MANUSIA B. PERKEMBANGAN BENTUK INTERAKSI MANUSIA DENGAN HUTAN C. PERAN ILMU KEHUTANAN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA A. Peran hutan bagi peradaban manusia Air segar, tanah subur dan peran besar lain dalam peradaban manusia (Gardner dan Engelman, 1999). Fungsi hidro-orologis (Coster, 1937: 23 th penelitian di Ciwidey Jawa Barat Tanah hutan (Surface Run Off: 1-2 % dr CH, tidak ada erosi) Setelah tebangan untuk perladangan (SRO: 30-50% CH, erosi: 5-12 kg/m2/th) ini karena hilangnya serasah Perbedaan proses infiltrasi Siklus unsur hara Siklus air A. PERANAN HUTAN BAGI PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA
Manusia Purba : Manusia Modern
Tempat tinggal Bahan Bakar Sumber bahan bakar (k. bakar) Bahan utk membuat kertas Sumber makanan (umbi, buah) Sumber lahan utk pertanian (pangan) Sumber bahan makanan (pangan) Penghasil jasa ekologis (lingkungan) Bahan utk membuat tempat perlindungan Bahan utk membuat alat transportasi laut, jembatan Bahan utk membuat pakaian (sandang) Sumber lahan utk tempat pemukiman, industri, rekreasi DATA TAHUN 1999 1. Kayu dan hasil turunannya memiliki nilai komoditi dunia urutan ke tiga, setelah minyak bumi dan gas alam 2. Hasil hutan (kayu, pulp, kayu bakar) menyumbang nilai > US $ 400 milyar terhadap ekonomi dunia (> PNB Arab Saudi + PNB Swiss) (1990) Pada saat ini : DIKATAKAN : HUTAN MERUPAKAN OTOT PERADABAN MANUSIA ‘Forest is the Sinew of Civilization’ di muka bumi 3. Pengikat antar satu tahapan peradaban manusia ke tahapan peradaban berikutnya yang lebih maju 4. Sumber kekuatan dalam perkembangan manusia 5. PENGHUBUNG (PEREKAT) PERADABAN MANUSIA ANTAR GENERASI Peran hutan bagi peradaban manusia
Manfaat hutan (Gardner dan Engelman, 1999):
Bahan bakar Bahan tempat berlindung Bahan alat transportasi (kapal, perahu dll.) Bahan pakaian/kertas (serat kayu) Lahan pemukiman baru Data UN Intergovernmental Panel on Forest, peran kayu: Kayu dan hasil turunannya: nilai ketiga terbesar, di bawah minyak bumi dan gas alam Hasil hutan (kayu, pulp, kayu bakar): > USD 400 milyar thd ekonomi dunia th 1990 Kebutuhan manusia akan hutan meningkat Kebutuhan yang telah ada: Lahan hutan utk pertanian Lahan hutan utk pemukiman Lahan hutan utk bahan makanan Lahan hutan bahan bangunan Hasil hutas utk sandang Hasil hutan utk bahan baku obat-obatan tradisional BENTUK KEBUTUHAN-KEBUTUHAN BARU MANUSIA TERHADAP HUTAN DAN JASA EKOSISTEM HUTAN MASA DEPAN
1. Lahan untuk pemukiman dan perindustrian baru
2. Lahan untuk fasilitas kepentingan umum 3. Tumbuhan untuk sumber bibit unggul, satwa liar, jasad renik (plasma nutfah) 4. Sumber bahan baku obat-obatan modern 5. Sumber bahan baku pangan baru 6. Berbagai jasa ekologis : perlindungan bencana alam dan polusi, udara segar, keindahan, kenyamanan 7. Status sosial dalam masyarakat, jati diri manusia dan Bangsa 8. Posisi tawar suatu bangsa dalam percaturan politik internasional CONTOH : Dalam Kesepahaman Bangsa Kanada terhadap hutan dalam negaranya (Canada Forest Accord) yang dibuat tahun 1992 : OUR FOREST : ‘The forest symbolizes Canada. Besides covering half the landscape, some 453 million hectares, forest are a dominant texture of our economy, culture, traditions and history. They are a critical element of our aspirations as a society and as a nation’ ........... etc. B. PERKEMBANGAN BENTUK INTERAKSI MANUSIA DENGAN HUTAN Cara pengungkapan bentuk interaksi : 1. Berdasarkan bentuk-bentuk pengelolaan yang dilakukan: Bersifat struktural Disusun menurut periode waktu 2. Berdasarkan bentuk-bentuk fungsi yg diharapkan dan bentuk-bentuk saling ketergantungannya Bersifat fungsional Disusun menurut sifat hubungan, bebas terhadap periode waktu Add 1. Cara Pengelompokan Struktural Contoh 1. Sejarah Pengelolaan Hutan Secara Lestari untuk Hutan Hjan Tropika (Bruenig , 1996) Fase 1 : Periode Pengelolaan Sebelum tahun 1850 : pra pengelolaan hutan (pre management era before 1850) Fase 2 : Periode Indo-Burma/Franco-Jerman, 1850 - 1900 (Indo- Burma/Franco-Jerman Era, 1850 - 1900) Fase 3 : Periode Malesiana – Afrika, 1900 – 1960 (Malesian – African Era, 1900 – 1960) Fase 4 : Periode Eksploitasi Hutan Tropika, 1960–1990 (Pantropical exploitative era, 1960 – 1990) Fase 5 : Periode Restorasi, 1990 – sekitar 2000 – 2020 (Restoration era, 1990 to possibly 2000–2020) Fase 6 : Periode Menuju Pengelolaan Secara Lestari dan Konservasi (Approximating sustainable management and conservation) Contoh 2: Sejarah Pengelolaan Hutan di Indonesia (Departemen Kehutanan RI, 1986)
1. Periode Zaman Prasejarah
2. Periode Kehutanan Indonesia sebelum 1602 3. Periode Kongsi Dagang Belanda (1602 – 1799) 4. Periode Zaman Hindia Belanda : Era Non Ilmiah (1800 – 1850) 5. Periode Zaman Hindia Belanda : Era Ilmiah (1850 – 1942) 6. Periode Zaman Pendudukan Jepang (1942 – 1945) 7. Periode Zaman Perang Kemerdekaan (1945 – 1949) 8. Periode Zaman Demokrasi Liberal (1950 – 1959) 9. Periode Zaman Demokrasi Terpimpin (1960 – 1965) 10. Periode Zaman Pra PELITA (1966 – 1969) 11. Periode Zaman PELITA (1970 – 1998) 12. Periode Era Reformasi (1998 – sekarang) Contoh 3: Sejarah Pengelolaan Hutan Jati di Pulau Jawa (Simon, 1999)
1. Periode Timber Extraction (1200 – 1800)
2. Periode Persiapan Timber Management (1800 – 1892) 3. Periode Timber Management I (1892 – 1942) 4. Periode Timber Management II (1942 – sekarang) 5. Persiapan dan Uji Coba Social Forestry (1974 – sekarang) (Simon, 1999) Add.2. Cara Pengelompokan Fungsional
1. Periode kehidupan manusia sepenuhnya
bergantung kepada hutan 2. Periode kehidupan manusia memungut hasil hutan secara terkendali 3. Periode kehidupan manusia merusak hutan 4. Periode kehidupan manusia memerlukan hutan 5. Periode kehidupan manusia mendambakan hutan PERGESERAN BENTUK INTERAKSI MANUSIA DENGAN HUTAN YANG BERSIFAT MELINGKAR
PERIODE KEHIDUPAN PERIODE KEHIDUPAN
MANUSIA SEPENUHNYA MANUSIA MENDAMBAKAN BERGANTUNG KEPADA HUTAN HUTAN
PERIODE KEHIDUPAN MANUSIA PERIODE KEHIDUPAN
MEMUNGUT HASIL HUTAN MANUSIA MEMERLUKAN SECARA TERKENDALI HUTAN
PERIODE KEHIDUPAN MANUSIA MERUSAK HUTAN
Di antara dua periode ini dapat terjadi
bentuk interaksi yg pada saat ini belum terbayangkan C. PERANAN ILMU KEHUTANAN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Ada kecenderungan hubungan yang konsisten
penurunan luas dan kualitas hutan akibat aktivitas pengelolaan hutan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ini akibat dari 2 hal: 1) Luas lahan yang ada di dunia tetap, sedangkan daya dukung hutan pada saat tertentu bersifat terbatas dan kemampuan untuk meningkat melalui rekayasa teknologi pada akhirnya juga akan terbatas 2) Kebutuhan total terhadap barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh hutan terus meningkat. Apabila dihubungkan antara luas dan kualitas hutan dengan ketersediaan IPTEK kehutanan serta tenaga kependidikan kehutanan, maka diperoleh gambaran: LUAS DAN KUALITAS HUTAN BERKORELASI NEGATIF DENGAN KEMAJUAN IPTEK KEHUTANAN SERTA KETERSEDIAAN TENAGA TERDIDIK DI BIDANG KEHUTANAN Cotta (1816) mensinyalir: “Forest form and thrive best when there are no people, and hence no forestry. Formerly we had no forestry science and enough wood, now we had these science but no wood” atau “Hutan terbentuk sangat baik dan tumbuh subur ketika tidak ada manusia, dan karenanya tidak ada kehutanan, Dahulu kita tidak memiliki ilmu kehutanan dan kayu berkecukupan, sekarang kita memiliki ilmu tersebut tetapi kayu tidak ada” Pernyataan dan Peringatan : Betapa besar permasalahan kehutanan di masa itu dan kemungkinan akan menjadi lebih berat permasalahan ini di masa yang akan datang. Peran dan posisi ILMU KEHUTANAN bagi kehidupan manusia menjadi sangat penting Asumsi dasar untuk mendapatkan hubungan antara permintaan dan persediaan barang dan jasa dari hutan:
Ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat universal, sejalan
dan mengakar pada kekayaan serta keadaan biofisik dan sosial budaya masyarakat setempat yg bersifat spesifik. Rumusan kebijakan yang dipergunakan dalam mengelola hutan sepenuhnya berlandaskan kepada konsep-konsep keilmuan dan paket-paket teknologi yg dihasilkan berlandaskan kaidah ilmiah. Lingkungan setempat (politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan masyarakat pd tingkat lokal, nasional, dan internasional mendukung. Kualitas manusia sebagai penyandang keilmuan dan profesi kehutanan yang menjadi penentu apakah ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi atau tidak. PENUTUP IPT EK dan profesi merupakan bidang netral yang bersifat tidak memihak, manusialah yang menguasai IPTEK dan menyandang profesinya yang akan menentukan apakah IPTEK dan profesinya akan memberikan kebaikan atau keburukan bagi kehidupan di muka bumi. Persyaratan mendasar bg bangsa Indonesia adalah membenahi kondisi hutan yg sangat memperhatinkan dengan membangun kualitas manusia yg memiliki kemampuan untuk mewujudkan ketiga syarat tersebut atau paling tidak mendekatinya. BERFIKIR POSITIF DAN MAJU TERBEBAS DARI PRASANGKA DAN SIKAP MERASA PALING BENAR SENDIRI SERTA TERHINDAR DARI CARA BERFIKIR SEMPIT DAN KELIRU. SIAPAPUN YG BERKESEMPATAN MENYANDANG PROFESI KEHUTANAN, MERUPAKAN PEMEGANG AMANAH DARI SANG PENCIPTA ALLAH SWT HARUS IHLAS AGAR MENJADI KEBAIKAN. TERIMA KASIH