Anda di halaman 1dari 70

MANAJEMEN RISIKO

DI PUSKESMAS

Disampaikan pada :
Workshop Pendukung Implementasi Akreditasi Puskesmas
Dinas Kesehatan Kab. Pemalang
10 – 11 Oktober 2022
5

5.1 5.2 5.3 5.4 5.5


Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak
negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi

Manajemen risiko terintegrasi


Adalah proses identifikasi, analisis, evaluasi dan pengelolaan semua
risiko yg potensial dan diterapkan terhadap semua
unit/bagian/program/kegiatan mulai dari penyusunan rencana strategis,
penyusunan dan pelaksanaan program dan anggaran,
pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
(PMK 25/2019)
KATEGORI RISIKO
Kategori risiko lingkungan Kementrian Kesehatan
TOOLS MANAJEMEN RISIKO (PROAKTIF)
(Daftar risiko, ICRA, HVA, FMEA)
INSTRUMEN
MANAJEMEN
RISIKO

1. SEVERITY ASSESSMENT
2. ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
3. FAILURE MODE & EFFECT ANALYSIS (FMEA)
4. REGISTER RISIKO
5. HVA
6. ICRA
Program Manajemen Risiko (MR) : adalah strategi dan kegiatan utk
mereduksi/memitigasi risiko, disusun setiap tahun, terintegrasi
dalam perencanaan PKM, berdasarkan identifikasi dan analisis
risiko, baik yg sudah terjadi (kejadian/insiden) maupun yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kejadian/insiden

Penatalaksanaan program MR terdiri dari proses manajemen risiko


identifikasi, Analisa, penatalaksanaan dan monitor perbaikannya,
untuk menentukan strategi reduksi dan mitigasi risiko

Proses pengurangan risiko ini


dilaksanakan minimal sekali
dalam setahun dan di
dokumentasikan
pelaksanaannya
IDENTIFIKASI & ASESMEN RISIKO
Pemeriksaan apa yang ada di dalam organisasi, yang dapat
mengakibatkan cidera pada individu, shg bisa ditentukan apakah
organisasi sudah mengambil Tindakan pencegahan (prevent),
mitigate, mendeteksi error yg dapat menyebabkan cedera (harm)

Apa yang di identifikasi ?

a. Daftar risiko/risk register


b. Proses berisiko tinggi
Alat analisa : (scoring)
•Matriks Grading Risiko (klinis)
•Matriks Analisa Risiko (non klinis)
Langkah2 :
• Ukur tingkat besaran dampak risiko
• Ukur tingkat probabilitas terjadinya risiko
• Hitung tingkat risiko : Dampak x Probabilitas
• Tentukan peringkat risiko :
Risiko Klinis : rendah, sedang, tinggi, ekstrim
Risiko non klinis : sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, sangat tinggi
Matriks Analisis Risiko
(Non Klinis)
Kriteria Risiko
LEVEL SKOR PERINGKAT TINDAKAN
RISIKO

5 > 15 SANGAT Diperlukan tindakan segera untuk


TINGGI mengelola risiko
4 10 – 14 TINGGI Diperlukan tindakan untuk mengelola
risiko

3 5–9 SEDANG Disarankan diambil tindakan jika


tersedia sumber daya
2 3–4 RENDAH Tidak diperlukan tindakan
Buar rencana darurat (contingency plan)
dan terus lakukan monitoring

1 1-2 SANGAT Tidak perlu tindakan


RENDAH Monitoring
DAFTAR KEJADIAN / INSIDEN
DAFTAR KEJADIAN/INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
• Rekapitulasi kejadian/insiden Keselamatan Pasien (IKP) yg sudah terjadi selama 1
tahun
• Jenis IKP, Tipe IKP
• Asesmen risiko (Skor risiko = Dampak X Probabilitas)  Matriks grading
• Risiko inheren dan risiko residual
• Akar masalah (root cause)
• Tindakan yang sudah dilakukan

DAFTAR KEJADIAN/INSIDEN NON KLINIS


• Rekapitulasi kejadian/insiden K3, bencana, kebakaran, kekerasan, pencurian,
complain, klaim/tuntutan, dll) yg sudah terjadi selama1 tahun
• Asesmen risiko (Skor risiko = Dampak X Probabilitas)  Kriteria risiko
• Risiko inheren dan risiko residual
• Akar masalah (root cause)
• Tindakan yang sudah dilakukan
DAFTAR PROSES BERISIKO TINGGI
 Proses-proses berisiko tinggi
 Skor risiko = Dampak X Probabilitas X Kesiapan
 Sistem control yg ada saat ini

FMEA
 Redesign proses
 RPN = Dampak X Probabilitas X
Deteksi
Severity Rating Scale
Nilai Penjelasan Pengertian
10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian pelanggan dan kerusakan sistem
berbahaya tanpa tanda-tanda yang mendahului
9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera berat/permanen pada pelanggan atau
8 gangguan serius pada sistem yang dapat menghentikan pelayanan dengan adanya
tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan sampai sedang dengan tingkat
ketidak puasan yang tinggi dari pelanggan dan/atau menyebabkan ganggung sistem
yang membutuhkan perbaikan berat atau kerja ulang yang signifikan
6 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan sedikit ketidak puasan pelanggan
5 dan/atau menimbulkan masalah besar pada sistem

4 Berbahaya ringan Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan atau tidak cedera tetapi dirasakan
3 sampai sedang mengganggu oleh pelanggan dan/atau menyebabkan masalah ringan pada sistem
yang dapat diatasi dengan modifikasi ringan

2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan tidak menyadari adanya
masalah tetapi berpotensi menimbulkan cedera ringan atau tidak berakibat pada
sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak berdampak pada sistem
Occurence Rating Scale
Nilai Penjelasan Pengertian

10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadai paling tidak sekali sehari atau hampir setiap saat
dapat dipastikan

9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi setiap 3 sampai 4 hari
dihindarkan

8 Kemungkinan terjadai Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak seminggu sekali
7 sangat tingggi

6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan


5 tinggi sedang

4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap tiga bulan
3 sedang
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar sekali setahun
rendah
1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi, atau tidak ada yang ingat kapan
amat sangat rendah terakhir terjadi
Detection Rating Scale
Nilai Penjelasan Pengertian

10 Tidak ada peluang Tidak ada mekanisme untuk mengetahui adanya kesalahan
untuk diketahui
9 Sangat sulit Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi yang menyeluruh, tidak feasible dan
8 diketahui tidak segera dapat dilakukan

7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual atau tidak ada proses yang
6 baku untuk mengetahui, sehingga ketahuan karena kebetulan

Berpeluang sedang Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi tidak otomatis atau
5 untuk diketahui dilakukan secara sampling

4 Berpeluang tinggi Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak otomatis
3 untuk diketahui
2 Berpeluang sangat Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis
tinggi untuk diketahui

1 Hampir dipastikan Ada proses otomatis yang akan menhentikan proses untuk mencegah kesalahan
untuk diketahui
Modus- Penye- Akibat- Kemungki Tingkat Kemudah Risk Solusi Indikator
modus bab nya nan kepatah- an Priority untuk
kegagal- terjadi- terjadi- an (S= dideteksi Number mengu-
an/kesala nya nya ( Severity) (D= (RPN) kur
han O= Detectabil RPN = keberha-
Occurren ity) OxSxD silan dari
ce) solusi
Menetapkan “cut off point”
dengan Pareto

• Urutkan failure mode dengan nilai RPN dari


yang tertinggi ke yang terendah
• Hitung persentase kumulatif
• Perhatikan nilai kumulatif sampai dengan 80
%, maka pada nilai kumulatif 80 % tersebut
kita tetapkan sebagai “cut off point”
Contoh
Modus RPN Kumulatif Persentase
kegagalan/ke Kumulatif
salahan
Modus 1 320 320 26,4 %

Modus 4 270 590 48,7 %


Modus 3 240 830 68,6 %

Modus 2 160 990 81,8 % Cut off: 160


Modus 6 100 1090 90,1 %
Modus 5 80 1170 96,7 %
Modul 7 40 1210 100 %

Jadi yang harus ditindak lanjuti dengan solusi adalah: modus 1, 4, 3, 2


Penerapan FMEA
1. Di area2 prioritas
2. Pada proses2 berisiko tinggi
Asesmen risiko
Risk skoring
Tingkat unit :
• Buat Risk grading matriks, utk insiden/kejadian yg sudah
terjadi  (skor risiko : D x P)  Prioritaskan
• Buat Identifikasi proses berisiko tinggi (skor risiko : Dx
P x K)  Prioritaskan

Tingkat Tim MR :
• Rekapitulasi risk grading matriks (insiden/kejadian yg sudah
terjadi di unit2  Risk register
• Rekapitulasi Identifikasi proses berisiko tinggi di unit2 
prioritaskan
• Risk mapping
Risk Register
 Rekapitulasi risiko/kejadian insiden dalam waktu 2 tahun
 Mencakup :
• Insiden keselamatan pasien
• Insiden staf medis
• Insiden K3 (tenaga Kesehatan & tenaga lainnya)
• Hasil inspeksi fasilitas & lingkungan PKM
• Hasil asesmen PPI
• Klaim
• Komplain
• Investigasi eksternal & internal
From Identifikasi Proses Risiko Tinggi
Metode Analisa proaktif utk prioritas & Reduksi risiko

Tools risk management :

1. Risk grading matrix


2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
3. Hazard Vulnerability Analysis (HVA)
4. Infection Control Risk Assesment (ICRA)
II. Pertimbangkan alternatif tehnik pengelolaan risiko :
 Risk control adalah mencegah atau mitigasi kerugian
 Risk financing adalah membayar kerugian yang terjadi
III. Memilih tehnik pengelolaan manajemen risiko yg terbaik
- Memerlukan forecasting/perkiraan dampak dg kemampuan PKM
utk memenuhi tujuannnya
- Membuat kriteria yg mengukur cost effective
- Utk risiko yg sering teridentifikasi, PKM akan melakukan
kombinasi penanganan risiko risk control dan risk financing

IV. Implementasi tehnik pengelolaan yang dipilih


- Keputusan tehnik manajemen risiko harus dibuat oleh
manajer risiko dan manajer lain di FKTP
- Manajer risiko memberi masukan dan mengarahkan
untuk implementasi tehnik yg dipilih
V. Monitor dan perbaikan program manajemen risiko

 Monev efektivitas Program Manajemen risiko :


• Menilai ketepatan tehnik/tools identifikasi, Analisa
dan pengelolaan risiko
• Memastikan bahwa dampak aktifitas manajemen
risiko di unit diukur secara akurat dan risiko dapat di
mitigasi/di reduksi
 Evaluasi secara multidisiplin oleh manajer risiko,
manajer senior, staf medis, governing body
FRAMEWORK
Identifikasi potensi Analisa Reduksi
risiko risiko risiko

 Laporan insiden
(reaktif)   Matriks grading
Register risiko risiko (D x P)
Redesign proses
 Identifikasi proses  Ranking risiko (D
berisiko tinggi x P x K)
(prioritas)
Terima Kasih

Selamat Berkarya
Tetap Sehat - Tetap Semangat
ICRA
Infection Control Risk Assessment
JENIS ICRA

ICRA KONSTRUKSI
ICRA PROGRAM PPI

Penilaian Risiko Pengendalian


Infeksi melalui proses Kajian risiko infeksi mencakup:
multidisiplin yang berfokus 1. Risiko terkait prosedur pelayanan
pada pengurangan risiko dari 2. Risiko terkait data hasil surveilans Hais
infeksi ke pasien, dg 3. Risiko terkait data hasil audit kepatuhan
perencanaan fasilitas, desain, 4. Risiko terkait pelayanan penunjang
dan kegiatan konstruksi. 5. dan lain lain
LANGKAH PENGKAJIAN ICRA PROGRAM

1 IDENTIFIKASI MASALAH
melihat seberapa beratnya dampak potensial dan kemungkinan seberapa
sering frekuensi munculnya risiko, identifikasi aktifitas yang dilakukan
pada risiko dan cara transmisinya

2 ANALISA RISIKO

3 PENILAIAN DAN PENENTUAN SKORING

4 PENGELOLAAN RISIKO

5. PLAN OF ACTION
Penilaian dan Penentuan Skor

Menyusun skor jumlah

Probability X Impact X Current Systems

score for probability : 3


score dampak : 2
sistem berkelanjutan : 4

total score 3X2X4 =24

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar


PENILAIAN PROBABILITAS

TINGKAT DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN


RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5
tahun).

2 low Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin
terjadi (terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


3 Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi
(dapat terjadi tiap 1-2 tahun).

Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),


4 High Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali
dalam setahun).

Sering (frekuensi > 6 x/tahun), Hampir pasti


5 Very high
akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan).
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.


Cedera ringan, misalnya lecet, dapat
2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.
Cedera sedang (luka robek), berkurangnya
fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
intelekteual tidak berhubungan dengan
Lama hari rawat penyakitnya dan Setiap kasus akan
3 panjang memperpanjang hari
perawatan
Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh),
Kehilangan fungsi kehilangan fungsi motorik/sensorik/
4 tubuh sementara psikologis atau intelektual ) tidak
berhubungan dengan penyakit
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Katastropik
perjalanan penyakit
PENILAIAN SISTEM

TINGKAT SISTEM, PERATURAN DAN


DESKRIPSI
RISIKO PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


CONTO
H
Identifikasi pelayanan Gigi
• Peralatan Kritikal, semi kritikal,non
kritikal masih belum terpisahkan pada
saat pelayanan
• Petugas Menggunakan APD belum
sesuai standar pelayanan
• Tempat pencucian alat kesehatan masih
di tempat wastafel cuci tangan
• Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu
dll
• Air kumur yang digunakan belum sesuai
ketentuan
PELAYANAN GIGI
POTENSIAL PROBABILITY IMPACT CURRENT SK
RIKS/ SYSTEM OR Priorita
PROBLE s
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
M

Peralatan Kritikal, 5 3 5 75 I
semi kritikal,non
kritikal belum terpisah

Petugas Menggunakan 4 2 1 8 V
APD sesuai tidak
indikasi
Tempat pencucian 5 2 5 50 III
alat kesehatan masih
di ruang pelayanan
gigi

Kebersihan 3 3 2 18 IV
lingkungan : Meja,
Lampu belum rutin

Air kumur yang 5 3 4 60 II


digunakan masih air
kran
Membuat plan of action (rencana kegiatan)
NO

JNS KELOMPOK RISIKO

RISIKO/MASALAH
POTENSIAL

SKOR

PRIORITAS

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS
PROGRESS /
STRATEGI EVALUASI ANALISIS

1 Pelayana 1. 75 I Pengelolaan 1. Ada 1. Sosialisasi 1. Terlaksana 1.Pelaksaan


n gigi Peralatan alat di pemilahan mengeai nya sosialisasi hanya
Kritikal, pelayanan gigi alat kritikal, pemilahan sosialisasi mengenai
semi sesuai standar semi dan non alat 2. Monitorin pemilahan alat
kritikal,no 2. Pemrosesan 2. Sosilaisai g 2. Hasil monitoring
n kritikal alat sesuai pemrosesan 3. Tersediany pemilahan dan
belum 60 II dengan alat a alat pemrosesan alat
terpisah kategori 3. Pengajuan sterilisator meningkat
dan be;um 3. Tersedianya alat autoclave 3. Belum teredia
diproses alat sterilisator alat
sesuai sterilisator autoclave
standar
2.Air
kumur
yang
digunakan
masih air
kran
ICRA KONSTRUKSI
TUJUAN :
• Mencegah dampak konstruksi atau renovasi
menjadi sumber penularan infeksi
• Mencegah potensial bahaya terhadap fungsi paru-
paru akibat dampak debu dari renovasi atau
konstruksi
• Mencegah potensial bahaya pada keamanan
petugas, staf dan pengunjung fasyankes
PCRA (Pre Construction Risk Assesment)

• Manajemen risiko pada konstruksi adalah proses yang


bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan dampak konstruksi pada
pasien, petugas, dan lingkungan fasyankes.

• Melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan


risiko dampak konstruksi, renovasi dan demolisi.

• Kerja sama antara fasyankes dengan pihak kedua


selaku pelaksana renovasi
PCRA meliputi :

• Kualitas udara
• ICRA
• Utilitas
• Kebisingan
• Getaran
• Bahan berbahaya
• Layanan darurat
• Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan,
pengobatan dan layanan
Langkah I :
Menentukan Tipe Konstruksi/Renovasi Bangunan Berdasarkan
Tingkat Risiko (debu, aerosolisasi, durasi dan HVAC)

Type A Type B Type C Type D


kegiatan kegiatan renovasi kegiatan kegiatan
renovasi/konstruksi skala kecil, durasi pembongkaran pembangunan
dengan risiko rendah pendek dengan gedung dan renovasi proyek konstruksi
misalnya risiko debu minimal gedung yang dan pembongkaran
pemindahan plafon, misalnya menghasilkan debu gedung dengan skala
pengecatan, pemotongan dinding yang banyak dan besar misal
pemasangan pipa plafon dimana tinggi misalnya konstruksi baru atau
kecil, merapikan penyebaran debu konstruksi pembangunan
pekerjaan listrik dapat dikontrol, pembongkaran dan gedung baru.
instalasi kabel pembangunan
telepon dan dinding baru.
komputer.
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI

- Area kantor • Rawat jalan - UGD, ruang tindakan - Ruang isolasi tekanan
negatif
• Cafeteria - Ruang pelayanan gigi
- Unit luka bakar
• Dietary - Ruang perawatan
pasien - Kamar Operasi
- Manajemen Material
- Ruang Maternitas / - CSSD
-Laboratorium VK
- Kateterisasi
- Koridor Umum - Kamar bayi Jantung
(yang dilewati
pasien, suplai, dan - Area pasien
linen) immunocomprom
ised
- Newborn
Intensive Care
Unit (NICU)
- Intensive Care
Unit
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi

Ditentukan berdasarkan tabel matrix antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan


Kelompok Risiko Pasien

LEVEL RISIKO TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


KONSTRUKSI

Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Note : Persetujuan pengendalian infeksi akan diperlukan ketika aktivitasi kontruksi dan
tingkat risiko berada pada kelas 3 dan kelas 4 dan dan dilakukan identifikasi dampak
lain di daerah sekitar area proyek.
Contoh : Penilaian Risiko Renovasi

Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D

konstruksi
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV


Risiko Berdasarkan Type Langkah-langkah Intervensi PPI
Konstruksi Ditentukan Berdasarkan Kelas
Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
TYPE KONSTRUKSI • Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
KELOMPOK
PASIEN Kelas II, sbb:
BERISIKO TYPE TYPE • menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
TYPE A TYPE B C D • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
• Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
RENDAH I II II III/IV
Kelas III, sbb:
• Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
SEDANG I II III IV • Menutup ventilasi udara
• Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan
TINGGI I II III/IV IV dilakukan pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan

SANGAT Kelas IV, sbb:


TINGGI II III/IV III/IV IV
• Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
• Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk
diminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di
dekatnya.
• Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada
udara yang habis.
• Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem saluran
• Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang rapat,
atau menutupi puing dengan kain basah.
• Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu
keluar yang berbeda.
Izin No:
Lokasi konstruksi: Tanggal mulai proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan durasi:
Pekerjaan konstruksi: Tanggal kadaluarsa:
Supervisor: Telephone:
Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO
TIPE A: Inspeksi, aktifitas non invasif Kelompok 1: Risiko rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – Kelompok 2: Risiko sedang
tinggi
TIPE C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat Kelompok 3: Risiko tinggi
sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu penyelesaian
lebih dari 1 shift.
TIPE D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan Kelompok 4: Risiko sangat tinggi
waktu penyelesaian yang panjang.
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu 3. Pembongkaran minor untuk perombakan
KELAS I minimal. ulang
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk
pemeriksaan visual
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk 6. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
KELAS II mencegah penyebaran debu ke udara. tertutup rapat sebelum dibuang.
2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk 7. Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan

SURAT IJIN KERJA PPI mengendalikan debu saat proses pemotongan.


3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Menutup ventilasi udara.
HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja.
8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan
keluar area kerja

(ICRA) & PENGAWASAN 5. Bersihkan permukaan


pembersih/disinfektan.
kerja dengan 9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan
sedang dilakukan, rapikan kembali setelah
pekerjaan selesai.

SELAMA KONSTRUKSI KELAS III


1.

2.
Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
konstruksi dimulai
Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk
7. Lakukan pengepelan
pembersih/disinfektan
basah dengan

mencegah kontaminasi pada sistem saluran. 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas


3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. tertutup rapat sebelum dibuang.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
dengan menggunakan unit penyaringan udara 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
HEPA. HVAC.
Tanggal 5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan
Paraf dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 7. Semua personil yang memasuki area kerja
KELAS IV konstruksi dimulai diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk harus diganti setiap kali keluar dari area
mencegah kontaminasi sistem saluran. kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3,
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk kebersihan.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja 9. Lakukan pengepelan basah dengan
dengan menggunakan unit penyaringan udara pembersih/disinfektan.
HEPA. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat 11. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
Tanggal disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA tertutup rapat sebelum dibuang.
sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka 12. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Paraf bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali 13. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
mereka meninggalkan tempat kerja. HVAC.

Persyaratan tambahan:
HVA
Hazard Vulnerability Assesment
HVA dr Tjahjono.xls
Terima Kasih

Selamat Berkarya
Tetap Sehat - Tetap Semangat

Anda mungkin juga menyukai