Anda di halaman 1dari 55

JOB ORDER

COSTING
Perhitungan Biaya
Perhitungan Biaya (costing) merupakan proses pengumpulan,
pengelompokkan, dan pembebanan biaya bahan baku
langsung, tenga kerja langsung, dan overhead pabrik pada
produk, jasa, atau proyek.

Metode Perhitungan Biaya

Cost Accumulation Cost Measurement Overhead Assignment


Method Method Method

Job Process
Actual Normal Standar Volume- Activity-
Costing Costng
based based
Costing Costing
Metode Akumulasi Biaya
(Cost Accumulation Method)
JOB COSTING
- Memproduksi barang yang sangat bervariasi
-Biaya diakumulasikan berdasarkan pesanan
-Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan
unit yang diproduksi untuk pekerjaan tersebut
-Contoh perusahaan : konstruksi, percetakan, pembuatan kapal, jasa medis,
agen periklanan, dan sejenisnya.
PROCESS COSTING
-Memproduksi satu atau beberapa barang yang homogen
-Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen
-Biaya per unit dihitung melalui pembagian biaya proses satu periode
dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut
-Contoh perusahaan : industri kimia, perusahaan pembotolan, plastik,
produk makanan, produk kertas, dan sejenisnya
Pengukuran Biaya
(Measurement Method)
Jenis Biaya yang Digunakan untuk

Sistem Bahan Baku Tenaga Kerja


Overhead Pabrik
Perhitungan Biaya Langsung Langsung
Perhitungan Biaya
Biaya Aktual Biaya Aktual Biaya Aktual
Aktual
Biaya Overhead yang
diestimasikan
Perhitungan Biaya
Biaya Aktual Biaya Aktual (menggunakan tarif yang
Normal
sudah ditentukan
sebelumnya)
Perhitungan Biaya
Biaya Standar Biaya Standar Biaya Standar
Standar
Pembebanan Biaya Overhead
menurut Perhitungan Biaya Normal

• Sistem perhitungan biaya berdasarkan volume


mengalokasikan biaya overhead pada produk atau pesanan
menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume seperti
jumlah unit yang diproduksi.
• Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
menglokasikan biaya orverhead pada produk menggunakan
kriteria sebab-akibat dengan banyak penggerak biaya, baik
berdasarkan volume maupun nonvolume.
Harga Pokok Pesanan

• Adalah harga pokok berdasarkan pesanan yang dihitung


sebelum pesanan selesai.
• Metode ini biasa dipergunakan pada perusahaan
garment, percetakan, furniture, industri pesawat
terbang, konstruksi, dsb.
• Harga pokok pesanan biasanya menggunakan biaya yang
ditentukan di muka (Predetermined cost) karena pada
saat pesanan diterima harus sudah ditentukan harga
pokoknya.
Sistem Pembebanan Biaya

• Biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan biasanya


menggunakan system pembebanan Normal, yaitu :
-Biaya Bahan Baku
Biaya Sesungguhnya
-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Sesungguhnya
-Biaya Overhead Pabrik
Atas dasar tarif ditentukan dimuka tetapi tetap ada biaya
overhead sesungguhnya
Karakteristik

1. Proses produksi berdasarkan pesanan dan produk yang


dihasilkan bersifat khusus
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan
3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan
membuat kartu pesanan (Job Order Cost Sheet)
4. Setelah pesanan selesai dikerjakan, biasanya produk
langsung diserahkan.
Kartu Pesanan
• Untuk setiap order (pesanan) atau job (batch atau lot) akan
disiapkan sebuah kartu yang disebut “Job Order Cost
Sheet” atau “Cost Sheet”. Semua biaya yang dibebankan
pada suatu order akan dicatat ke dalam kartu tersebut.

• Fungsi dari Cost Sheet adalah untuk mencatat/


mengumpulkan biaya langsung dan biaya tidak langsung yang
dibebankan pada suatu pekerjaan (order). Oleh karena itu,
pada setiap Cost Sheet harus dicantumkan nomor ordernya,
sehingga akan mempermudah proses pengumpulan dan
pembebanan biaya terhadap order yang dikerjakan.
1 Jenis Produk

Pesanan Diterima

> 1 Jenis Prduk

Melalui 1 Departemen
Produksi
Pesanan diolah

> 1 Deparemen Produksi


Bagan Pesanan
Pesanan Diolah

Selesai Belum selesai

Belum Sudah diserahkan


diserahkan

Dilunasi Belum dilunasi


Masalah Barang Dalam Proses
Awal

Bila dalam proses produksi pada akhir bulan atau akhir tahun
dilakukan penutupan buku, maka akan terjadi pesanan yang belum
selesai yang dinamakan Persediaan Barang Dalam Proses Akhir (WIP,
Ending) dan akan menjadi Barang Dalam Proses Awal (WIP, Beginning)
pada periode berikutnya.
Sisa Bahan, Produk Rusak, dan
Produk Cacat
Dalam proses produksi dapat terjadi :
- Sisa bahan
- Produk rusak
- Produk cacat.

Penyebab terjadinya sisa bahan, produk rusak & produk cacat adalah:
a. Sulitnya pengerjaan pesanan
b. Normal
c. Abnormal
A. Sisa Bahan (Scarp)

– Sisa bahan dalam proses produksi dapat berasal dari:


• Sifat pengolahan bahan
• Penyimpanan bahan terlalu lama, dll.
 
– Bila sisa bahan tersebut tidak laku dijual, maka ada biaya
pemusnahan, dan biaya ini tergantung dari sisa bahan tersebut
(sulit pengerjaan atau normal).
Sulit
Pengerjaan Biaya Bahan Baku

Sisa Bahan
Tidak Laku
Dijual
Normal Biaya FOH

Sulit
Biaya Bahan Baku
Pengerjaan

Sisa Bahan Biaya FOH


Laku Dijual Actual
Normal Other
Terjadi Income
B. Produk Rusak (Spoiled
Produck)
Produk rusak adalah produk tidak sesuai dengan standar mutu yang ditentukan dan
tidak ekonomis untuk diperbaiki.

Penyebab terjadinya Perlakuan HP

Harga Pokok Sulit pengerjaan HP Pesanan


Produk Rusak Normal FOH Actual
Abnormal Rugi Produk Rusak
(Loss from Spoiled)
Bila laku dijual, hasil penjualan dikurangkan pd harga pokok pesanan (bila sulit
pengerjaan), mengurangi biaya FOH (bila normal), atau mengurangi rugi produk
rusak (bila abnormal)
Produk Cacat
produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu
yang ditentukan tetapi masih ekonomis untuk diperbaiki.

Perlakuan biaya perbaikan produk cacat :

Penyebab terjadinya : Perlakuan Bi Perbaikan:


Sulit pengerjaan HP Pesanan

Produk Normal FOH Actual


Cacat
Abnormal Rugi Produk Cacat (Loss from Defective)
Sulit pengerjaan
= biaya produksi

Jika laku dijual :


Harga Pokok = biaya + biaya
Produk Selesai produksi perbaikan

Normal/Abnormal
= biaya produksi
PROCESS COSTING
(Perhitungan Biaya dengan
Proses)
• Process Costing merupakan sistem perhitungan
biaya produk yang mengakumulasikan biaya
menurut proses atau departemen dan
membebankannya pada sejumlah besar produk
yang hampir serupa.
• Perhitungan ini menyediakan informasi untuk
menganalisis produk dan profitabilitas
pelanggan serta menentukan harga, bauran
produk, dan keputusan untuk perbaikan proses.
Persamaan dan perbedaan Job
Costing & Process Costing
• Persamaannya terletak pada :
– Tujuan: membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead
ke produk
– Jenis akun manufaktur yang digunakan: bahan baku, overhead ,BDP,
dan barang jadi.
– Aliran biaya melalui akun manufaktur.
• Perbedaannya terletak pada :
– Aliran unit dalam sistem perhitungan biaya (pesanan vs terus-
menerus)
– Unit yang diproduksi (heterogen vs homogen)
– Dokumen pengendali (kartu biaya vs laporan produksi per
departemen)
Aliran Biaya dalam Process
Costing

• Departemen pemrosesan (processing departement) adalah departemen di


dalam organisasi yang digunakan untuk menghasilkan produk dan tempat
dimana bahan, tenaga kerja dan biaya overhead ditambahkan ke dalam
produk.
• Contoh, suatu perusahaan yang memproduksi mainan edukatif memiliki
tiga departemen yaitu departemen pembentukan, dimana plastik
dipotong menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan; departemen perakitan
dimana plastik dirakit dan bahan pelengkap seperti alat pengunci
ditambahkan. Mainan yang sudah jadi dikirim ke departemen
pengemasan, dimana mainan dimasukkan ke dalam kotak.
Aliran Biaya Pada Process
Costing

Pada prinsipnya bahan dapat ditambahkan di setiap


departemen, namun pada umumnya bahan hanya ditambahkan
pada departmen pertama dan dalam departemen berikutnya
hanya menambahkan biaya tenaga kerja dan overhead sehingga
membentuk barang setengah jadi sampai menjadi barang jadi.
Unit Ekuivalen Produksi

• Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, biaya


produk untuk unit yang selesai sebagian tidak tersedia, oleh
karena itu perlu dikonversi secara matematis barang setengah
jadi tersebut ke jumlah ekuivalen dari unit barang yang telah
selesai.
• Unit Ekuivalen merupakan jumlah unit selesai yang
seharusnya diperoleh dari bahan dan usaha yang digunakan
untuk menghasilkan barang jadi.
Biaya Konversi

• Biaya konversi merupakan jumlah biaya tenaga kerja langsung dengan


biaya overhead pabrik.
• Karena overhead seringkali dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja,
beberapa perusahaan menggunakan dua kategori : bahan baku langsung
dan biaya konversi.
• Karena jumlah tenaga kerja langsung relatif kecil dalam banyak industri
pemrosesan, seperti industri penyulingan minyak, alumunium, kertas,
kimia, dan farmasi, biaya overhead pabrik dan tenaga kerja langsung
terkadang dikombinasikan (biaya konversi) untuk tujuan menghitung unit
ekuivalen produksi
Sistem Pembebanan Biaya
dapat berdasarkan:
- Biaya sesungguhnya
- Biaya yang ditentukan di muka atau
- Biaya normal.

PROSES PRODUKSI :
1) Pengolahan satu jenis produk melalui satu tahap produksi
atau beberapa tahap produksi
2) Pengolahan beberapa jenis produk melalui satu tahap
produksi/beberapa tahap produksi
Arus Produk Pada HP Proses

Produk dapat bergerak di pabrik dengan berbagai cara.

Bentuk arus/aliran produk yg berkaitan dengan perhitungan harga pokok


proses yaitu :
- Arus Produk berurutan (Sequential Product Flow)
- Arus Produk Sejajar (Parallel Product Flow)
- Arus Produk Selektif (Selective Product Flow)
Akuntansi Bahan, Tenaga Kerja,
dan FOH

Proses produksi dapat berlangsung melalui beberapa departemen.


Biaya-biaya dikumpulkan pada masing-masing departemen pada
suatu periode.

Bila dua tahapan produksi :


- arus produk yg berurutan, produk selesai dari departemen 1 akan
menjadi bahan baku (input) departemen 2 dan
- produk selesai di departemen 2 menjadi persediaan barang
selesai yang siap dijual.
Laporan Biaya Produksi
- Barang dalam proses (BDP) awal
- Barang yang dimasukkan dalam proses
- Produk yang selesai
- Barang dalam proses (BDP) akhir

Biaya yang dibebankan


- Biaya yang dikeluarkan pada periode laporan dan periode lalu.
- Biaya per-unit = Total Biaya : Unit Equivalen

(Unit Equivalen = Unit selesai + (Unit WIP akhir X % penyelesaian) )

Perhitungan Harga Pokok


- Jumlah yang dibebankan pada produk jadi
- Jumlah yang dibebankan pada BDP akhir di departemen ybs

Pada akhir periode saat dihitung :


- Harga pokok barang selesai  menjadi Finished Good Inventory
- Harga pokok barang belum selesai  menjadi WIP Inventory
Rekening Work in Process bersaldo nol.
Masalah-masalah Khusus dalam
Perhitungan Harga Pokok

Dalam proses produksi dapat terjadi adanya:


- Produk hilang
- Produk rusak
- Produk cacat
- Tambahan bahan
- Barang dalam proses awal
Produk Hilang

• Produk Hilang Awal Proses


Dengan anggapan produk hilang tersebut belum menyerap
biaya, maka tidak masuk dalam perhitungan unit equivalen

• Produk Hilang Akhir Proses


Dengan anggapan produk hilang tersebut telah menyerap
biaya, maka dimasukkan dalam perhitungan unit equivalen
Produk Rusak

• Produk Rusak adalah unit produk yang tidak memenuhi standar produksi
yang dari segi teknis atau ekonomis tidak dapat diperbaiki. Biaya yang
dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual produk.

• Produk Rusak normal, apabila produk rusak sering terjadi pada kegiatan
normal perusahaan sehinga biasanya dicadangkan adanya produk rusak
dalam proses produksi.

• Produk Rusak abnormal, apabila produk rusak terjadi karena kesalahan


pengerjaan, kurang pengawasan, kerusakan mesin, pemakaian bahan
dibawah kualitas standar.
Produk Rusak

• Unit Produk Rusak:


Unit produk rusak ditambahkan dalam unit equivalen produksi di Dept ybs. Karena
telah menyerap biaya.

• Perlakuan HP Produk Rusak


a. Bila Rusak Normal Terjadi, ditambahkan pada HP barang selesai dan HP BDP
b. Bila Rusak Abnormal terjadi, sebagai rugi produk rusak

• Perlakuan Hasil Penjualan Produk Rusak :


a. Bila Normal Terjadi, pengurang elemen biaya produksi atau penambah other
income
b. Bila Abnormal terjadi, Pengurang rugi produk rusak.
Produk Rusak Normal Laku Dijual

Hasil penjualan produk rusak tersebut dapat:


1. Diperlakukan sebagai Other Income
2. Diperlakukan mengurangi Biaya Produksi
3. Diperlakukan mengurangi salah satu elemen biaya produksi
(sebelum lap biaya produksi, kurangi dahulu salah satu biaya
produksi)
Produk Cacat

• Unit produk cacat ditambahkan dalam unit equivalen produksi di


departemen ybs karena telah menyerap biaya.

• Perlakuan biaya perbaikan produk cacat :


– Bila produk cacat tsb normal terjadi, Biaya perbaikan
ditambahkan pada harga pokok produksi departemen ybs.
– Bila produk cacat tsb abnormal terjadi, biaya perbaikan
ditambahkan sebagai rugi produk cacat.
Perlakuan BDP (WIP) Awal
Periode

• Produk dalam proses (WIP) awal periode bersumber dari BDP Akhir
periode sebelumnya dan telah menyerap harga pokok pada periode
sebelumnya.

• Untuk menentukan harga pokok produksi periode berjalan, maka


perlakuan HP BDP awal dapat menggunakan salah satu metode,
yaitu:
1. Metode Harga Pokok Rata-rata (Average)
2. Metode Harga Pokok Pertama Masuk Pertama Keluar (FIFO)
Perbandingan Metode
Average Costing
-Kuantitas Produksi
Prosedurnya sama
-Equivalen Produksi
= Barang selesai + WIP akhir yg selesai
-Biaya yang dibeban-kan
Biaya per unit = HP BDP awal + biaya bulan sekarang
-Perhitung-an Harga Pokok
HP Brg Selesai = unit selesai X HP per unit
FIFO Costing
-Kuantitas Produksi
Prosedurnya sama
-Equivalen Produksi
Barang Selesai + WIP akhir yg selesai – WIP awal yg selesai
-Biaya yang dibeban-kan
HP BDP awal dilaporkan terpisah jadi hanya biaya periode sekarang saja yg digunakan untuk menghitung biaya
per unitnya
-Perhitung-an Harga Pokok
HP Brg Selesai = HP BDP Awal yg telah selesai serta DM yg dimasukkan pada periode sekarang
SOAL JOB ORDER COSTING
PT Kenapa Kaya Manufakturing menggunakan sistem akuntansi job order cost. Informasi berikut diambil
dari catatan perusahaan setelah semua posting telah diselesaikan pada akhir bulan Agustus:

Pekerjaan (Job) Biaya Tenaga Kerja


Biaya Bahan Baku Biaya Overhead Pabrik Unit Yang Selesai
yang selesai Langsung

1234  Rp  3.600.000  Rp      4.000.000  Rp      1.600.000  Rp       400.000


5678  Rp  2.400.000  Rp      2.500.000  Rp      1.000.000  Rp       250.000
9012  Rp  1.800.000  Rp      2.000.000  Rp          800.000  Rp       200.000

Diminta:
1. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik ke Barang Dalam Proses.
2. Hitunglah biaya produksi setiap job.
3. Buatlah ayat jurnal untuk mentransfer biaya barang yang telah selesai ke Barang Jadi.
4. Hitunglah biaya per unit setiap job.
5. Hitunglah harga jual per unit untuk setiap job dengan mengasumsikan kenaikan (mark up) 30% dari
biaya per unit.
JAWABAN JOB ORDER COSTING
1. Ayat jurnal pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrikasi ke Barang Dalam Proses (semua job)
Nama Akun Debet Kredit
Barang Dalam Proses Rp. 7.800.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 7.800.000
Barang Dalam Proses Rp. 8.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 8.500.000
Barang Dalam Proses Rp. 3.400.000
Biaya Overhead Pabrikasi Rp. 3.400.000

2. Biaya produksi setiap job


Pekerjaan
Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead
(Job) yang Biaya Bahan Baku Unit Yang Selesai Total
Langsung Pabrik
selesai
1234  Rp 3.600.000  Rp     4.000.000  Rp      1.600.000  Rp       400.000  Rp 9.600.000
5678  Rp  2.400.000  Rp     2.500.000  Rp      1.000.000  Rp       250.000  Rp 6.150.000
9012  Rp 1.800.000  Rp     2.000.000  Rp          800.000  Rp       200.000  Rp 4.800.000
3. Ayat jurnal untuk mencatat biaya barang yang selesai ke barang jadi
(semua Job)
Nama Akun Debet Kredit
Persediaan Bahan Baku Rp. 7.800.000
Barang Dalam Proses Rp. 7.800.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 8.500.000
Barang Dalam Proses Rp. 8.500.000
Biaya Overhead Pabrikasi Rp. 3.400.000
Barang Dalam Proses Rp. 3.400.000

4. Biaya per unit setiap job

Pekerjaan (Job)
Unit Yang Selesai Total Biaya Produksi Biaya Per unit
yang selesai

1234  Rp       400.000  Rp  9.600.000 24


5678  Rp       250.000  Rp  6.150.000 24,6
9012  Rp       200.000  Rp  4.800.000 24
• 5. Harga jual per unit untuk setiap job dengan mengasumsikan kenaikan
(mark up) 30% dari biaya per unit.

Pekerjaan (Job)
Biaya Per unit Mark Up 30% Harga Jual setelah Mark UP
yang selesai

1234 24 7,2 31,2


5678 24,6 7,38 31,98
9012 24 7,2 31,2
       
Contoh Soal Proses Costing
• PT Persada memiliki dua departemen produksi dalam mengolah produknya yakni departemen I dan departemen II. Berikut
ini disajikan data produksi dan biaya untuk kedua departemen tersebut
Dept I Dept II
Produk yang dimasukkan dlm
proses 3.000 -
Produk selesai yang ditran-
fer ke Dept B 2.500 -

Produk selesai ditransfer


Ke gudang - 2.100

Produk dlm proses akhir bulan


Dgn tkt penyelesaian bhn baku
Dan penolong 100 %, biaya
Konversi 45 % 300 -

Tkt penyelesaian biaya bhn pe-


nolong 70 % dan biaya
konversi 40 %. - 250
Produk hilang awal proses 200 150
Data Biayaproduksi
Berdasarkan informasi berikut ini adalah biayaproduksi yang telah dikeluarkan
yakni sebagai berikut
Biaya yang dikeluarkan selama bulan berlangsungadalah
Sebagai berikut
                                     Dept I                      Dept II
 
Biaya bahan baku           Rp.    350.000               -
Biaya bahan penolong    Rp.   406.000          Rp.    409.500
Biaya tenaga kerja          Rp.    500.650          Rp.   473.000
Biaya overhead pabrik    Rp.   711.450          Rp.    352.000
• Diminta ;
1. Hargapokok produksi per satuan yang dihasilkan oleh Departemen I
2. Harga pokok produk selesai yang ditransfer keDepar teman II
3. Harga Pokok produk dalam proses akhir bulan yangdihasilkan oleh
Departemen I
4. Harga pokok produk selesai yang ditransfer kegudang
5. Harga pokok produk yang masih dalam proses akhiryang dihasilkan oleh
Departemen II
Jawaban Proses Costing
1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit
No. Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit
1. Biaya Bhn baku Rp. 350.000 2100+(300 x 100%) Rp  125
2. Biaya Bhn Penolong Rp. 406.000 2500+(300 x 100%) Rp  145
3. Biaya Tenaga Kerja Rp. 500.650 2500+(300 x   45%) Rp  190
4. Biaya Overhead Pabrik Rp. 711.450 2500+(300 x   45%) Rp  270
Biaya Produksi Per Unit  Rp. 730

2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer kegudang yakni sebesar :


2500 unit x Rp. 730 = Rp. 1.825.000

3. HargaPokok produksi yang masih dalam proses akhir

Biaya bahan baku :


( 300 x 100% ) x Rp. 125 = Rp. 37.500
Biayabahan penolong
( 300 x100% ) x Rp. 145 = Rp. 43.500
Biaya Tenaga Kerja
( 300 x 45% ) x Rp. 190 = Rp. 25.650
BiayaOverhead Pabrik
( 300x 45% ) x Rp. 270 = Rp. 36.450
JumlahHarga Pokok produksi = Rp. 143.100
yg masihdlm proses akhir
4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yangDitambahkan oleh Departemen B yakni :
No. Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit
1. Bia Bhn Penolong Rp. 409.500  2100 + (250 x 70%) Rp.180  
2. Bia Tenaga Kerja Rp. 473.000  2100 + ( 250 x 40%) Rp.215  
3. Bia Overhead Pabrik Rp. 352.000  2100 + ( 250 x 40%) Rp.160  
Biaya Produksi Per Unit  Rp.555

5. Harga Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang adalah :
2.100 x (1.506,59) = Rp. 3.163.839

Catatan :
Harga pokok produksi/satuan yg berasal
dari Dept I =Rp. 730
Harga pokok produksi/satuan yg berasal
Dari Dept I stl adanya produk hilang dlm
Proses di Dept II sebanyak 250 unit
Adalah Rp 1.825.000 : ( 2500 – 150 ) = Rp. 776,59

Penyesuaian harga pokok produksi per Rp. 1.506,59


Satuan produk yangberasal dari Dept I

* Rp. 730 + 776,59


6. Harga Pokok produksi yang masih dalam prosesakhir
yang Dihasilkan pada Departemen B ( 250unit)

Harga Pokok dari Dept A 250 x 776,59 = Rp. 194147,5


Biaya bahan penolong
( 250 x 70% x Rp. 180) = Rp. 31.500
Biaya bahan tenaga kerja
( 250 x40% x Rp. 215 = Rp. 21.500

Biayaoverhead pabrik
( 250 x40% x Rp. 160 = Rp. 16.000

JumlahHarga Pokok produksi = Rp.263.147,5


Jurnal
1. Jurnaluntuk mencatat biaya bahan baku:

BDP –Biaya Bahan baku Rp.300.000.


Persediaan Bahan Baku Rp.300.000

2. Jurnaluntuk mencatat biaya bahan penolong :

BDP –Biaya Bahan Penolong Rp. 450.000


Persediaan Bahan Penolong Rp. 450.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp. 513.600


Gajidan Upah Rp.513.600
4. Jurnal untuk mencatat biayatenaga kerja

BDP –Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000


Berbagai Rekening yang Di Rp.642.000
kredit.

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produkyang masih dalam proses akhir :

Persediaanproduk jadi Rp. 309.600


BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp. 108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000
Soal Kartu Pesanan
• PT Jaya berproduksi sesuai pesanan melalui 3(tiga) departemen produksi
yaitu Departemen 1, 2 dan 3. Pada periode ini, PT Jaya memproduksi
sebuah produk berdasarkan pesanan dengan nomor 001/II yang harus
selesai pada 31 September 2011. Pada 1 Oktober 2011, PT Jaya memiliki
aset dan kewajiban yaitu kas Rp.650.000, Piutang Rp. 230.000, tanah Rp
1.200.000, utang usaha Rp. 580.000, modal Rp 1.750.000 dan penarikan
Rp 250.000 selama masa produksi. Berikut ini beberapa keterangan
tentang pencatatan transaksi keuangan perusahaan pada bulan Oktober
2011.
• Pembagian Biaya Per Produk
No
Biaya Bahan Baku BTKL BOP Total Biaya
Pesanan

001/II Rp.345.000 Rp 234.450 Rp 200.600 Rp 780.050

• Pembagian Biaya Per Departemen


Keterangan Dept 1 Dept 2 Dept 3

Biaya Bahan baku Rp.     170.000 Rp   175.000

Jumlah Kerja Langsung 120 85 90

Tarif upah Kerja Langsung/jam  Rp      800  Rp      750  Rp     830

Jumlah jam mesin 100 80 85

Tarif Biaya Overhead pabrik/jam  Rp      750  Rp      720  Rp     800
Selama Oktober 2011, PT Jaya menyelesaikan pesanan No:001/II. Harga jual
yang disetujui berupa harga pokok ditambah laba kotor sebesar 40% dari
harga pokok.
Diminta:
1. Buatlah kartu harga pokok untuk pesanan No: 001/II
2. Hitunglah besarnya HPP per unit
3. Hitunglah harga jual per unit
Jawab
Kartu Harga Pokok Pesanan

No. Pesanan:
PT Jaya
001/II

No.
Tgl Keterangan Dept 1 Dept 2 Dept 3 Jumlah
Bukti

Biaya Bahan Baku

 Rp  170.000

 Rp  175.000

Jumlah  Rp  170.000  Rp  175.000  Rp.345.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung

120 x 800  Rp    96.000

85 x 750  Rp    63.750

90 x 830  Rp    74.700

Jumlah  Rp    96.000  Rp    63.750  Rp    74.700  Rp 234.450

Biaya Overhead Pabrik  

100 x 750  Rp    75.000  

80 x 720  Rp    57.600  

85 x 800  Rp    68.000  

Jumlah  Rp    75.000  Rp    57.600  Rp    68.000  Rp 200.600  

Total biaya  Rp  341.000  Rp  296.350  Rp  142.700  Rp 780.050  
Lanjutan Jawaban Kartu Pesanan
2. Jumlah unit produksi pesanan No:001/II = 250 unit

Harga pokok produksi per unit = Rp 780.050 : 250 = Rp


3.120,20

3. Harga Jual Per Unit:

HPP per unit  Rp       3,120.20

Laba Kotor: ( 40% x 3120.20) =  Rp       1,248.08 +

Harga Jual Per unit  Rp       4,368.28

No Pesanan Jumlah unit Tgl Penyerahan Harga Jual Per Unit

001/II 250  30 Oktober  Rp               


  4,368.28
THANK’S

Anda mungkin juga menyukai