Dosen Pembimbing :
1. Alfian Hendra Krisnawan, S.Farm., M.Farm., Apt
Oleh :
Delia Venida Rahayu
110119365
PEMBAHASAN POKOK
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2
KAJIAN
PUSTAKA
You can describe the topic
of the section here You can describe the topic
of the section here
METODE
BAB 3
PENELITIAN
You can describe the topic
of the section here
PENDAHULUAN
BAB I 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim
tropis, dengan kelembapan berkisar antara 70 – 90 % dan
temperatur rata-rata 300C, sehingga menyebabkan
prevalensi infeksi jamur di Indonesia masih tinggi (Suryani
et al., 2020). Salah satu infeksi jamur yang sering terjadi
adalah infeksi dermatofitosis (Jawetz et al., 2007).
Dermatofitosis merupakan infeksi jamur pada jaringan
yang mengandung zat tanduk seperti stratum korneum
yang dapat ditemukan pada kulit, kuku, dan rambut.
Dermatofitosis ini disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita
1.1 LATAR BELAKANG
Pengobatan dermatofitosis dapat
diberikan dengan obat antijamur
secara topikal maupun sistemik.
Obat antijamur topikal yang
digunakan adalah ketokonazole,
imidazole, butenafin, tolnaftate
sedangkan obat sistemik adalah
flukonazol, itrakonazole,
griseofulvin, terbinafin.
(Harlim., 2019)
1.1 LATAR BELAKANG
Bawang lanang merupakan varietas bawang putih yang hanya terdiri dari satu siung karena bawang ini
tumbuh secara tidak normal pada lingkungan penanaman yang tidak cocok (Kulla et al, 2022). Pada
dasarnya bawang lanang memiliki kandungan yang sama dengan bawang putih biasa, yaitu mengandung
dua senyawa organosulfur utama yaitu γ-glutamyl-S-allyl-Lcysteines yang larut air dan S-allyl-L-
cysteine sulfoxides (aliin) yang bersifat volatile (Harianto et al., 2018). Bawang lanang memilki bau
yang sangat tajam bila dibandingkan dengan bawang lain. Hal ini yang menjadi salah satu indikator
bahwa zat yang terkandung jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jenis bawang lain (Dewi et
al., 2020).
Perbandingan kandungan senyawa aktif dalam satu siung bawang lanang setara dengan 5 – 6 siung
bawang putih biasa, karena semua zatnya terkumpul dalam satu siung tunggal tersebut (Utami &
Mardiana, 2013). Bawang lanang juga mempunyai kandungan aktif senyawa alisin lebih banyak
dibandingkan dengan bawang putih. Hal ini yang menyebabkan bawang lanang dipercaya lebih
berkhasiat dibandingkan bawang putih (Pramitha et al., 2020)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Berapakah diameter zona hambat ekstrak etanol 70%
bawang lanang dan bawang lanang hitam terhadap
pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum ATCC 28188
penyebab dermatofitosis ?
Trichophyton rubrum
Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah diameter zona hambat ekstrak etanol bawang lanang
dan bawang lanang hitam terhadap jamur Trichophyton rubrum ATCC 28188.
Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol pada penelitian ini adalah lama proses ekstraksi, proses sterilisasi, pelarut,
media pertumbuhan jamur, jamur Trichophyton rubrum ATCC 28188, lama inkubasi, pH dan
suhu inkubasi.
DEFINISI OPERASIONAL
a. Ekstrak bawang lanang dan bawang lanang hitam adalah sediaan pekat yang
diperoleh dari mengektrasikan zat aktif bawang lanang dan bawang lanang
hitam menggunakan pelarut etanol 70%.
b. Metode maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara merendam
simplisia kedalam pelarut etanol 70%. Hasil maserasi diuapkan sampai menjadi
ekstrak kental, kemudian ekstrak dimasukkan ke dalam wadah tertutup.
c. Konsentrasi (1500, 2500, 5000, 10000 dan 20000) bpj ekstrak etanol bawang
lanang dan bawang lanang hitam merupakan jumlah besarnya konsentrasi
larutan uji yang bervariasi dan dapat memberikan zona hambat terhadap
pertumbuhan jamur.
DEFINISI OPERASIONAL
d. Diameter zona hambat pertumbuhan jamur yaitu daerah bening disekitar
Cyilinder cup yang sudah diisi sebanyak 100 μL masing – masing konsentrasi
larutan ekstrak etanol, pelarut DMSO 10% sebagai kontrol negatif dan
Ketokonazol sebagai kontrol positif. Daerah bening yang terlihat disekitar
Cyilinder cup pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) menandakan
adanya zona hambat terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum ATTC
28188, kemudian diukur menggunakan jangka sorong dalam satuan millimeter
(mm).
INSTRUMEN PENELITIAN
Alat Pembuatan Ekstrak Alat Uji Mikrobiologi
Peralatan yang digunakan adalah oven, pisau, Alat-alat untuk menguji mikrobiologi adalah
talenan, nampan, blender, ayakan mesh no.20, Laminar Air Flow Cabinet, autoclave, oven,
kertas perkamen, kertas label, alumunium foil, inkubator, densitometer, Vortex, batang pengaduk,
wadah simplisia kering, wadah ekstrak kental, cawan petri disposible dengan tutup, pinset, alat –
toples kaca (tempat maserasi), batang pengaduk, alat gelas laboratorium, jangka sorong, penggaris,
sendok tanduk, gelas ukur, labu hisap, corong kawat ose, Cyilinder cup, cotton bud steril, Water
kaca, cawan porselen, kertas saring, beaker glass, bath, ball filler, pipet ukur, aluminium foil dan api
timbangan analitik, gunting, lemari asam, moisture bunsen.
analyzer, Rotary evaporator dan Water bath.
BAHAN PENELITIAN
Bahan Ekstraksi Bahan Uji Antijamur Bahan Pembanding
• Bahan ekstraksi yang digunakan • Isolat jamur Trichophyton rubrum • Ketokonazol sebagai
adalah bawang lanang bawang ATCC 28188 yang diperoleh dari pembanding (Kontrol positif)
hitam lanang yang diperoleh Balai Besar Laboratorium dan
dari Probolinggo Kesehatan (BBLK) Surabaya yang
bersertifikat, • pelarut DMSO 10% sebagai
• etanol 70% kontrol negatif
• media Sabourond Dektrosa Agar
• silica gel. (SDA),
• ekstrak kental etanol bawang
lanang dan bawang lanang hitam,
• NaCl 0,9 % dan