ANAK
NURUL HIDAYATI
JULI 2018
TARBIYYATUL
AWLAD
• Iman Aqidah
• Ruhiyah/
spiritual
• N afsiah/ emosi
• Jasadiah/ fisik
• Aqliah
• Ijtimaiyyah
A. A PA IT U
EM O S I ?
• Anak yang mudah meledak-ledak dan temperamental sangat dipengaruhi oleh pengabaian dan
sikap permusuhan yang ditunjukkan orangtua ke anak.
• Orangtua yang terlalu mengkritik anak atau menunjukkan kesedihan dan kemarahan di depan anak akan
meningkatkan emosi negatif di dalam diri anak dan membuat anak kesulitan untuk beradaptasi dengan
kondisi stress
• anak yang bisa mengontrol emosi menunjukkan peningkatan di konsentrasi dan kegigihan dalam
mencapai prestasi di sekolah, anak juga lebih mudah menyelesaikan konflik batin dan permasalahan
yang dihadapi, dan anak bisa lebih mengembangkan sikap peduli pada sesama
C A R A U N T U K M E N G O N T R O L PERILAKU
EMOSION A L A N A K:
• 1. Anak meniru perilaku emosional orangtua. jadi jika orangtua ingin mengontrol emosi anak, orangtua
perlu belajar mengontrol emosinya sendiri terlebih dahulu
• 2. Orangtua memilih pola asuh yang demokratis agar kebutuhan psikologis dasar anak bisa terpenuhi
• 3. Bimbing dan arahkan anak untuk mengenali emosi yang dimiliki dan menyampaikannya dengan kalimat.
• 4. Orangtua membuat kesepakatan dengan anak mengenai cara menyampaikan emosi dan melakukannya
dengan konsisten
• fakta penting: anak lebih mudah belajar mengontrol emosi ketika mereka yakin perasaan mereka
akan dimengerti dan didengarkan orangtua.
MENGENDALIKAN EMOSI DENGAN MEMBACA
TA’AWUDZ
عو˚ا
•أب
• Karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah.
• Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
• Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah
satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ي´ا˚ذدلج
´بْو ˚قع´قنهْو´م•ا
عله أل
• Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca
ta’awudz: A’- uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)
• Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang marah, kemudian membaca:
A-‘udzu billah (saya berlindung kepada Allah) maka marahnya akan reda.” (Hadis shahih – silsilah As-Shahihah, no.
1376)
KEDUA, DIAM DA N JAGA
LISAN
• Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
• ض غ´ ا ذ
ِ ´ل ´ف ْم ك˚ د˚ ح´ ´أ ب
ْ س ´ي
ْ ˚ت ك
ْ ´
• “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
• Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa
bagi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
• ِِ ال
ن ْ ´ب َّمل˚ك´ ´تي´ ل´ د
َّ ´ب ع ل ك´ ِ ال
ِ ´م،ف ني˚ب َّ´ ´ت´يم´ا ِة
ِ ،يا ي
´ز ´ ه
ِ ال ِر اَّفه´ا ِب ل ´ ال´ ْيب´ ِ َّما د´ ´ ْع
بأ ني ِر شْ م´ ن
• Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya,
namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
• Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-baik, jangan sampai lidah
tak bertulang ini, menjerumuskan anda ke dasar neraka.
KETIGA, MENGAMBIL POSISI LEBIH RENDAH
• Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi.. dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi,
dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.
• Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan
lebih rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,
• ض غ´ ذ ا
ِ ´ل ْج ي́لْ ف´ م˚ ِا́ئق و´ ه˚ و´ مْ ك˚ د˚ ح´ ´أ ب ، ´ف´ ّ َّلب˚ ض´ غ´ لْ ا ˚هنْ ع´ ب´ ´ه ذ´ نْ ِإف
ِ ْس ع جِ ط´ ْض ي́لْ ´ ِإو
ْ ´
• Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia
mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348,Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
• Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang meriwayatkan hadis ini, melindungi dirinya ketika marah dengan mengubah posisi lebih rendah. Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,
• “Suatu hari Abu Dzar mengisi ember beliau.Tiba-tiba datang beberapa orang yang ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi
Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka. “Saya.” Jawab kawannya.
• Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya, dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika
itu Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun langsung duduk kemudian tidur.
• Melihat itu, orang banyak keheranan.‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.
• Abu Dzar kemudian menyampaikan hadis di atas. Subhanallah.., demikianlah semangat sahabat dalam mempraktekkan ajaran nabi mereka.
• Mengapa duduk dan
tidur?
• Al-Khithabi menjelaskan,
يأكشنبوالنه بي،ف
ضم•ا ي
الع
طعومه
ج،صنا
˚ىمHونمHفهعم ´عندىَّع
اللم ادذ´لليواHيه
ْ طالق،ش ئتس´مهلليئوحرو´كةو بHالقم´ا´َّلم
ال ِه
بم
فهع
ينهرعةلد˚دميي
الد
بعهوره
فقمناد
تم
ال
لحعئوايودب
الققي
بمارهإ ن أم
• Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk
bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul. Seperti ini
apa yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perintah beliau untuk duduk, agar
orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan
pelampiasan marahnya, yang bisa jadi menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu.
(Ma’alim As-Sunan, 4/108)
• Keempat, Ingatlah hadis ini ketika marah
• Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ ْ ن ال ِم ب´ ض´ ْلغ´ا
•ن َّ نط´ ا ْ ي
ْش ن´ط´ ا ْ ي
َّش
ِ ´نِإالو ´ل ِاب˚أال́طْرفن˚ ˚َّا ِإمن
ِ ´توْن َّ´ا مِال نِر َّاق
˚ل خ ْ ض ´ ذغ´ ِإا´ف م ِء´ ا
ِ ´́لي ´ف ْم ك˚˚ دح´ ´أ ب
ْ ض و´ ´ت
َّ أ
• Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air.
Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)
•
Insya Alloh dengan penuh keshabaran dan dzikruloh, emosi kita dapat terkendali juga dapat mengendalikan emosi
anak.
C ARA MENGENDALIKAN EMOSI
A N AK
1. Usia 0-12 bulan.
• - Menampakkan emosi alaminya dan mengenal emosi kedua dari lingkungan
terdekatnya.
• - Emosi bayi akan terpengaruh dengan sentuhan, pelukan dan makanan.
• - Interaksi dengan orangtua dan orang2 terdekatnya adalah cara ampuh untuk
membuat bayi tenang.
• - Bayi bisa disenangkan dengan mengajaknya bernyanyi.
USIA BALITA (1-
5TH)
• Rasa takut adalah emosi yang paling sulit dimengerti dan diatasi oleh balita.
• Orangtua mulai mengakrabkan anak dengan emosinya. Misal saat anak menangis, tanyakan apa
yang
membuatnya bersedih, dengarkan ceritanya, dll.
• Anak mulai meniru respons emosi orangtua dalam berbagai situasi.
USIA 6-10
TAHUN
• Anak mulai mengenal emosi kedua (secondary emotion). Mereka bisa terpengaruh lingkungan, media, dan memiliki pemikirannya sendiri
tentang segala sesuatu.
• Anak-anak tak hanya harus mampu mengidentifikasi emosinya sendiri. Melainkan juga mampu mengatakan apa yang menyebabkan ia
jadi seperti itu.
• Ia mestinya sudah bisa menahan diri dari emosi yang mungkin dapat merugikan orang lain. Ia belajar kata maaf, kebaikan, dan segala
macam tentang emosi baik.
• Ia mulai tahu mana yang baik dan buruk, mana yang jahat, dan penyebabnya. Jika merugikan orang, maka sebaiknya ia tidak
melakukannya.
• Anak mulai belajar rasa sakit hati, iri, benci, marah pada seseorang, kasihan, terharu, lucu, dan berbagai emosi lainnya. Di sinilah anak
mulai belajar untuk dewasa dan mengatasi rasa kecewanya.
• Caranya mengatasi masalahnya di usia ini akan berdampak sampai ia dewasa. Maka, orangtua tak perlu selalu membantunya dalam
berbagai hal.
• Biarkan ia gagal dan ajari ia untuk mengatasi rasa kecewa karena kegagalannya.
• Kunci utama adalah bonding dengan orangtuanya. Jika orangtua jadi tempat aman untuknya, maka anak akan merasa bahwa apapun
situasi sulit yang ia hadapi.
APA YANG TERJADI KETIKA MEMBENTAK
ANAK?
Dalam hal ini, penelitian Lise Gliot yang dilakukannya pada anaknya sendiri,
adalah yang paling populer. Ia melakukan penelitian dengan memasang kabel perekam otak yang
dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi
dalam perkembangan otak anaknya.
Dari hasil penelitian tersebut, Gliot bisa melihat rangkaian indah yang terbentuk ketika sang anak
disusui dengan sentuhan lembut di kepalanya. Namun, pada saat anaknya sedang terkejut
dan mendengar bentakan, rangkaian indah itu berubah menjadi gelembung, lalu pecah berantakan dan
menyebabkan perubahan warna.
Dari penelitian ini jelas menunjukkan bahwa marah dan suara bentakan terhadap anak akan
mempengaruhi perkembangan otak anak. Selain mempengaruhi perkembangan otak,
suara bentakan juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak.
DAMPAK JANGKA PANJANG MEMBENTAK
ANAK :
• Kenali emosi
• Tanyakan pada diri sendiri kenapa saya tersulut emosi
• Tanyakan pada diri sendiri kira2 apa yang menyebabkan hal spt itu
• Pertimbangkan beberapa alternatif respons yg bisa dilakukan dan apa dampaknya
• Pilih respons yang paling tepat
• Dengan berfikir kita dapat menghindari bereaksi secara emosional, namun merespos
secara rasional/
TEMPER
TA N TRUM
• Oxford Dictionary:
1.Temper :
- fact becoming angry very easily
- short periode of feeling very angry
2.Tantrum : out burst of bad temper especially by a child.
• Kesimpulan Temper Tantrum
• 1. Letupan amarah anak di saat menunjukkan kemandirian dengan sikap negatifnya.
2.Ledakan emosi yang biasanya dikaitkan kepada anak atau orang dalam kesulitan emosional.
Ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, pembangkangan, mengomel,
marah-marah
3.Temper Tantrum sebagai gejala yang di miliki pada anak usia balita. 2 sampai dengan 4 tahun.Tetapi
menurut hemat saya, kejadian temper tantrum bisa menimpa anak usia sampai 10 tahun
SEBAB TERJADINYA TEMPER
TA N TRUM
• Anak, khususnya balita ketika sedang lepas kendali. Keadaan dirinya sedang kacau,
bingung dan berantakan. Keinginannya harus dipenuhi saat itu juga. Karena anak balita
tidak mengenal konsep "nanti". Sehingga tidak dapat menunda/menunggu pemenuhan
atas keinginannya. Karena keinginannya tidak terpenuhi, ia merasa tidak puas dan
frustasi.
HAL-HAL YANG MEMBUAT ANAK
FRUSTASI
• 1.Tidak mendapatkan apa yang di
inginkan. 2.Tidak mampu melakukan
sendiri.
3. Menginginkan orang tua melakukan sesuatu yang
bertentangan. 4.Tidak mengetahui apa yang di inginkannya.
5.Tidak mampu menjelaskan apa yang di
inginkannya. 6.Tidak mampu mengendalikan
sesautu.
7.D i salah fahami
8.Bosan
9.Lelah
10.Lapar
11.Sakit
12.Mencontoh tindakan orang tua/orang lain yang
salah.
• Dan ketika dalam kondisi tersebut di atas, mereka
TINDAKAN ORANG TUA MENGANTISIPASI
DAN MENANGANI TEMPER TANTRUM
• 1. Ledakan Kemarahan akan ada pada anak, jika orang tua tidak memberikan hak-haknya dengan baik.
Orang tua wajib melakukan kewajiban sebaik-baiknya menjadi orang tua.
2.Akhlaqul Karimah serta kedekatan orang tua kepada Allah akan berimplementasi positif pada anak.
Dan pasti hal tersebut akan meminimalisir emosi atau tantrum.
3.Melakukan sunnah-sunnah Rasulullah, akan menghindarkan hal hal buruk, yang tidak bisa kita
ketahui
secara kasat mata. ( ghaib )
4.Untuk menjadikan Qurrota A'yun pada anak di butuhkan ilmu pengetahuan yang mumpuni. Selagi Ilmu
Pengetahuan tersebut yang bertujuan baik, dan tidak melanggar syariat, dan itu bagian dari Al Fitrah
manusia, maka kita bisa menerimanya dan kita terapkan sebagai bahan antisipatif pada Temper Tantrum.