Pedoman Manajemen Risiko Mutu Ini mencakup prinsip yang digunakan dan beberapa
pilihan proses, metode dan perangkat yang dapat digunakan pada saat menerapkan
pendekatan Manajemen Risiko Mutu secara formal. Acuan lebih lanjut terkait penerapan
Manajemen Risiko Mutu untuk menjamin mutu produk dapat mengacu pada WHO guidelines
on Quality Risk Management atau pedoman internasional lain terkait.
Tujuan pedoman ini adalah memberikan metode pendekatan sistematis pada Manajemen
Risiko Mutu dan berfungsi sebagai fondasi atau sumber dokumen yang independen dari
dokumen ICH Quality yang lain, namun di lain pihak mendukung dokumen tersebut.
Manajemen Risiko Mutu juga melengkapi quality practices, persyaratan, standar, dan
pedoman mutu yang ada di lingkungan industri farmasi dan Badan POM. Pedoman ini secara
spesifik memberikan prinsip dan beberapa perangkat Manajemen Risiko Mutu yang
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif dan konsisten berdasarkan penilaian
risiko, baik oleh Badan POM maupun industri, terkait mutu bahan aktif obat dan obat selama
siklus-hidup produk.
B. Occurrence
5 = sangat sering (setiap 2-3 minggu) tinggi
3 = sering (setiap 2-3 bulan) sedang
1 = jarang (setiap 8-12 bulan) rendah
C. Detection
5 = tidak terdeteksi. Tidak ada atau hanya satu mekanisme atau metode deteksi yang
tidak dapat diandalkan (tinggi)
3 = lebih dari satu mekanisme arah atau metode deteksi sangat andal (sedang)
1 = detection sangat mungkin. Deteksi ( rendah)
-Ingat: nilai D yang rendah menunjukkan kemungkinan deteksi yang tinggi
Contoh kasus
Kecepatan udara rendah di tingkat lemari yang melindungi mesin pengisi botol yang
digunakan untuk pemprosesan aseptik. mode kegagalan (konsekuensi) masuknya udara yang
terkontaminasi dari area kelas b yang menyebabkan kontaminasi botol
RPN = SxOxD
Severity = tinggi (9)
Occurrence = sedang-rendah (4)
Detection = tinggi (9)
RPN = (sendang-tinggi) = 9x4x9= 324
-RPN <125 (5X5X5) bukan risiko yang signifikan
-tuntutan :investigasi dan tindakan korektif
RISK CONTROL
Pengendalian risiko mencakup pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menerima
risiko. Tujuan pengendalian risiko adalah untuk mengurangi risiko sampai batas yang dapat
diterima. Tingkat usaha yang digunakan untuk mengendalikan risiko hendaklah sebanding
dengan signifikan risiko.Untuk kelompok risiko yang dianggap memerlukan tindak lanjut,
maka tahapan selanjutnya adalah Risk Control (Kontrol terhadap risiko), yang berisi kegiatan
melakukan rencana tindak lanjut sehingga bisa dilakukan Risk Reduction (Pengurangan
Risiko), sebuah upaya yang diambil, bisa berupa tindakan protektif untuk mengurangi
keparahan (severity), atau yang bersifat preventive dengan upaya mengurangi probability atau
meningkatkan kemampuan deteksi terhadap bahaya (jauh semakin awal deteksi sebelum
bahaya terjadi). Sehingga bila rencana tindak lanjut itu diterapkan, kita bisa estimasi kembali,
untuk kemudian menghasilkan angka risiko pada kriteria yang bisa diterima, Risk
Acceptance (Penerimaan Risiko).
Tingkat resiko : Apakah resiko berada diatas tingkat yang dapat diterima ?
Tindakan untuk menguangi : Tindakan apa yang dapat dilakuka untuk mengurangi,
,mengontrol, dan menghilagkan resiko ?
Apa kesetaraan antara : Benefit, risk, dan resources?
Apa resiko baru yang mungkin timbul dari proses identifikasi resiko dapat dikendalikan ?
RANGKUMAN QRM TAHAP RPN
Tahapan QRM
1) Memulai Proses Manajemen Risiko Mutu
2) Penilaian Risiko
3) Pengendalian Risiko
4) Komunikasi Risiko
5) Tinjau Risiko
6) Metodologi
FMEA
Langkah ke-1 : “Peninjauan Proses”
Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses bisnis atau bagan alir yang ada untuk di
analisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesalahan paham terhadap proses tersebut."
Setelah melakukan peninjauan lapangan terhadap proses yang akan di analisis maka setiap
anggota tim akan melakukan brainstorming terhadap kemungkinan kesalahan atau kegagalan
yang dapat terjadi dalam proses tersebut."
setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka dimulai menyusun
dampak dari masing-masing kesalahan tersebut. untuk setiap kesalahan, dampak yang terjadi
bisa hanya satu, tetapi mungkin juga bisa lebih dari satu.
Bila pernah terjadi maka penilaian akan lebih mudah, tetapi bila belum pernah maka
penilaian dilakukan berdasarkan perkiraan
kesalahan sama dengan langkah keempat, bila tersedia cukup data maka dapat dihitung
probabilitas atau frekuensi kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut.
langkah ke-6 : menilai tingkat kemungkinan deteksi dari tiap kesalahan atau
Dampaknya penilaian yang diberikan menunjukkan seberapa jauh kita dapat mendeteksi
kemungkinan terjadinya kesalahan atau timbulnya dampakdari suatu kesalahan
kesalahan dan dampaknya nilai prioritas risiko (RPN) merupakan perkalian dari : RPN=
(nilai dampak) x (nilai kemungkinan) x (nilai deteksi) total nilai RPN ini dihitung untuk tiap-
tiap kesalahan yang mungkin terjadi. bila proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok
tertentu
maka jumlah keseluruhan rpn pada kelompok tersebut dapat menunjukkan bahwa betapa
gawatnya kelompok proses tersebut bila suatu kesalahan terjadi. jadi terdapat tingkat prioritas
tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses.
Setelah dilakukan perhitungan RPN untuk masing-masing potensi kesalahan maka dapat
disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut. Apabila digunakan skala 10 untuk masing-
masing variable maka nilai tertinggi RPN adalah = 10 x 10 x 10 = 1000. Bila digunakan skala
5, maka nilai tertinggi adalah = 5 x 5 x 5 =125. Terhadap nilai RPN tersebut dapat dibuat
klasifikasi tinggi, sedang dan rendah atau ditentukan secara umum bahwa untuk nilai RPN di
atas 250 (cut-off points) harus dilakukan penanganan untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan dan dampaknya serta pengendalian deteksinya.
Idealnya semua kesalahan yang menimbulkan dampak tinggi harus dihilangkan sepenuhnya.
Penanganan dilakukan secara serentak untuk ketiga aspek, yaitu meningkatkan kemampuan
untuk mendeteksi kesalahan, mengurangi dampak kesalahan bila terjadi
Langkah ke-10 : hitung ulang RPN yang tersisa untuk mengetahui hasil dari tindak lindung
yang dilakukan.
Segera setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan pengukuran ulang atau
perkiraan nilai deteksi, nilai dampak dan nilai kemungkinan timbulnya kesalahan. Setelah itu
dilakukan perhitungan nilai tingkat prioritas risiko kesalahan tadi. Hasil tindak lindung tadi
harus menghasilkan penurunan nilai RPN yang cukup signifikan ke tingkat yang cukup aman.
Bila belum tercapai maka tetap perlu dilakukan tindak lindung lebih lanjut
Risk Management Team (RMT)
RISK ASSESSMENT (PENILAIAN RISIKO) adalah penilaian suatu risiko dengan cara
membandingkannya terhadap tingkat atau kriteria risiko yang telah ditetapkan.
Informasi tentang suatu aktifitas (durasi,frekuensi, lokasi dan siapa yang melakukan?);
Tindakan pengendalian risiko yang telah ada;
Peralatan / mesin yg digunakan utk melakukan aktifitas;
Bahan yg dipakai serta sifat-sifatnya (MSDS);
Data statistik kecelakaan / penyakit akibat kerja (internal & ekternal);
Hasil studi, survey / pemantauan;
Literatur / referensi;
Benchmark pada industri sejenis;
Pengkajian oleh spesialis / tenaga ahli.
Semikuantitatif;
Metode ini pada prisipnya hampir sama dengan analisa kualitatif,
perbedaannya pada metode ini uraian / deskripsi dari parameter yang ada
dinyatakan dengan nilai / score tertentu.
Parameter yang dipakai dapat lebih banyak, misalnya parameter pemaparan /
exposure. Tingkat risiko dinyatakan sebagai hasil penjumlahan atau perkalian
dari angka / score tersebut.
Berikut ini ditujukkan contoh analisa semikuantitatif.
KRITERIA PENILAIAN RISIKO (Metode Semikuantitatif)
KRITERIA KETERANGAN NILAI
Peluang
Quite possible / Mungkin Mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu hal 6
terjadi yang aneh utk terjadi (50 – 50 kesempatan.)
Pemaparan
Akibat
First aid treatment / P3K Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan 1
hanya perlu penanganan P3K.
Di atas 400 : Sangat tinggi; hentikan kegiatan dan perlu perhatian manajemen
puncak.
200 – 400 : Tinggi; perlu mendapat perhatian dari manjemen puncak dan tindakan
perbaikan segera dilakukan.
70 – 200 : Substantial; lakukan perbaikan secepatnya dan tidak diperlukan
keterlibatan pihak manajemen puncak.
20 – 70 : Menengah; tindakan perbaikan dapat dijadwalkan kemudian, dan
penanganan cukup dilakukan dgn prosedur yg ada.
Di bawah 20 : Rendah; risiko dapat diterima.
KRITERIA PENILAIAN RISIKO
Metode Grafik
Metode ini pada prinsipnya sama dgn metode semikuantitatif dimana parameter-
parameter yg ada tetap dinyatakan dlm angka /score.
Untuk menetapkan nilai / tingkat risiko digunakan alat bantu berupa grafik. Nilai
risiko didapatkan dengan menarik garis dan menemukan titik potong dari garis
tersebut dalam daerah /range tingkat risiko tertentu.
Kuantitatif.
Metode penilaian ini dilakukan dgn menen-tukan nilai dari masing-masing parameter
yg didapat dari hasil analisa data yg repre-sentatif. Analisa terhadap nilai peluang atau
akibat dilakukan dgn beberapa metode, seperti: analisa statistik, model komputer,
simulasi, Fault Tree Analysis (FTA), Failure Mode & Effects Analysis (FMEA),
Hazard Operability Study (HAZOPS), dll.