1
Proyeksi Penduduk, INDONESIA
1950-2050
325
300
UN
275 Iskandar
250
CBS
225
P o p u la s i
200
Widjojo
175
150 BIRTH
125
AVERTED
100
75 80 juta
50 (tahun 2000)
25
Year
2
Dasar Program KB dan KR
Dalam Pembangunan Nasional
3
3. Sasaran Pokok ICPD yang diangkat ke dalam
MDGs
4
MDGs:
5
Undang Undang .R.I No 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
Pasal 24 ayat 1:
Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dgn
cara berdaya guna dan berhasil guna serta
diterima dan dilaksanakan secara bertanggung
jawab oleh pasangan suami istri sesuai dgn
pilihan dan mempertimbangkan kondisi
kesehatan suami atau istri.
6
.
Pasal 26 Ayat 1:
7
Pengertian dan Istilah KB
Usia Subur (reproductive age)
Usia dimana secara rata-rata perempuan mampu untuk
melahirkan. Yaitu 15-49 tahun
Keluarga Berencana
Upaya untuk mengatur jumlah, jarak , dan waktu
kelahiran anak dalam rangka mencapai tujuan
reproduksi keluarga
8
Pengertian dan Istilah KB
Alat atau cara KB dikelompokkan :
Modern
Alamiah
Tradisional
Alamiah :
Pantang berkala (periodic abstinence)
Amenorea laktasi (lactational amenorhea)/LAM
Senggama terputus (withdrawl)
Tradisional :
Jamu dan ramuan-ramuan
9
Pengertian dan Istilah KB
• Pernah pakai alat/cara KB (ever use of contraception)
status pasangan suami istri yang pernah menggunakan suatu alat/cara KB
tetapi tidak sedang menggunakan suatu alat/cara KB pada saat pendataan.
11
indikator dan pengertiannya
12
ukuran evaluasi
Beberapa ukuran dalam kegiatan Keluarga Berencana sebagai pengendali
kelahiran menyangkut :
.
Informasi persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB bermanfaat
untuk mengetahui potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di kalangan PUS.
Dalam persentase ini termasuk jumlah PUS yang sekarang sedang memakai
KB. Kalau diketahui alasan mengapa para perempuan yang pernah pakai KB itu
berhenti ber-KB maka pelaksana program akan dapat memperbaiki pelayanan
atau mengarahkan program kepada hal-hal yang lebih tepat sasaran.
13
ukuran evaluasi
b) Angka Prevalensi Kontrasepsi (contraceptive prevalence rate)/CPR
Persentase PUS yang sedang pakai alat/cara KB
14
ukuran evaluasi
Contoh :
Hasil SDKI 2007 menunjukkan jumlah perempuan berstatus kawin usia 15-
49 tahun adalah 43.021.000. Jumlah perempuan usia 15-49 tahun
berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB di data dalam
SDKI 2007 adalah sebesar 26.414.894 , maka CPR :
26.414.894
CPR = x 100
43.021.000
.
= 61,4
Artinya dari setiap 100 orang PUS di Indonesia pada tahun 2007,
ditemukan 61 orang yang sedang memakai alat/acara KB
15
ukuran evaluasi
CDR = 1-CCR
16
ukuran evaluasi
17
ukuran evaluasi
.
Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB bermanfaat
untuk mengetahui alat/cara KB yang mana yang paling disukai oleh
PUS didaerah tertentu pada waktu tertentu. Persentase penggunaan
KB menurut cara KB yang digunakan sering disebut dengan mix
kontrasepsi (contraceptive mix).
18
Sumber data KB di Indonesia
Data tentang pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) KB di Indonesia
dapat diperoleh dari :
• Sensus Penduduk
• Survei
• Statistik program BKKBN
• Pendataan keluarga
19
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(SDKI 2007)
Pemakaian alat KB pada Wanita Pernah Kawin dan
Berstatus Kawin, Menurut Kelompok Umur
80
70
60
50
40
%
30
20 .
10
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
20
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(menurut umur)
• Berbentuk U terbalik
21
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(jumlah anak lahir hidup)
• Kelompok yang memiliki anak 3 dan 4+ menunjukkan kenaikan,
sedangkan untuk yang memiliki anak kurang dari 3 persentase menurun.
Jadi semakin banyak Anak Lahir Hidup (ALH) makin tinggi yang ber KB
• Untuk kelompok yang memiliki ALH 0 dan 1, kelompok usia muda (15-19
tahun) masih menunjukkan perentase pemakaian KB yang tinggi karena
mereka ingin mengatur jarak kelahiran anak.
22
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(menurut lama perkawinan)
• Berbentuk U terbalik
23
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
(SDKI 2002 dan SDKI 2007)
Menurut Pendidikan
Menurut Tempat Tinggal
% 70
63 63
60
62
61
50
61
61 40
60 59
30
59
20
10
58
0
57
SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2002 SDKI 2007
.
M enurut Kuantil Indeks Kekayaan
%
70
60
50
40
30
20
10
0
SDKI 2002 SDKI 2007
25
Pola dan perbedaan perilaku ber KB
35 32
28
30
25
20 15 17
15 21 13
pil
13 15
13
15 12 IUD
.
suntikan
10
10 8
5 6 5
0
SDKI '91 SDKI'94 SDKI '97 SDKI 2002 SDKI'07
26
Indikator Pencapaian Program
Indikator Makro Program KB dan Kesehatan Reproduksi
27
Trend CPR dan TFR
65
5.6 6
60 5.2 60.3 5.5
57
55
4.7 55 5
50 50
4.1 48 4.5
CPR
TFR
45
4
40
39 3.38 3.31
35
3.5
2.8 2.78 3
30 2.6
25 26 2.5
20 2
1971 1975 1980 1982 1987 1990 1992 1997 2002/3
28
.
29
.
30
Proyeksi Penduduk Berdasarkan
Skenario Angka Prevalensi Kontrasepsi
(Contraceptive Prevalence Rate – CPR)
2 70
240
2 3 7.8
230
CPR naik 1% per tahun
220
219 juta (Proyeksi Penduduk 2005)
2 10
Turun Te t a p N a ik
200
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
31
Contraceptive Prevalency Rate
(CPR),
Tahun 2005-2025
(%) 100
90
80 72 75
65 69
70 61
60
50
40
30
20
10
0
2005 2010 2015 2020 2025
32
Isu Strategis dalam Program KB
Isu pertama
Walaupun TFR turun dari waktu ke waktu, namun gambaran yang ada secara nasional masih
belum mencapai angka ideal, yaitu 2,1. SDKI 2007=2,6.
Masih terdapat variasi TFR yang menyolok antar wilayah (Provinsi) dan antar SES.
Isu kedua
Masih terdapat perbedaan menyolok dalam CPR antar prov dan SES
CPR tertinggi di DIY=75.5, dan terendah NTT=34.8
Provinsi dengan CPR tinggi cenderung memiliki TFR rendah.
Isu ketiga
Belum semua PUS (Pasangan Usia Subur) yang ingin ber KB mendapat pelayanan sebagaimana
mestinya
Tingkat “unmet need” (SDKI 2007 ) = 8,6
Alasan belum terlayani a.l: tidak terjangkau pelayanan, jenis kontrasepsi tdk sesuai dgn yang
diinginkan.
Isu keempat
Salah satu kebijakan dalam program KB adalah mendukung program MPS (Making Pregnancy
Safer) yaitu menjamin bahwa seluruh kehamilan “diinginkan”.
SDKI 2002-03 = 16,8% kehamilan belum/tdk diinginkan. Angka ini turun sedikit dari keadaan 1997
= 17,1% (tdk bermakna)
33
Isu Strategis dalam Program KB
Isu kelima
Kesehatan Ibu dan bayi erat kaitannya dengan 4 T MMR dan IMR
(Chart)
Isu keenam
Kesertaan pria dalam ber KB masih sangat rendah
Data SDKI 2002-03 = 1,3% (Kondom=0,9% dan MOP=0,4%)
Perlu perhatian program secara khusus bagi kaum pria
Isu ketujuh
Pengguna Suntikan dan Pil merupakan peserta KB terbesar (75%) dibandingkan
pengguna kontrasepsi lainnya Perlu perhatian karena pengguna kedua metode
tersebut rawan DO sehingga menurunkan CPR dengan cepat.
34
TREND PERSENTASE KEHAMILAN
YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
14
12.7
12
10 9.4
8.1
8
6 5.5
4.7
4.1 3.8
4 3
0
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 2002/03 SDKI 2007
Isu kesembilan
Era desentralisasi dan keterbukaan mengakibatkan adanya
kecenderungan sebagian anggota masyarakat untuk memiliki anak
dalam jumlah besar. Karena merasa bahwa itu adalah hak asasi
mereka.
36
Keluarga Berencana di Beberapa Negara
37
KOREA SELATAN
38
Fertilitas, modernisasi dan agama
40
Aborsi dan Kontrasepsi
41
Fertility Decline
42
Penurunan fertility dan
kebijakan
Pemerintah Korea selatan membuat kebijakan baru untk menanggapi
fertilitas rendah dan penduduk tua dengan proposal “Saeromaji Plan
2010”, terdiri dari tiga area:
43
Penurunan fertilitas dan kebijakan
2. Landasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat umur
tua.
a) Menjamin pendapatan untuk masa tua.
b) Menyediakan perlindungan dan pemenuhan kesehatan.
c) Mempromosikan suatu gaya hidup yang aktif untuk penduduk
tua
45
Trend ASFR
46
Trend TFR
47
Kesehatan
48
48
Pemakaian alat KB
49
49
Trend CPR
50
50
TFR dan CPR
51
51
Determinan pemakaian alat KB
52
52
A slogan of family planning publicity
China
53
Kebijakan KB
54
Kebijakan KB
Pada akhir 1979:
Dikeluarkan kebijakan “one child per couple”.
(kemudian dikenal dengan “one child policy”,
tetapi tidak dilaksanakan dengan ketat di daerah
pedesaan)
Pada 1980an kebijakan utama KB adalah :
Mempertahankan penundaan pernikahan dan
kelahiran, kelahiran yang lebih sedikit dan lebih
sehat; dan mempertahankan kebijakan satu anak
setiap pasangan.
Kebijakan satu anak ditetapkan oleh setiap
propinsi dengan kelonggaran bagi keluarga di
pedesaan tertentu boleh memiliki dua anak.
55
Kebijakan KB
2002: Peraturan Tentang Kependudukan dan
Keluarga Berencana (efektif 1 September,
2002).
56
Pelaksanaan program KB
57
Pelaksanaan program KB
58
Dampak Program KB
Anak laki-laki diharapkan dapat membantu keluarga
dalam ekonomi (keluarga petani)
Program Pemerintah untuk mengatasinya :
Care for Girls yaitu dengan memberikan kemudahan
bagi keluarga yang memiliki anak perempuan
Karena di China terdapat Sex Preference terutama di
Pedesaan maka terjadi ketidak seimbangan jumlah anak
Laki-laki dan Perempuan
Pemerintah memberikan reward bagi pasangan yang
tidak memiliki anak laki laki berupa uang dan tunjangan
serta kemudahan memperoleh kredit/pinjaman
59
Kompensasi peserta KB
Reward bagi Akseptor KB di China :
Tunjangan setiap tahun bagi Manula yang sukses
mengikuti program KB
60
Philipina
61
GAMBARAN PREVALENSI KB
62
GAMBARAN UNMET NEED
Karakteristik Total
Umur 15-19 29,1
20-24 25,0
25-29 22,3
30-34 19,3
35-39 15,5
40-44 13,0
45-49 5,9
Tipe Daerah Perkotaan 15,3
Perdesaan 19,7
Pendidikan Tidak Sekolah 26,7
SD/SLTP 20,2
SLTA 16,7
63
Diploma ke atas Sumber : NDHS Tahun 2003 14,8
PERKEMBANGAN PROGRAM KB
Awal Tahun 60-an diinisiasi oleh sektor swasta
Population Act Tahun 1971 menandai terintegrasinya
program KB kedalam rencana pembangunan
Pemerintah
Target : Pertumbuhan 2,5 persen (1978) 2,1 persen
(1987), dicapai dengan tujuan Prevalensi KB 40 persen
(1982) 50 persen (1987)
Kenyataan : Pertumbuhan masih 2,4 persen pada tahun
1990 dan Prevalensi KB hanya 40 persen pada tahun
1993
Masa pemerintahan Aquino (1986-1992) : Kebimbangan
dukungan politik dan finansial terhadap program KB,
64
PERKEMBANGAN PROGRAM KB
Juga kuatnya perlawanan terhadap metode KB
buatan oleh Gereja Katolik, ditambah lagi
memburuknya kondisi sosial ekonomi yang
memaksa Pemerintah untuk melakukan realokasi
sumber daya ke program yang lain selain
program KB.
Pertengahan tahun 1992, Transformasi KB dalam
Departemen Kesehatan. Program KB
diintegrasikan dengan ‘child survival’ dan ‘safe
motherhood programs’ yang kemudian
berkembang menjadi Program Kesehatan
Reproduksi. (Masa Pemerintahan Ramos)
Adopsi ‘Local Government Code’ tahun 1992,
yang menyerahkan kewenangan pengaturan
keuangan dan seluruh pelayanan kesehatan
kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah
tidak selalu mengimplementasikan program KB
dengan efektif. 65
ARAH KEBIJAKAN KB FILIPINA
Perubahan arah kebijakan (mengurangi angka
kelahiran Program Kespro, untuk
mengakomodasi kepentingan oposisi kaum
Gereja Katolik
Sehingga penggunaan kontrasepsi sekarang
sebagai alat untuk mencegah kehamilan yang
“salah waktu” dan “tidak diinginkan” diantara
kelompok wanita yang mempunyai risiko
kesehatan yang tinggi
Usaha-usaha dilakukan dengan cara memberikan
penyadaran bahwa pemilihan metode
kontrasepsi dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak
66
Kebijakan Sekarang
Turunan fase dari suplai kontrasepsi donasi
memberikan peluang bagi negara untuk
memikul tanggung jawab dalam menjamin
ketersediaan suplai kontrasepsi untuk para
pengguna sekarang dan masa datang
67
Bangladesh
68
Trend TFR
69
Pendekatan Program KB
Program nasional Keluarga Berencana (KB)
dapat dilukiskan sebagai “sensitif budaya”
(culturally sensitive) dimana program ini
menggunakan strategi yang mengakui dan
menyesuaikan ketidaksetaraan jender.
Strategi utamanya ialah mengirimkan informasi
dan metode KB kepada perempuan di rumah
Dimulai tahun 1976 dan 1980, 13.500 perempuan
petugas kesejahteraan keluarga dipekerjakan dan
diberikan pelatihan. Saat ini, 28.000 perempuan, tiga
perempat dari mereka dipekerjakan oleh pemerintah.
70
Pendekatan Program KB
Program nasional Keluarga Berencana (KB) dapat
dilukiskan sebagai “sensitif budaya” (culturally
sensitive) dimana program ini menggunakan strategi
yang mengakui dan menyesuaikan ketidaksetaraan
jender.
72
Pemakaian Alat KB
73
Kebijakan KB
1. Pelayanan KB di Bangladesh berfokus pada
wanita, namun program ini tidak berhasil
mengurangi “struktur patriarki” bahkan
memperkuatnya sehingga membuat wanita
tetap menjadi subordinat.)
74
Kebijakan KB
3. Walaupun program KB di Bangladesh tergolong
sukses, namun program ini lebih “women
oriented” yang dapat memperbesar masalah
subordinasi wanita.
4. Program pemerintah Bangladesh yang
menyediakan kesempatan dan sumber daya
ekonomi bagi wanita dapat mengurangi
ketergantungan mereka secara ekonomi kepada
laki-laki dan membawa mereka kepada ruang
publik.
5. Program pemberian kredit mikro dapat
digunakan untuk tujuan diatas dan kredit ini
relatif lebih banyak diberikan oleh NGO
(dibanding pemerintah) di Bangladesh 75
Sampai jumpa minggu depan
76
Sampai jumpa minggu depan
77