Anda di halaman 1dari 13

ARSITEKTUR INDONESIA

GEREJA PUH,SARANG
KEDIRI
Laurentius Andre Setiawan - B12210082
GEREJA PUH,SARANG KEDIRI

ADALAH

sebuah Gereja Katolik Roma yang terletak


di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen,
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
Gereja ini didirikan atas inisiatif Romo Jan
Wolters CM dengan bantuan arsitek
terkenal Henri Maclaine Pont pada tahun
1936.
BENTUKAN ATAP PADA BANGUNAN UTAMA YANG
MENDOMINASI ( MENJADI EMPHASIS ) TAMPILAN
MASSA BANGUNAN SECARA KESELURUHAN

ASPEK BENTUK ATAP TERSEBUT MITIP CUPOLA ATAU


KUBAH

VERNAKULAR
(BENTUK) SKETSA BENTUKAN TENDA YANG DIJADIKAN ACUAN
DALAM MENDESAIN BENTUKAN ATAP BANGUNAN
UTAMA BERSENYAWA DENGAN OKTAHEDRON
Bentuk
Gereja Pohsarang terletak di Jawa, sehingga pengetahuan lokal
yang mempengaruhinya adalah pengetahuan Jawa. Contoh
pengaruh yang mempengaruhi bentuk bangunan utama gereja
yaitu gunung semeru, yang secara masif berbentuk piramida segi
empat. Menurut orang jawa menganggap bahwa semakin tinggi
letak kita berpijak dan semakin mendekati pusat kita berada ,
maka kita akan semakin dekat dengan Sang Pencipta. Sehingga,
bentuk yang tinggi adalah bentukan yang suci. Pernyataan ini
diterima oleh arsitek gereja dan menjadikan bentukan yang paling
mendominasi dan menjadi emphasis pada bangunan utama
gereja Puhsarang.
Menurut elemen pembentuknya, massa pada bangunan utama
adalah masa yang atektonis ( tidak tertutup ). Hal ini menjuga
menganut konsep arsitektur gereja bahwa "dimana sekolah bukan
dalam sebuah konsep massa tertutup, melainkan massa yang
terbuka."
BENTUK & MAKNA
TEKNIS

Kerangka dibuat dari papan dan disusun berlapis- lapis dengan mur
baut sebagai pengikat agar melengkung, elastis, dan mudah bergerak.
Rangakaian kawat baja berbentuk seperti sarang laba laba yang
berfungsi sebagai tempat sandaran dan tempat bergantung genteng-
genteng tersebut

Rangka Atap Asli Gereja Pohsarang Sebelum Atap Gereja Pohsarang Setelah Direnovasi,
Direnovasi yang Menunjukkan Bentuk Menunjukkan Rangkaian Kawat Baja sebagai Tempat
Lengkung, Elastis dan Mudah Bergerak Bergantung Genteng - genteng

BENTUK & MAKNA


TEKNIS

Atap pada bangunan Jawa, usuk diletakkan rebah, tidak berdiri,


sehingga diperoleh bentukan yang melendut kebawah. Dengen
menggunakan gambaran balok yang dipasang tegak dan rebah yang
sama - sama diberi pembebanan merata. Arisitek Mayclaint Pont
memperlihatkan bahwa "balok yang dipasang rebah akan memiliki
gaya tarik dan tekan disisi atas dan bawah lebih besar". Tetapi dalam
Gereja Posharang, Maclaint Pont menggantinya dengan kawat yang
berfungsi sebagai kawat penggantung. Alasan menggunakan kawat
karena kawat bersifat lendut jika diberi beban sehingga sama
dengan balok yang dipasang rebah. Mayclaint Pont mendapat ilmu
ini dari pengetahuan orang jawa bukan dari arsitektur yang telah ia
pelajari.

BENTUK & MAKNA


TEKNIS
Di atap gereja diberi celah cahaya. Menurut orang jawa Celah jawa
Dalem Ageng Proboyekso yaitu bangunan sakral yang bersifat
Kejawen dimana terdapat cahaya didalamnya. Tetapi bagi
posharang, merupakan simbol dari Yesus yang digambarkan sebagai
cahaya.

Celah Cahaya pada Atap Celah Cahaya dari Dalam


Gereja Pohsarang yang Bangunan
Melambangkan Yesus

sebagai Cahaya
BENTUK & MAKNA
TEKNIS

Soko guru (tiang utama) merupakan kontruksi rumah tradisional orang jawa dan
kontruksi paling penting di suatu bangunan. Menurut orang jawa bangunan dengan 4
buah pillar yang berfungsi sebagai peyangga yang merupakan kekuatan utama suatu
bangunan. Pada Gereja Pohsarang, keempat soko guru tersebut tidak berbentuk pilar
tunggal. melainkan pilar segitiga atau pilar berbentuk huruf A. Keempat soko guru
melambangkan bahwa iman jemaat didasarkan pada iman para Rasul. Empat garis
lengkung dan dua kaki pada masing - masing soko guru merupakan lambang dari
“Keduabelas Rasul”.

Soko Guru pada Gereja Pohsarang Terhubung


Konstruksi Soko Guru sebagai Empat Kolom
Langsung pada Empat Busur Utama pada
Utama pada Rumah Tradisional Jawa
Atap

BENTUK & MAKNA


BUDAYA
Agama tidak terlepas dari kehidupan manusia sebagai sesuatu yang
sakral. Ketika suatu agama (baru) datang, agama tersebut pasti
bertemu dengan agama atau kepercayaan bahkan kebudayaan lain
yang sudah terlebih dahulu ada di tempat itu. Sejalan dengan itu
reaksi yang dimunculkan pun akan sangat beragam, bisa berupa
reaksi yang positif dan negatif dari masyarakat
setempat.Penyesuaian ini dapat berupa inkulturasi ataupun
akulturasi. Gereja Puhsarang salah satu hasil dari inkulturasi yang
terlihat dari bentuk bangunan, alatmusiktradisional yang digunakan
serta ritual keagamaan. Inkulturasi tidak dapat disandingkan dengan
akulturasi, karena inkulturasi adalah istilah yang digunakan di dalam
paham Kristiani yang merujuk pada adaptasi ajaran-ajaran Gereja
pada saat dihadapkan pada kebudayaan-kebudayaan non-Kristen.
Definisi inkulturasi lebih tepat diperbandingkan dengan indigensasi,
kontekstualisasi dan inkarnasi. Sedangkan inkulturasi yang terjadi di
Gereja Puhsarang cenderung mendekati ketiganya
BENTUK & MAKNA
LINGKUNGAN

Gereja Puh Sarang terletak di sebuah bukit kecil yang dibawahnya


mengalir sungai berbatu batu dengan sekelilingnya penuh ditumbuhi
pohon bambu. Bukit ini merupakan sebuah desa yang disebut desa
Puh Sarang dan terletak 8 kilometer dari Kediri ke arah Barat Daya, di
gunung Klotok di lereng gunung Wilis. Kompleks Gereja Puhsarang ini
berada pada lahan yang sangat luas. Lahan kompleks gereja ini sekitar
10 hektar.
LINGKUNGAN
Membangun gereja Puh Sarang, Arsitektur Pont banyak memakai
tukang yang telah berpengalaman dan membantunya waktu membuat
museum di Trowulan. Mereka adalah ahli bangunan, ahli pahat, ukiran
bahkan kemudian dia mendidik rakyat setempat untuk dilibatkan
menjadi tenaga pembuat patung yang ahli. Banyak digunakannya batu
yang diambil dari kali Kedak yang ada di dekat Puh Sarang. Walaupun
disekitar sanaa banyak pohon bambu tapi dia menggunakan kawat baja,
sebab daya tahannya lebih kuat. Ketika saat itu, ada larangan dari
Pemerintah Hindia Belanda untuk menggunakan bambu dalam
membangun rumah guna mencegah penyakit pes, sebab tikus yang
membawa kuman pes senang bersarang dalam bangunan bambu.
ASPEK VERNAKULAR
MAKNA
Gereja Puh Sarang terlihat seperti perahu yang menempal pada suatu bangunan seperti gunung. Bangunan
yang mirip gunung itu memiliki arti yaitu Gunung Ararat tempat perahu nabi Nuh terdampar setelah terjadi air
bah yang menghukum umat manusia yang berdosa, sedangkan bangunan yang mirip perahu menggambarkan
atau melambangkan Bahtera atau Perahu Nabi Nuh, yang menyelamatkan Nuh dan keluarganya yang percaya
pada Allah, bersama dengan binatang lain.
Bangunan yang mirip gunung merupakan tempat sakral atau kudus tempat altar dan sakramen mahakudus,
Bejana Baptis, sakristi dan tempat pengakuan dosa. Mengapa diibiratkan gunung, karena menurut orang Jawa,
gunung atau gunungan adalah lambang tempat yang suci di mana manusia bisa bertemu dengan penciptanya.
ORNAMEN

ALTAR RELIEF BATU BATA PINTU MASUK TEMBOK BATU


Memilikibentuk yang khas, Di atas altar terdapat relief Pintu gerbang masuk Puh
dibuat dari batu massif, Tembok keliling dari
dari batu bata merah yang Sarang dibuat dari batu
kemudian dipahat, terlihat disusun tanpa semen, tapi seperti yang biasa terdapat batu yang merupakan
seekor rusa yang sedang menggunakan campuran air, dalam sebuah candi, yang ciri khas kerajaan
minum air, sedangkan rusa kapur dan gula, kemudian mempunyai banyak tangga. Majapahit dan juga
yang lain sedang menunggu batu bata digosok dan Arti tangga yang harus
minum air. Rusa yang sedang direkatkan pada batu bata dilewati dari bawah sebelum
kraton di Jawa dan Bali.
minum air menggambarkan lainnya dengan campuran tadi sampai ke gereja adalah
mereka yang telah dibaptis, sehingga saling menggigit untuk mengajak orang
sedangkan rusa yang dengan baik walaupun tidak meneliti batinnya sebelum
menunggu untuk minum air menggunakan adukan semen menghadap Tuhan Sang Raja
menggambarkan calon baptis seperti jaman sekarang ini di Istana-Nya di Bait Kudus-
Nya.
atau para katekumen.

Anda mungkin juga menyukai