Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI BIAYA

PERTEMUAN 2
METODE PENENTUAN BIAYA PRODUKSI
(Pengertian Full Costing, Variable Costing, Activity Based Costing)
By : Made Deny Claudia Larasati, S.E., M.Ak.
Metode Penentuan Biaya Produksi
• Metode penentuan biaya produksi merupakan cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi.
• Terdapat 2 metode penentuan harga pokok yang sering diterapkan
oleh manajemen, yaitu (1) variabel costing (penentuan harga pokok
berdasarkan biaya-biaya variabel) dan (2) full costing (penentuan
harga pokok berdasarkan penggabungan biaya variabel dan biaya
tetap).
• Dalam kedua metode penentuan harga pokok tersebut, akuntansi
biaya harus dapat memisahkan biaya-biaya ke dalam biaya variabel
dan biaya tetap, artinya sekecil apapun jenis biaya yang ada harus
dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
Biaya Sesungguhnya dan Biaya Standar
• Biaya yang dibebankan pada unit yang diproduksi bisa berdasarkan biaya yang
sesungguhnya atau berdasarkan biaya standar.
• Sistem biaya yang sesungguhnya menggunakan biaya yang telah terjadi sehingga biaya
sesungguhnya sering juga disebut biaya masa lalu (historical cost).
• Dalam sistem biaya ini, biaya dikumpulkan pada saat terjadinya, tetapi penentuan harga
pokoknya baru bisa dihitung saat proses produksi telah dilaksanakan atau jasa telah
diserahkan.
• Oleh karena perhitungan harga pokok baru dilakukan setelah produk selesai dikerjakan
dan biaya yang mendukung harga pokok produksi sebagian besar sudah terjadi, maka
biaya-biaya yang dibebankan pada suatu produk adalah biaya yang betul-betul telah
dikeluarkan oleh perusahaan (actual cost/biaya sesungguhnya).
• Jadi, salah satu keuntungan dari perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya
yang sesungguhnya adalah produk/barang yang diproduksi memperoleh alokasi biaya
berdasarkan biaya yang sungguh-sungguh dikeluarkan untuk memproduksi barang yang
bersangkutan.
Kendala Perhitungan Harga Pokok
Produksi Berdasarkan Biaya yang
Sesungguhnya
• Banyak biaya produksi yang tidak bisa diketahui pada saat produk/barang yang
diproduksi sudah selesai. Sebagai akibatnya jika perhitungan harga pokok produksi
menunggu biaya-biaya selesai dihitung, maka perhitungan harga pokok produksi atas
produk/barang yang diserahkan menjadi terlambat atau dengan kata lain produknya
sudah diserahkan, tetapi harga pokoknya belum selesai dihitung.
• Jika ada pesanan tertentu, sementara barang yang dipesan belum tersedia atau
belum pernah diproduksi, maka akan mengalami kesulitan untuk menentukan harga
produk/barang yang dipesan, karena harus menunggu selesainya proses produksi.
• Biaya-biaya yang berasal dari departemen layanan (service department) sulit
dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya, seperti pada biaya listrik/energi,
telepon, air, biaya keamanan.
• Harga pokok produksi sering berubah-ubah karena ada biaya yang terjadinya tidak
secara rutin atau tidak direncanakan.
• Mengingat kelemahan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya yang
sesungguhnya cukup banyak, maka dibuatlah perhitungan harga pokok produksi
berdasarkan biaya yang ditetapkan sebelum proses produksi dimulai.
• Biaya tersebut sering disebut biaya standar atau biaya estimasi/taksiran. Biaya standar
dan biaya taksiran tidak terlalu jauh berbeda, karena sama-sama ditetapkan sebelum
proses produksi dimulai.
• Perbedaannya hanya terletak pada proses pembuatan biaya tersebut. Biaya
estimasi/taksiran dibuat hanya berdasarkan perkiraan saja.
• Contohnya taksiran biaya untuk sebuah meja kerja ukuran ½ biro. Biaya pemakaian
bahan baku yang berupa kayu dan triplek hanya diperkirakan saja, demikian juga
halnya dengan upah buruh dan biaya overhead pabrik.
• Walaupun biaya standar ditetapkan sebelum proses produksi dimulai, tetapi proses
penentuan biaya standar biasanya dimulai dengan membuat suatu percobaan-
percobaan.
• Berdasarkan percobaan tersebut, akhirnya diketahui besarnya biaya bahan baku, upah
langsung dan biaya overhead pabrik. Besarnya biaya tersebut akhirnya digunakan
sebagai standar untuk memproduksi barang yang sama pada periode berikutnya.
Full Costing (Penentuan Harga Pokok Berdasarkan
Penggabungan Biaya Variabel dan Biaya Tetap)
• Full costing merupakan metode yang memperhitungkan semua unsur
biaya produksi yang bersifat biaya variable dan biaya tetap ke dalam
harga pokok produksi.
• Unsur-unsur biaya produksi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
• Harga pokok produksi yang di hitung dengan pendekatan (metode)
full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga
kerja langsung, overhead pabrik, dan overhead pabrik tetap) di
tambahan dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, administrasi,
dan umum).
Dasar-dasar Perilaku (Sifat) Biaya
• Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan penggunaan
aktivitas.
1) Biaya Tetap : biaya yang jumlahya tidak berubah dalam rentang yang relevan ketika penggunaan
aktivitas berubah dengan kata lain biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah.
Biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi. Rentang yang
relevan adalah rentang output di mana asumsi hubungan biaya / output berlaku. Contoh biaya
tetap adalah biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa gedung, biaya iklan dan lain-lain.
2) Biaya Variable : biaya yang jumlahnya berubah ketika penggunaan aktivitas berubah, sehingga
dapat diasumsikan makin besar volume penjualan maka semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan. Biaya variabel dapat dinyatakan dengan persamaan linear. Disini total biaya
tergantung pada tingkat penggerak. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Total
biaya = biaya variabel per unit x jumlah unit. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dalam pembuatan sebuah produk dan komisi penjualan.
3) Biaya Campura : biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan sehingga dapat disimpulkan memiliki komponen biaya tetap dan biaya
variabel. Persamaan linear untuk biaya campuran adalah : Total biaya = biaya tetap + total biaya
variable.
Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing Harga Pokok Produk dengan Pendekatan Full Costing
Biaya bahan baku xx Biaya Bahan Baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya tenaga kerja langusung xx
Biaya overhead pabrik variable xx Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya overhead pabrik tetap xx Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga pokok produk variable xx Biaya administrasi dan umum xx
Biaya pemasaran xx
Total harga pokok produksi xx
Variabel Costing (Penentuan Harga Pokok
Berdasarkan Biaya-biaya Variabel)
• Variable costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variable ke dalam harga
pokok produksi.
• Biaya variable terdiri dari : biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik variable.
• Harga pokok produksi yang di hitung dengan pendekatan (metode)
variable costing terdiri dari unsur biaya produksi variable (biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variable) di tambah dengan
biaya non produksi (biaya pemasaran variable, administrasi variable, dan
umum variable) dan juga di tambah biaya tetap (biaya overhead pabrik
tetap, pemasaran tetap, administrasi tetap, dan umum tetap).
Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Variable Harga Pokok Produk dengan Pendekatan Variable
Costing Costing
Biaya bahan baku xx Biaya Bahan Baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya tenaga kerja langusung xx
Biaya overhead pabrik variable xx Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya overhead pabrik tetap xx Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga pokok produksi xx Biaya administrasi dan umum variable xx
Biaya pemasaran variable xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Biaya administrasi dan umum tetap xx
Biaya pemasaran tetap xx
Total harga pokok produk xx
Activity Based Costing (ABC)
• Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya.
• ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
• Untuk biaya per unit perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas membebankan
biaya pada objek biaya, seperti produk, pelanggan, pemasok, bahan baku, dan jalur
pemasaran. Ketika biaya dibebankan pada objek biaya, biaya per unit dihitung dengan
membagi jumlah biaya yang dibebankan dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu.
• Biaya per unit merupakan jumlah biaya yang berkaitan dengan unit yang diproduksi
dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi.
Activity Based Costing (ABC)
• Activity Based Costing merupakan metode penentuan HPP (product
costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok
secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur
secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk.
• Activity based costing adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan
biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan
lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau
jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut
pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
Activity Based Costing (ABC)
• Terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam sistem ABC, yaitu:
1) Biaya memiliki penyebab. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah
aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas
yang menyebabkan timbulnya biaya akan menempatkan personil perusahaan
pada posisi dapat mempengaruhi biaya. Sistem ABC berangkat dari keyakinan
dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya alokasi biaya.
2) Penyebab biaya dapat dikelola. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat
dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab
terjadinya biaya, personil perusahaan dapat memengaruhi biaya. Pengelolaan
terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
Activity Based Costing (ABC)
• Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatian beberapa hal
sebagai berikut:
1) Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Sistem ABC mensyaratkan bahwa
perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan
menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan
masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2) Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan
produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang ketat tersebut
dibutuhkan pembebanan biaya yang akurat. Informasi tentang pembebanan biaya yang
akurat akan memudahkan bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
3) Biaya pengukuran yang relatif rendah. Biaya pengukuran (measurement cost) merupakan
biaya yang terkait dengan pengukuran yang digunakan oleh suatu sistem biaya. Agar
penerapan sistem ABC dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk menghasilkan
informasi biaya aktivitas harus relatif rendah.
Activity Based Costing (ABC)
• Aktivitas dalam Sistem ABC : Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengklasifikasikan
seluruh aktivitas berdasarkan bagaimana aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa
level ini akan memudahkan perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang berbeda akan menggunakan jenis
Cost Driver yang berbeda.
1) Aktivitas Tingkat Unit (unit-level activity) : Biaya untuk setiap unit adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan
meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah hubungan sebab
akibat setiap unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat unit mencakup pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam tenaga
kerja langsung, serta pemasukan komponen dan inspeksi setiap unit. Aktivitas tingkat unit merupakan aktivitas berdasarkan
volume.
2) Aktivitas Tingkat Kelompok (batch-level activity) : Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu adalah sumber daya yang digunakan
untuk aktivitas yang akan terkait dengan kelompok unit produk atau jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level ini
adalah biaya yang hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat kelompok adalah
persiapan mesin, pengaturan pesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi yang dilakukan oleh batch, penanganan bahan
baku, dan percepatan proses produksi.
3) Aktivitas Tingkat Produk (product-level activity) : Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu adalah sumber daya digunakan untuk
aktivitas yang menghasilkan suatu produk dan jasa. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan setiap produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat produk mencakup desain produk, pembelian
suku cadang yang dibutuhkan oleh produk, dan keterlibatan dalam perubahan rekayasa untuk memodifikasi produk.
4) Aktivitas Tingkat Fasilitas (facility-level activity) : Biaya untuk setiap fasilitas tertentu adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung
organisasi secara keseluruhan. Dasar pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk atau
jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang
atau jasa. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh produk atau kebutuhan pelayanan pelanggan dan tidak dapat ditelusuri ke satu unit,
batch, atau produk. Contoh aktivitas tingkat fasilitas mencakup penyediaan keamanan untuk memelihara mesin pabrik dengan
fungsi umum, pengelolaan pabrik, pembayaran pajak bangunan dan asuransi pabrik, serta penutupan buku setiap bulan.
Activity Based Costing (ABC)
• Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC : Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan biaya aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk, atau jasa.
• Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Jika
perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara
bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh
masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
• Terdapat dua jenis cost driver, yaitu:
1) Driver sumber daya (resources driver). Driver sumber daya merupakan ukuran kuantitas sumber
daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Driver sumber daya digunakan untuk membebankan biaya
sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke Cost Pool tertentu. Contoh dari driver sumber
daya adalah persentase dari luas total yang digunakan oleh suatu aktivitas.
2) Driver aktivitas (activity driver). Driver aktivitas adalah ukuran frekuensi dan intensitas
permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya. Driver aktivitas digunakan untuk
membebankan biaya dari Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari driver aktivitas adalah jumlah
suku cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir untuk mengukur konsumsi
aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk
Activity Based Costing (ABC)
• Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC : Cost pool adalah sebuah wadah
dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah pengukuran aktivitas tunggal
dalam sistem ABC (Garrison dkk, 2014). Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki
hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya aktivitas. Setiap cost pool
menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen. Semakin banyak aktivitas
dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool.
• Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu cost pool atau
beberapa cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-
biaya tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih
menjelaskan hubungan sebab akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang
dihasilkan. Untuk membebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif tertentu
yang dihitung dengan membagi biaya cost pool dengan cost driver
Activity Based Costing (ABC)
• Tahapan Penerapan Sistem ABC : Proses penerapan ABC untuk
menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta
pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas dan pembebanan biaya
aktivitas ke produk. Adapun penjelasan tahapan penerapan sistem
ABC adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas : a)
Mengklasifikasikan berbagai aktivitas, b) Mengidentifikasi Biaya, c)
Penentuan Aktivitas dengan Biaya.
2) Pembebanan Biaya Aktivitas ke Produk : a) Penentuan Cost Driver,
b) Pengalokasian Biaya.
Activity Based Costing (ABC)
• Pentingnya Biaya Produk per Unit : Sistem akuntansi biaya mengukur dan membebankan
biaya agar biaya per unit dari suatu produk atau jasa dapat ditentukan. Biaya per unit
adalah bagian penting dari informasi bagi suatu perusahaan manufaktur.

• Pentingnya Biaya Produk per Unit : Sistem akuntansi biaya mengukur dan membebankan
biaya agar biaya per unit dari suatu produk atau jasa dapat ditentukan. Biaya per unit
adalah bagian penting dari informasi bagi suatu perusahaan manufaktur.

• Cara Mendapatkan Informasi Biaya per Unit : Definisi biaya produk, pengukuran biaya,
dan pembebanan biaya diperlukan untuk mendapatkan informasi biaya per unit.
Beberapa cara berbeda digunakan untuk mengukur dan membebankan biaya.
Perhitungan biaya aktual membebankan biaya aktual bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan Overhead pada produk. Perhitungan biaya normal membebankan biaya
aktual bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk.
Activity Based Costing (ABC)
• Manfaat Penerapan Sistem ABC
1) Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan
adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu
terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing).
2) Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya
menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga
memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam
mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
usaha.
3) Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di sebabkan
oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer
dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.

Anda mungkin juga menyukai