Anda di halaman 1dari 9

Gua Maria

Pohsarang Kediri

SELVANA LOLALITA - 222412297


LATAR
BELAKANG

Gua Maria Pohsarang merupakan Kawasan ikonik kota Kediri, Jawa


Timur. Tempat ini merupakan gereja sekaligus tempat ziarah bagi
umat katolik. Bangunannya yang sangat unik dan memperhatikan
lokalitas setempat menjadikannya sebagai ikon arsitektur yang
sangat menarik untuk dibahas. Meskipun dirancang oleh arsitek
Belanda, namun lokalitas sangat terlihat dari adaptasi bangunan
terhadap lingkungannya. Hal itu dapat terlihat dari material dan
struktur yang digunakan.
TEKSTUR DAN WARNA
Henri Macalaine sebagai arsitek Gereja Pohsarang memberikan
perlakuan khusus terhadap material. Konsep bangunannya
adalah selaras dengan alam. Maka material alam diekspose
dan menyajikan karakteristiknya masing-masing. Sebagian
besar material diambil dari alam seperti :

Bata Merah Batu Andesit Terakota


BATU ANDESIT

Material Batu andesit ini dapat dilihat saat memasuki Gereja Pohsarang dan pada Gua Maria. Untuk
menunjukkan karakteristiknya batu diekspos serta tidak perlu dibuat rata dan halus.
BATU BATA

Material Bata Merah ini digunakan pada sekitar altar Gereja Pohsarang dan. Batu bata tidak perlu
diplaster agar terlihat bagus. Struktur tidak ditutup-tutupi dan dijadikan sebagai estetika.
PENGARAHAN, PROPOSI, PADAT RONGGA, BENTUK DAN
WUJUD
Estetika bentuk yang berasal dari elemen arsitektur Melayu (Nusantara), diwakili oleh bangunan tradisional Jawa, elemen atap
dari Batak Karo, konsep candi, konsep wayang dan gunungan, serta aspek teologis gereja.

Atap Konsep Candi

Atap ini berbentuk gunungan yang Batu bata dan genting terakota Budaya Hindu-Budha
puncaknya memiliki bentuk runcing di merupakan kombinasi elemen mempengaruhi lingkungan di
empat sisinya berasal dari arsitektur gaya Majapahit. mana Gereja Puhsarang
Batak Karo. berada
konsep wayang dan
Teologis Gereja
gunungan

Aspek teologis, terdiri atas: pengalaman akan misteri Allah, suasana sakral,
simbol-simbol kelahiran Allah yang terungkap, dan rahmat Allah yang
menyentuh

Bagi orang Jawa, rumah adatnya adalah Rumah Joglo. Bentuk Joglo, merupakan
analogi dari bentuk Gunung Mahameru, yang merupakan gunung suci.

Pohon juga merupakan pusat dunia, dan pusat kosmis, yang sering digambarkan
dengan gunungan atau kekayon dalam pertunjukkan wayang kulit. Inilah sebabnya,
banyak pohon besar yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat
ASPEK VISUAL (PENONJOLAN, HARMONI, VITALITAS DAN
KESEIMBANGAN)
Secara aspek visual, bangunan Geraja Poh Sarang ini mudah dicerna oleh masyarakat setempat, seperti halnya ketika
masyarakat Jawa memahami agam hindi melalui visualiasi relief yang ada dicandi. Hal ini dikembangkan oleh Pont,
dengan mencetuskan konsep dimana tempat/ gereja yang mirip tenda yang merupakan esensi dari Arsitektur Jawa,
sekaligus berarti tabernaculum yang merujuk pada tempat Sakramen Maha Kudus. Dalam bangunan ini seolah sedang
didemonstrasikan paduan antara kejawaan dan kekatolikan, lokalitas dan universalitas, yang setiap bagiannya berguna
untuk sebuah pengajaran.
Gereja Pohsarang merupakan sebuah
bangunan ditandai dengan kejujuran
terhadap stuktur dan material yang tidak
ditutup-tutupi dan merupakan bagian
yang menjadi ciri khas tersendiri bagi
gereja ini.

Memahami bahwa ornamen gereja


bukan hanya unsur hias semata tetapi
menjadi simbol yang memiliki makna.

Perpaduan budaya dan material yang


ikonik terimplementasi pada elemen-
elemen arsitektur dan interior Gereja
Puhsarang, baik yang mengalami
transformasi atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai