tunjangan
serta kemudahan memperoleh kredit/pinjaman

59
Kompensasi peserta KB
Reward bagi Akseptor KB di China :
 Tunjangan setiap tahun bagi Manula yang sukses

mengikuti program KB

 Pasangan yang dengan sukarela punya anak 2


padahal dia boleh punya 3 anak akan diberikan
reward uang tunai

 Pasangan dengan satu anak, tetapi anak mereka


meninggal dunia juga akan mendapat
kompensasi

60
Philipina

61
GAMBARAN PREVALENSI KB

62
GAMBARAN UNMET NEED
Karakteristik Total
Umur 15-19 29,1
20-24 25,0
25-29 22,3
30-34 19,3
35-39 15,5
40-44 13,0
45-49 5,9
Tipe Daerah Perkotaan 15,3
Perdesaan 19,7
Pendidikan Tidak Sekolah 26,7
SD/SLTP 20,2
SLTA 16,7
63
Diploma ke atas Sumber : NDHS Tahun 2003 14,8
PERKEMBANGAN PROGRAM KB
 Awal Tahun 60-an diinisiasi oleh sektor swasta
 Population Act Tahun 1971 menandai terintegrasinya
program KB kedalam rencana pembangunan
Pemerintah
 Target : Pertumbuhan 2,5 persen (1978)  2,1 persen
(1987), dicapai dengan tujuan Prevalensi KB 40 persen
(1982)  50 persen (1987)
 Kenyataan : Pertumbuhan masih 2,4 persen pada tahun
1990 dan Prevalensi KB hanya 40 persen pada tahun
1993
 Masa pemerintahan Aquino (1986-1992) : Kebimbangan
dukungan politik dan finansial terhadap program KB,
64
PERKEMBANGAN PROGRAM KB
 Juga kuatnya perlawanan terhadap metode KB
buatan oleh Gereja Katolik, ditambah lagi
memburuknya kondisi sosial ekonomi yang
memaksa Pemerintah untuk melakukan realokasi
sumber daya ke program yang lain selain
program KB.
 Pertengahan tahun 1992, Transformasi KB dalam
Departemen Kesehatan. Program KB
diintegrasikan dengan ‘child survival’ dan ‘safe
motherhood programs’ yang kemudian
berkembang menjadi Program Kesehatan
Reproduksi. (Masa Pemerintahan Ramos)
 Adopsi ‘Local Government Code’ tahun 1992,
yang menyerahkan kewenangan pengaturan
keuangan dan seluruh pelayanan kesehatan
kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah
tidak selalu mengimplementasikan program KB
dengan efektif. 65
ARAH KEBIJAKAN KB FILIPINA
 Perubahan arah kebijakan (mengurangi angka
kelahiran  Program Kespro, untuk
mengakomodasi kepentingan oposisi kaum
Gereja Katolik
 Sehingga penggunaan kontrasepsi sekarang
sebagai alat untuk mencegah kehamilan yang
“salah waktu” dan “tidak diinginkan” diantara
kelompok wanita yang mempunyai risiko
kesehatan yang tinggi
 Usaha-usaha dilakukan dengan cara memberikan
penyadaran bahwa pemilihan metode
kontrasepsi dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak
66
Kebijakan Sekarang
 Turunan fase dari suplai kontrasepsi donasi
memberikan peluang bagi negara untuk
memikul tanggung jawab dalam menjamin
ketersediaan suplai kontrasepsi untuk para
pengguna sekarang dan masa datang

 Respon pemerintah: formulasi dan


implementasi dari suatu strategi Kepercayaan
Diri akan Kontrasepsi (Contraseptive Self-
Reliance / CSR)

67
Bangladesh

68
Trend TFR

69
Pendekatan Program KB
 Program nasional Keluarga Berencana (KB)
dapat dilukiskan sebagai “sensitif budaya”
(culturally sensitive) dimana program ini
menggunakan strategi yang mengakui dan
menyesuaikan ketidaksetaraan jender.
 Strategi utamanya ialah mengirimkan informasi
dan metode KB kepada perempuan di rumah
 Dimulai tahun 1976 dan 1980, 13.500 perempuan
petugas kesejahteraan keluarga dipekerjakan dan
diberikan pelatihan. Saat ini, 28.000 perempuan, tiga
perempat dari mereka dipekerjakan oleh pemerintah.

70
Pendekatan Program KB
 Program nasional Keluarga Berencana (KB) dapat
dilukiskan sebagai “sensitif budaya” (culturally
sensitive) dimana program ini menggunakan strategi
yang mengakui dan menyesuaikan ketidaksetaraan
jender.

 Strategi utamanya ialah mengirimkan informasi dan


metode KB kepada perempuan di rumah

 Dimulai tahun 1976 dan 1980, 13.500 perempuan


petugas kesejahteraan keluarga dipekerjakan dan
diberikan pelatihan. Saat ini, 28.000 perempuan, tiga
perempat dari mereka dipekerjakan oleh pemerintah.
71
Tujuan Program KB dengan perspektif
Gender
 Interaksi antara pekerja lapangan KB dengan
akseptor;
 Peran laki-laki dalam Program KB (keputusan);
 Kelemahan home delivery system:
ketergantungan kepada pekerja lapangan KB,
method mix, misinformation, pelayanan tidak
tersedia ketika dibutuhkan dan ketakutan akan
pemakaian alat KB dan efek sampingnya

 Ketergantungan perempuan (women’s


dependence)

72
Pemakaian Alat KB

73
Kebijakan KB
1. Pelayanan KB di Bangladesh berfokus pada
wanita, namun program ini tidak berhasil
mengurangi “struktur patriarki” bahkan
memperkuatnya sehingga membuat wanita
tetap menjadi subordinat.)

2. Terdapat situasi di Bangladesh dimana


wanita menjadi terbelenggu karena
ketergantungan mereka secara ekonomi
kepada laki-laki dan karena sistem
ketidaksetaraan jender (gender inequality)
yang menjadi akar ketergantungan itu.

74
Kebijakan KB
3. Walaupun program KB di Bangladesh tergolong
sukses, namun program ini lebih “women
oriented” yang dapat memperbesar masalah
subordinasi wanita.
4. Program pemerintah Bangladesh yang
menyediakan kesempatan dan sumber daya
ekonomi bagi wanita dapat mengurangi
ketergantungan mereka secara ekonomi kepada
laki-laki dan membawa mereka kepada ruang
publik.
5. Program pemberian kredit mikro dapat
digunakan untuk tujuan diatas dan kredit ini
relatif lebih banyak diberikan oleh NGO
(dibanding pemerintah) di Bangladesh 75
Sampai jumpa minggu depan

76
Sampai jumpa minggu depan

77

Anda mungkin juga menyukai