Anda di halaman 1dari 25

Pengantar ilmu kehutanan

M.Ali Arfan
Agung Muhammad akbar
Ahmad guru hasibuan
Aulia rahman
BAB 1
Permasalahan dalam kehidupan Manusia di Abad ke Dua Puluh Satu

Memasuki abad ke-21, kehidupan manusia di muka bumi ini dihadapkan pada berbagai krisis
dalam mencukupi keperluannya untuk kehidupan sehari-hari. Apabila dikelompokkan ke dalam
kelompok-kelompok kegunaannya dalam mencukupi keperluan hidup manusia, para ahli
mengelompokkan krisis utama yang dihadapi umat manusia pada saat ini kedalam tiga kelompok krisis.
Ketiga kelompok krisis tersebut adalah krisis dalam mencukupi keperluan pokok (sandang, pangan dan
papan), krisis dalam mencukupi keperluan akan jasa ekologi dari komponen lingkungan hidup, dan krisis
dalam mencukupi keperluan energi. Ketiga kelompok ini secara popular dikenal sebagai krisis pangan,
krisis ekologi dan krisis energi.

Agar bangsa Indonesia dapat keluar dari berbagai permasalahan berupa krisis pangan, krisis
ekologi, krisis energi, krisis agrarian, dan kemiskinan maka bangsa Indonesia harus melaksanakan
pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan. Pembangunan ini harus dilaksanakan dengan arah,
tujuan dan sasaran yang tepat bagi bangsa Indonesia. Selain itu azas, mekanisme, metode dan tata cara
yang dipilih dalam melaksanakan pembangunan juga harus sesuai dengan keadaan biofisik wilayah dan
kekayaan sumber daya alam Indonesia, serta sejalan dengan keadaan ekonomi, social, budaya dan adat
istiadat bangsa Indonesia yang ada pada saat ini maupun perkembangan ke depan.

Pembangunan Pertanian dalam Arti Luas (PdAL) bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu
cara penting yang harus dipilih untuk menjawab permasalahan yang dihadapinya saat ini dan kedepan.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan PdAL dengan baik, cepat, dan lengkap, diperlukan beberapa
persyaratan yang bersifat perlu dan persyaratan yang merupakan syarat cukup. Ada tiga persyaratan
utama yang termasuk kedalam persyaratan yang bersifat perlu untuk dilaksanakannya pembangunan
PdAL, yaitu tersedianya sumber daya alam yang cocok untuk dilaksanakannya pembangunan PdAL,
tersedianya modal insani dengan jumlah yang cukup dan berkualitas untuk melaksanakan pembangunan
PdAL, serta tersedianya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang cukup dan tepat untuk
dilakukan dalam melakukan pembangunan PdAL. Untuk Indonesia, syarat perlu pertama sudah terpenuhi,
akan tetapi perlu kehati-hatian dalam pemeliharaan dan pemanfaatannya agar keberadaannya yang cukup
dari segi kuantitas dapat dipertahankan secara berkelanjutan dan kualitasnya dapat dapat perlu
ditingkatkan. Syarat perlu kedua yaitu apabila dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang ada pada saat
ini sudah sangat memenuhi, bahkan pertumbuhannya perlu dikendalikan agar tidak terus meningkat
dengan sangat pesat. Sementara ketiga syarat cukup adalah terwujudnya iklim politik dan keamanan yang
bersifat kondusif, adanya kehendak politik yang kuat dan cukup tersedianya pemuda-pemudi untuk
melaksanakan pembangunan PdAL.

Dalam kaitannya dengan factor yang berpengaruh terhadap pembangunan PdAL menurut buku
Mosher 1966 yang berjudul “Getting Agriulture Moving” menyatakan bahwa untuk dapat melaksanakan
pembangunan pertanian dengan baik diperlukan lima factor esensial dan lima factor pelancar. Lima factor
esensial yang dimaksud terdiri atas (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usaha pertanian; (2) teknologi yang
senantiasa berkembang; (3) tersedianya sarana produksi dan peralatan secara local; (4) adanya perangsang
produksi bagi petani; dan (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu. Adapun lima factor
pelancar yang dimaksud mencakup (1) Pendidikan pembangunan; (2) kredit produksi; (3) kegiatan
gotong-royong; (4) perbaikan dan perluasan lahan pertanian; serta (5) perencanaan nasional untuk
pembangunan pertanian.

Mengapa Perlu Mempelajari Ilmu Kehutanan ?

Dari uraian mengenai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan manusia pada abad ke-21
diawal, jelas kiranya bahwa pembangunan kehutanan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembangunan PdAL memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dimasa yang akan
dating. Ini berarti peran hutan dalam kehidupan manusia sangatlah besar dan akan terus lebih besar
dimasa yang akan dating.

Peran hutan dalam menopang kehidupan manusia diperkirakan telah berusia sama dengan usia
keberadan manusia dimuka bumi ini. Arti dan makna hutan bagi kehidupan manusia mungkin saja
berbeda bagi orang-orang yang bertempat tinggal pada lingkungan yang berbeda. Bagi mereka yang
tinggal di pedesaan dan di pinggir-pinggir hutan, hutan merupakan lingkungan hidupnya sehari-hari.
Sementara bagi mereka yang tinggal di perkotaan, hutan akan selalu mengisi benak mereka saat mereka
mendambakan udara segar, suasana yang sunyi dan nyaman, serta terbebas dari hingar bingar keramaian,
kebisingan dan kesumpekan udara perkotaan yang senantiasa menyertai kehidupan sehari-hari. Itulah
sebabnya mengapa kota perlu dibangun hutan, berupa arboretum (koleksi tumbuh-tumbuhan), hutan kota
(urban forest), maupun Taman Hutan Raya (Tahura) yang bias saja terdapat dalam wilayah perkotaan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, makin banyak bukti ilmiah yang
mampu menjelaskan bentuk-bentuk ketergantungan kehidupan dan perkembangan peradaban manusia
dimuka bumi terhadap hutan. Sejalan dengan jumlah penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke
waktu dan diikuti dengan peningkatan kemakmuran kehidupannya, maka kebutuhan manusia terhadap
barang dan jasa hutan akan terus meningkat pula dari waktu ke waktu. Kemampuan untuk meningkatkan
produktifitas dan kualitas hutan sangat kuat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kualitas modal insani yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Ilmu kehutanan dan profesi
kehutanan merupakan bidang ilmu dan bidang profesi yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan
tersebut. Untuk itu diperlukan adanya minat dan motivasi dari sebagian umat manusia di setiap negara
yang memiliki kekayaan sumber daya alam hutan,khususnya para generasi mudanya untuk mendalami
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kehutanan.

Ruang Lingkup Pengantar Ilmu Kehutanan membahas konsep dan perkembangannya mengenai
hutan, manfaat hutan bagi kehidupan manusia dan mhakluk hidup lainnya di muka bumi. Serta peranan
ilmu dan profesi tersebut dalam kegiatan pengelolaan hutan secara lestari di muka bumi. Topik-topik
tersebut dikelompokkan ke dalam :

a. Konsep hutan, kehutanan dan ilmu kehutanan


b. Keadaan serta perkembangan hutan di Indonesia dan dunia
c. Manfaat hutan bagi kehidupan dan peradaban umat manusia
d. Perkembangan prinsip dan kegiatan pengelolaan hutan
e. Profesi tenaga kehutanan dan peranannya dalam pengelolaan hutan; serta
f. Permasalahan global kehutanan dan upaya-upaya manusia untuk mengatasinya.
BAB 2

Hutan dan Peradaban Manusia

2.1. Peranan Hutan bagi Perkembangan Peradaban Manusia

Usia terjadinya interaksi antara manusia (Homo sapiens, artinya mausia yang berpikir) dengan
hutan diperkirakan sama dengan usia keberadaan manusia dimuka bumi ini. Dari berbagai bukti dan
hasil sintesis terhadap perkembangan manusia yang telah dicapai di muka bumi ini, secara kualitatif
dapat diperkiraka bahwa peran hutan bagi perkembangan manusia sangatlah besar dan penting. Adapun
sumber daya alam yang memberikan tiga terbesar perannya bagi perkembangan peradaban manusia,
berturut-turut adalah air segar, tanah yang subur, dan hutan.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan
hutan, telah dapat diketahui bahwa peranan hutan dalam memelihara tingkat kesuburan tanah secara
alami, kualitas air segar, serta pengendalian laju erosi tanah dan fluktuasi debit air sangatlah besar.

Peran hutan dalam memelihara tingkat kesuburan tanah secara alami dapat dijelaskan melalui
proses perputaran unsur hara yang terjad didalam sebuah ekosistem hutan dikenal dengan sebutan siklus
unsur hara (nutrient cycling). Kemudian hutan juga berperan dalam mempertahankan kesuburan tanah
secara alami melalui pengalaman dan pengetahuan para leluhurnya yang diwariskan secara turun
menurun, sebenarnya telah sejak lama diketahui oleh para peladang. Berdasarkan keyakinan seperti
inilah mengapa masyarakat peladang pantang untuk membuka hutan untuk ladang pada hutan-hutan
yang terdapat di puncak—puncak bukit atau tempat-tempat yang lebih tinggi dari rata-rata ketinggian
tempat disekitarnya.

Ketergantungan manusia terhadap hutan, baik kehidupan maupun perkembangan peradabannya


diperkirakan akan makin besar di masa-masa yang akan datang. Pemanfaatan sumber daya alam yang
terjadi selama ini pada sebagian besar negara dilakukan dengan tingkat yang melebihi kemampuan
negara tersebut untuk membangun dan memulihkannya kembali. Adapun bentuk kepentingan ini dapat
berupa keperluan terhadap barang dan jasa dari ekosistem hutan yang selama ini telah ada maupun
terhadap barang dan jasa baru yang belum ada. Contoh-contoh barang dan jasa yang dimaksud adalah
sebagaimana diuraikan berikut.
A. Barang dan jasa yang telah ada (dikenal) selama ini adalah barang dan jasa untuk
mencukupi keperluan sebagai berikut.

a. Lahan hutan untuk pertanian

b. Lahan hutan untuk permukiman

c. Hasil hutan untuk bahan makanan

d. Hasil hutan untuk bahan bangunan

e. Hasil hutan untuk bahan sandang

f. Hasil hutan untuk bahan baku obat-obatan tradisional

B. Barang dan jasa baru yang selama ini belum dikenal adalah barang dan jasa untuk
mencukupi keperluan sebagai berikut.

a. Lahan hutan untuk perindustrian.

b. Lahan hutan untuk fasilitas kepentingan umum.

c. Hasil hutan berupa flora dan fauna langka untuk sumber bibit unggul.

d. Hasil hutan untuk bahan baku obat-obatan modern, terutama untuk bahan baku obat
bagi penyakit-penyakit baru.

e. Hasil hutan untuk bahan baku jenis makanan baru.

f. Jasa hutan untuk perlindungan dari berbagai bencana alam.

g. Jasa hutan untuk perlindungan dari berbagai polusi industri.

h. Jasa hutan keindahan, udara segar, dan kenyaman.

i. Jasa hutan untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi di masayarakat.

j. Jasa hutan untuk meneguhkan harga diri dan martabat bangsa yang tinggi serta
membentuk rasa kebanggaan sebagai bangsa yang unggul.
k. Jasa hutan untuk meningkatkan posisi tawar suatu negara dalam percaturan politik dan
perdagangan internasional.

2.2. Perkembangan Bentuk Interaksi Manusia dengan Hutan

Beberapa pakar telah berupaya untuk mengurutkan dan membagi-bagi bentuk interaksi manusia
dengan hutan yang terjadi di muka bumi. Walaupun cara pembagian tersebut sangat beragam, akan tetapi
secara umum dapat dikelompokkan kedalam dua cara, yaitu :
a. berdasarkan bentuk-bentuk pengelolaan hutan yang dilakukan oleh manusia; dan

b. berdasarkan sifat-sifat ketergantungan manusia terhadap hutan dan dampak yang


ditimbulkannya.

Pengelompokan cara pertama bersifat struktural karena dasar-dasar pengelompokan bentuk


interaksi berlandaskan kepada sifat-sifat yang terstruktur, misalnya struktur kegiatan-kegiatan dalam
pelaksanaan pengelolaan atau struktur pihak-pihak yang berperan dan terlibat dalam pelaksanaan
pengelolaan.

Pengelompokan cara kedua bersifat fungsional karena dasar-dasar pengelompokan bentuk


interaksi belandaskan pada sifat-sifat yang menerangkan bentuk-bentuk fungsi yang melekat pada
masing-masing yaitu hutan dan manusia.

Dalam uraian berikut dipaparkan beberapa contoh pengelompokan bentuk-bentuk interaksi


manusia dengan hutan untuk cara pengelompokan pertama dan kedua.

1). Cara Pengelompokan Struktural

Fase 1 Periode pra-pengelolaan sebelum tahun 1850

(Pre management era before 1850)

Penggunaan kayu pada era ini terutama untuk bahan bakar sebagai sumber energi. Kayu bernilai
perdagangan yang diambil, antara lain kayu berukuran kecil untuk perkakas rumah tangga dan hiasan.

Fase 2 Periode Indo-Burma/Franco-Jerman, 1850-1900

(Indo-Burma/Frano-German era, 1850-1900)

Prosedur pengelolaan yang dilakukan pada periode ini dipengaruhi oleh tradisi pengelolaan
hutan secara serbaguna yang dilakukan di Jerman. Akan tetapi, usaha alih teknologi silvikultur pada
mulanya gagal, sehingga mengakibatkan terjadinya eksploitasi hutan yang berlebihan dan menjadikan
berkurangnya persediaan hutan sampai dibawah besarnya persediaan terendah yang diperlukan.

Fase 3 Periode Malesiana-Afrika, 1900-1960

(Malesiana-Afrika era, 1900-1960)

Pengelolaan hutan tropika pada periode Melasiana-Afrika ini dicirkan oleh sangat kuatnya
pengadopsian dan pengembangan seni dan prkatik pengelolaan hutan secara lestari, terutama dalam
bidang silvikultur, dendrologi, pemanfaatan hutan nokatyu, inventarisasi hutan dan manajemen hutan.
Fase 4 Periode eksploitasssi hutan tropika, 1960-1990

(Pantropical exploitatif era, 1960-1990)

Periode ini dicirikan oleh tingginya permintaan dunia terhadap kayu untuk bahan baku kertas
dan kayu perdagangan lainnya. Hal ini terjadi sebagai akibat meningkatnya keberhasilan pembangunan
ekonomi di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat yang kemudian diikuti oleh Jepang di
Asia.

Fase 5 Periode restorasi, 1990-sekitar 2000-2020

(Restoration era, 1990 to possibly 2000-2020)

Periode ini merupakan peralihan dalam perumusan kembali dan penyusunan kembali prinsip-
prinsip pengelolaan hutan tradisional yang telah ditinggalkan, baik dalam pengelolaan hutan tropika
maupun secara umum dalam pengelolaan hutan diseluruh dunia.

Fase 6 Periode menuju pengelolaan secara lestari dan konservasi

(Approximating sustainable management and conservation)

Periode ini terjadi karena tidak mencapai targetnya periode restorasi yang diterapkan oleh ITTO
(International Tropical Timber Organization) pada tahun 1991. Kemudian pada periode ini lebih
difokuskan terhadap suatu rangkaian target-target dan bukan hanya satu titik untuk mencapai
pengelolaan hutan secara lestari.

A. Sejarah Pengelolaan Hutan di Indonesia menurut Klarifikasi Departemen


Kehutanan RI (1986)

1. Periode hutan Indonesia zaman Pra-Sejarah

2. Periode kehutanan Indonesia sebelum 1602

3. Periode kehutanan Indonesia zaman Kongsi Dagang Belanda (1602-1799)

4. Periode kehutanan Indonesia zaman Hindia Belanda Era Non Ilmiah (1800-1850)

5. Periode kehutanan Indonesia zaman Hindia Belanda Era Ilmiah (1850-1942)

6. Periode kehutanan Indonesia zaman Pendudukan Jepang (1942-1945)

7. Periode kehutanan Indonesia zaman Perang Kemerdekaan (1945-1949)

8. Periode kehutanan Indonesia zaman Demokrasi Liberal (1950-1959)


9. Periode kehutanan Indonesia zaman Demokrasi Terpimpin (1960-1965)
10. Periode kehutanan Indonesia zaman Pra-PELITA (Pembangunan Lima Tahun) tahun
1966-1969

11. Periode kehutanan Indonesia zaman PELITA (1969-1998)

B. Sejarah Pegelolaan Hutan Jati di P.Jawa Menurut Klasifikasi Simon (1999)

1. Periode Timber Extraction (1200-1800)

2. Periode Persiapan Timber Management (1800-1892)

3. Periode Timber Management Pertama (1892-1942)

4. Periode Timber Management Kedua (1942-sekarang)

5. Persiapan dan Uji Coba Social Forestry (1974-ssekarang)

2). Cara Pengelompokan Fungsional

Berdasarkan bentuk ketergantungan kehidupan manusia terhadap hutan dan pengaruh kehidupan
manusia terhadap hutan di seluruh muka bumi, bentuk interaksi manusia dengan hutan secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam lima periode.

A. Periode Kehidupan Manusia Sepenuhnya Bergantung pada Hutan

Dalam periode ini manusia menyatu dengan hutan, sehingga manusia dapat dipandang sebagai
bagian dari ekositem hutan. Seluruh keperluan manusia, berupa pangan, sandang, dan papan disediakan
oleh hutan. Buah-buahan, biji-bijian, daun-daunan, umbi-umbian, ikan-ikan sungai, dan binatang yang
telah tersedia melimpah di dalam hutan merupakan sumber makanan manusia sehari-hari. Dalam
keadaan seperti ini, maka tekanan manusia terhadap hutan tidak berarti dan tidak mnegkibatkan
kerusakan hutan. Pola kehidupan manusia yang tidak merusak hutan seperti ini dimungkinkan,
mengingat hal berikut.

1. Pengambilan hasil hutan, ikan, dan binatang buruan yang terdapat di dalam hutan sangat
terbatas jumlahnya, sehingga hutan secara alami mampu memulihkan kembali bagian-
bagian yang telah diambil oleh manusia.

2. Bagian-bagian yang diambil bersifat terpilih, sehingga tidak menyebabkan terhambatnya


regenerasi atau pemulihan kembali populasi asal.
B. Periode Kehidupan Manusia Memungut Hasik Hutan secara Terkendali

Dalam periode ini, manusia tinggal diluar hutan atau di pinggir-pinggir hutan. Mereka telah
membuat rumah atau tempat lain yang sangat sederhana, menggunakan bahan-bahan yang sebagian
besar dari hutan. Bahan makanan sehari-hari diperoleh dari hasil memungut hasil hutan.

C. Periode Kehidupan Manusia Merusak Hutan

Dalam periode ini manusia melakukan pembukaan hutan melalui pembakaran atau penebangan
pohon untuk memenuhi berbagai keperluan hidupnya, terutama keperluan terhadap lahan dan kayu.

D. Periode Kehidupan Manusia Memerlukan Hutan

Dalam periode ini manusia mulai merasakan dan menyadari berbagai dampak yang merugikan
bagi kehidupan dan lingkungan hidup tempat mereka berada, akibat dilakukannya pembabatan hutan.
Dari pengalaman kehidupan sehari-hari, mereka mulai menyadari bahwa apabila kayu atau hasil hutan
lainnya diambil secara berlebihan maka alam tidak akan mampu untuk memulihkannya kembali.

E. Periode Kehidupan Manusia Mendambakan Hutan

Dalam periode ini manusia tidak hanya sekedar memerlukan keberadaan hutan, tetepi lebih dari
itu, mereka mendambakan atau merindukan kehadiran hutan disekitar tempat tinggal dan lingkungan
hidupnya. Kehadiran hutan sangat mereka dambakan mengingat fungsi hutan, terutama dalam
menyediakan berbagai macam jasa lingkungan dan sosial-budaya, yang tidak mungkin tergantikan oleh
berbagai macam barang dan jasa lain yang bersifat buatan hasil rekayasa teknologi yang telah dihasilkan
oleh umat manusia dimuka bumi ini.

Mengingat pentingnya peran hutan bagi kehidupan manusia dan seluruh kehidupan dimuka bumi
ini, maka kesadaran terhadap pentingnya keberadaan dan kualitas hutan, terutama hutan tropika di dunia,
bersifat universal dan menjadi perhatian masyarakat dunia.
2.3 Peranan Ilmu Kehutanan bagi Kehidupan Manusia

Walaupun dengan bentuk interaksi yang berbeda-beda, sejarah panjang hubungan manusia
dengan hutan telah memberikan petunjuk adanya kecenderungan arah hubungan yang konsisten, yaitu
kecenderungan yang mengindikasikan bahwa terjadinya penurunan luas dan kualitas hutan akibat makin
tingginya aktivitas pemanfaatan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia dalam hidupnya.
Kecenderungan yang bersifat konsisten dari waktu ke waktu ini merupakan akibat dari dua hal, yaitu
sebagai berikut.

a. Luas lahan yang ada didunia tetap atau bahkan menurun, sedangkan daya dukung hutan,
yaitu kemampuan hutan untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya, pada suatu
waktu tertentu bersifat terbatas.

b. Kebutuhan total terhadap barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh hutan terus
meningkat dari waktu ke waktu, sebagai akibat dari hal berikut.

1). Kebutuhan per kapita manusia di dunia terhadap barang dan jasa dari hutan terus
meningkat, akibatnya meningkatnya Ilmu Pengetahuan Teknologi, serta Seni
(IPTEKS) dan tingkat kemakmuran manusia. Kebutuhan ini meningkat baik dalam
macam maupun jumlahnya besarnya kebutuhan untuk bentuk kebutuhan tertentu
mungkin menurun.

2). Jumlah penduduk dunia terus meningkat, bahkan dengan peningkatan yang sangat besar,
walaupun ada kecenderungan laju pertumbuhan penduduk pada negara maju sangat
rendah bahkan mungkin tidak ada pertumbuhan sama sekali (zero growth).
BAB 3.

ILMU KEHUTANAN SEBAGAI ILMU KEHUTANAN

3.1 Pengertian dan ciri-ciri Ilmu Pengetahuan

Dalam KBBI Pengetahuan diartikan sebagai sesuatu yang diketahui. Wujud Pengetahuan adalah
himpunan dari fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan lain-lain yang berhasil ditemukan oleh manusia. Manusia
memperoleh kebenaran-kebenaran tersebut berlandaskan kepada naluri ingin tahu yang dimilikinya.

Pengertian Ilmu dalam KBBI diartikan sebagai pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Istilah ilmu dapat digunakan untuk menyatakan keseluruhan
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Pengetahuan-pengetahuan ini dapat diperoleh oleh
manusia melalui berbagai cara, baik menggunakan kemampuan olah pikir (daya nalar) manusia maupun
dengan cara diwahyukan

Kebenaran Ilmiah pada dasarnya merupakan kebenaran yang dapat diterima dan dipahami oleh akal sehat
manusia dan didukung oleh fakta dalam dunia nyata, yaitu keadaan yang sebenarnya di alam

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kebenaran sebagai komponen pembentuk pengetahuan, ilmu, dan
ilmu pengetahuan sebagai berikut.

a. Dapat diterima dan dipahami oleh daya nalar manusia sebagai hal yang benar untuk menjawab
pertanyaan “apa”.
b. Tersusun secara tertata dan sistematis.
c. Teruji memenuhi kriteria kebenaran ilmiah dan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan
“mengapa”

Berdasarkan contoh-contoh ilmu yang dicantumkan dalam KBBI dapat diperoleh gambaran bahwa
beberapa jenis ilmu, saat ini masih dipertentangkan apakah kebenaran-kebenaran yang membentuknya
sudah dapat dimasukkan ke dalam kelompok kebenaran ilmiah atau belum. Jenis-jenis ilmu yang
dimaksud adalah Ilmu Gain, Ilmu Hitam, dan Ilmu Putih

Adapun ilmu dalam pengertian ilmu pengetahuan pada contoh yang dicantumkan dalam KBBI digunakan
untuk menyatakan nama-nama disiplin ilmu pengetahuan tertentu, seperti ilmu Kimia, Ilmu Fisika dan
Ilmu hayati. Ilmu Pertanian dan Ilmu Kehutanan masuk ke dalam kelompok ilmu yang sama dengan ilmu
dalam pengertian ilmu pengetahuan.

3.2 Ilmu Kehutanan

Kehutanan dapat mengandung arti sebagai suatu kegiatan, sebuah sistem, sebuah profesi dan suat
kesatuan disiplin ilmu pegetahuan.

Sekelompok kebenaran ilmiah, berupa fakta, gejala, atau prinsip-prinsip dapat dinyatakan sebagai suatu
kesatuan ilmu pengetahuan bilamana dideskripsikan dengan tegas dan has atau unik (dapat dibedakan dari
yang lain) tiga aspek pembentuk ilmu pengetahuan yaitu aspek ontologi, aspek epistemologi, dan aspek
aksiologi untuk kelompok kebenaran Ilmiah tersebut

3.2.1 Aspek Ontologi Ilmu Kehutanan

Pada mulanya, ontologi Ilmu Kehutanan terdiri atas Hutan sebagai Ekosistem berikut lingkungannya.
Hutan sebagai ekosistem terdiri atas komponen-komponen pembentukya yang bersifat hidup (biotik) dan
tidak hidup (abiotik). Komponen yang bersifat hidup yang membentuk ekosistem hutan adalah pohon dan
tumbuhan lainnya serta binatang dari berbagai jenis dan ukurannya yang terdapat didalam hutan.
Komponen tidak hidup dari hutan terdiri dari tanah, air, udara, dan benda-benda tak hidup lainnya

Ilmu Manajemen Hutan dapat pula ditinjau berdasarkan sifat khas dari barang dan jasa ekosistem hutan
yang bergantung pada postulat perlunya keberadaan ekosistem hutan yang bersifat permanen dan tunduk
daya kepada daya dukung alami ekosistem hutan yang bersifat terbatas. Hal ini mengandung arti bahwa
walaupun menggunakan teknologi produktivitas lahan hutan dapat ditingkatkan, akan tetapi kemampuan
untuk meningkatkan produktivitas lahan tersebut pada akhirnya akan terbatas, sesuai daya dukung alami
yang dimilikinya

Kekhasan sifat yang melekat pada manfaat-manfaat ekosistem hutan sebagaimana diutarakan di muka
akan membatasi berlakunya prinsip-prinsip serta teori-teori manajemen yang diperlukan untuk
menjelaskan gejala-gejala ekologis yang berkaitan dengan pengelolaan hutan sebagai suatu ekosistem.
Kekhasan gejala-gejala ekologis seperti ini berbeda dengan gejala-gejala yang menjadi ranah pada Ilmu
Manajemen yang lebih menitikberatkan kepada perilaku manusia dan organisas

3.2.2 Aspek Epistenlogi Ilmu Kehutanan

Kebenaran dalam Ilmu diperoleh menggunakan metode ilmu ilmiah dan melalui kegiatan penelitian
ilmiah. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis berlandaskan kepada
asas asas tertentuyang diikuti secara ketat dan ojektif untuk memenuhui kesimpulan yang memenuhi
syarat-syarat kebenaran ilmiah.

Sifat kebenaran ilmiah bersifat kohesi,korespodensi,pragmatisme.Metodologi Penelitian menjelaskan


aspek kehutanan yaitu A.penggolongan penelitian menurut sasaran peneliti B. Menurut keperluan
terhadap data dan hipetesis C.penggolongan penelitian menurut cara pendekatan menjawab masalah
penelitian

TIga Cara penggolongan Penelitian

A.penggolongan penelitian menurut sasaran peneliti

Penelitian dasar danpenelitian murni adalah penelitian yang hasilnya menerapkan teori dan prinsipnya
mendasari sifat Dan mendasari prilaku.

Penelitian terapan adalah penelitian yang hasilnya dapat segera dimanfaatkan. Tujuan akhir memperoleh
teknologi,prosedur kerja teknik manajementkebujakan menjawab masaalah dari masyrakat. Contoh
contoh peelitian ilmu terapan yaitu teknik pengawetan, teknik silvikultur danlai lain.

B. Menurut keperluan terhadap data dan hipetesis

Penelitian yang memerlukan hipetesis menggunakan percobaan bertujuan untuk menimbulksn faktor dan
dua faktorsehingga menimbulkan sebab akibat .adapun yang memerlukan data tapi tudak memerlukan
hipetesis lajimnya menggunakan metode survei dan teknik pengambilancontoh atau studi kasus. Adapun
contoh dikehutanan yaitusurvei tenttang keanekaragaman satwa.

C.penggolongan penelitian menurut cara pendekatan menjawab masalah penelitian

Penelitian yang masuk kedalam penelitian pendekatan bersifst parsial.yaitu memecahkan masalah dengan
dibagi aabagi hal kecil hingga terselesaukan.

3.2.3Aspek Ekologi Ilmu Kehutanan

Ilmu kehutananantara lain membahas ciri ciri,tipetupe,penyebaran hutanjenis,potensimanfaat dll

Pengetahuanyang terkandung dalam ilmu kehutnan.

A. Ciriciri, penyebaran,kekayaan hutan


B. ,ciri,jenisdan potensi hutan
C. Ciri,jnis metode dn
D. Dll
3.3 Perkembangan ruang lingkup kehutanan

Manajement hutan inti dari kehutanan.pada mulanya socuety of amerika yaitu penerapan bisnis kehutanan
dsn pemanfaan kekaaan alan

Illmu ilmu dasar pembentukanmanajemen kehutanan yautu

a.Bisnis

-ilmu ekonomi

- ilmu organiasi dan adm

Ilmu finsisl

-ilmu akutansi

-sistematika

=pemsaran

-hubungan bisnis

Hbngn tenagakerja

-realestet

b.sosialpolitik

-sosial

-politik

C. Teknik aKehhutanan

-SIVIKA

-Silvultur

Pemanenan

-tekteknologi ksyu
-dll.

Ilmu kehutanan berada dalam 3 ruang lingkup

-Ilmu komponen dasar yautu bilogim,dendrologi,dll

-komponen pendukung yaitu fisika,kimia

-komponen sumber daya huta yautu KURVET dan lalin lain

-Bid pengelolaan SDA

-bid pengelolaan dan pemanfaatan hutan

-bid ilmu adm.

3.4 posisi ilmi kehutanan pik

Pikmerupakan mata kuliah bersetatus bidangkeimuan terkeciliterapkkan dalam ilmu ilmu dasar kehutanan
BAB IV

HUTAN DAN KEHUTANAN

4.1 Pengertian Hutan

Pengertian hutan bagi masyarakat awam hampir dapat dipastikan akan merujuk pada suatu bentuk
wujud biofisik penggunaan lahan, yaitu lahan yang tertutup oleh tumbuh-tumbuhan didominasi oleh
pepohonan yang besar-besar, yang tinggi-tinggi, dan dengan tajuk rindang, serta saling menutupi satu
sama lain, dari beraneka jenis pohon dan dengan bermacam-macam ukurannya. Oleh karena ruang
didalam hutan akan rendah dan kelembapan udaranya tinggi, sehingga bilamana kita berada di ruang
tersebut akan merasa nyaman. Apabila pada saat kita berada ditempat itu, angin bertiup sepoi-sepoi, maka
akan bertambah nyamanlah udara didalam ruangan dibawah tajuk-tajuk pohon yang rindang itu. Kira-kira
seperti inilah gambaran tentang hutan bagi sekelompok orang tertentu yang mengenal hutan dari
pengalaman kesehariannya sebagai tempat wisata pada setiap akhir pekan bersama keluarganya.

Gambaran sekelompok orang tentang pemahaman mengenai hutan seperti diuraikan diatas tidak
salah. Seperti itulah salah satu gambaran tentang pemahaman hutan. Hutan dengan gambaran seperti itu,
dalam masyarakat kita biasa dikenal dengan istilah hutan belantara atau hutan rimba. Akan tetapi, dalam
Ilmu kehutanan pengertian tentang hutan tidak hanya seperti itu. Pengertian hutan seperti itu merupakan
salah satu bentuk pengertian tentang hutan, yaitu pengertian hutan dilihat dari faktor wujud biofisik lahan
dan tumbuhan yang membentuknya. Selain faktor tersebut, ada faktor-faktor lain yang lazim digunakan
untuk merumuskan pengertian tentang hutan.

Dalam khazanah ilmu kehutanan, pengertian hutan dapat ditinjau dari faktor-faktor: wujud
biofisik lahan dan tumbuhan yang membentuknya,fungsi ekologi yang mampu diberikannya, kepentingan
kegiatan operasional pengelolaan atau kegitan tertentu lainnya dan status hukum lahan tempat hutan
berada.

Guna mendapatkan gambaran mengenai keanekaragaman pengertian hutan berdasarkan


perbedaan penekanan faktor-faktor tersebut, berikut diberikan beberapa contoh definisi hutan yang telah
dibuat oleh beberapa pakar dan lembaga yang telah disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
4.1.1 Definisi Hutan Berdasarkan Penekanan pada Konsep Ekologi

a. Sharma (1992)
“Forest is a plant community predommantly of trees and other woody vegetation, growing more
or less closely together”
Artinya: “Hutan adalah suatu komunitas tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon atau
tumbuhan berkayu lain, tumbuh secara bersama-sama dan cukup rapat”.
Definisi hutan ini lebih menekankan pada wujud biofisk hutan berdasarkan jenis tumbuhan yang
dominan (pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lain), sifat pertumbuhan pohon (bersama-sama dan
cukup rapat),dan berperan sebagai komunitas tambahan.

b. Helms (1998)

“Forest is an ecosystem characterized by a more or less dense and extensive tree cover, often
consisting of stands varying in characteristich such as species composition,structur, age class, and
asociated processes and commonly including meadows, stream, fish, and wildlife. Forest include
special kinds such as: industrial forests, non industrial private forests, plantations,publics forest,
protection porests, urban forests”.

Artinya: “Hutan adalah sebuah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon-pohon yang
cukup rapat dan luas, seringkali terdiri dari tegakan-tegakan yang beraneka ragam sifat, komposis
jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang berhubungan; pada umumya mencakup: padang
rumpu, sungai, ikan, dan satwa liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus, seperti hutan industri,
hutan milik non-industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung, dan hutan kota”.

Adapun yang dimaksudkan dengan tegakan (stand) adalah sebidang lahan hutan yang homogen
dan secara geografis terpusat serta memiliki sifat-sifat fisik lahan, tumbuhan, dan fasilitas
pengelolaan yang relatif sama, serta dengan luas yang melebihi luas minimal yang ditetapkan hutan (
Davis dan Jhonson 1987).

c. Departemen Kehutanan (1989)

“hutan adalah suatu ekosistem yang bercirikan liputan pohon yang cukup luas, baik yang lebat
atau kurang lebat”
4.1.2 Definisi Hutan Untuk Tujuan Kegiatan Tertentu

a. Untuk tujuan inventarisasi hutan dunia yang dilakukan oleh FAO padantahun 1958 (Loetsch
and haller 1964)

b. Untuk tujuan inventarisasi hutan dunia yang dilakukan oleh FAO melalui program The
global Forest Resource Asessment (FRA)

c. Untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasilkan kayu

4.1.3 Definisi Hutan Berdasarkan Penekanan Pada Status Hukum lahan yang menjadi tempat tumbuh
hutan menurut UU

a. Menurut UU no 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan

“Hutan adalah suatu hamparan lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara


keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan
yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan”

b. Menurut UU no 41 tahun 1999 tentang kehutanan

“Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan”.

4.2 Klarifikasi Hutan

Berdasarkan sifat-sifat khusus yang dimilikinya, hutan dapat dikelompokan kedalam beberapa
macam, tipe, bentuk, dan status hutan tergantung kepada sifat-sifat yang diperhatikannya.

4.2.1 Keadaan tumbuhan hutan (Bruenig 1996)

a. Hutan lebat atau hutan rapat

b. Hutan terbuka atau hutan jarang

c. Hutan primer (primary)

d. Hutan sekunder

4.2.2 Asal hutan atau cara hutan terbentuk

a. Hutan alam (natural forest)


b. Hutan tanaman atau hutan buatan

c. Hutan Terubusan

d. tegakan hutan tinggi

4.2.3 Tahapan pertumbuhan dan perkembangan tegakkan (helms 1998)

a. Hutan Klimaks

b. Tegakkan (hutan) masak tebang

c. Hutan normal

d. Hutan seumur

e. Hutan tidak seumur

4.2.4 Komposisi jenis pohon (helms 1998)

a. Hutan murni atau hutan homogen

b. Hutan campuran atau heterogen

c. hutan perdu

d. Hutan savana

4.2.5Letak geografis dan ketinggian tempat dari tempa tumbuh hutan

a. Hutan pantai (coastal forest)

b. Hutan dataran rendah (low land forest)

c. Hutan dataran tinggi (high land forest)

d. Hutan pegunungan (mountain forest)

e. Hutan boreal (boreal forest)

f. Hutan ripasi (rain forest)

4.2.6 Keadaan iklim tempat tumbuh hutan

a. Hutan hujan (rain forest)

b.Hutan musim atau hutan tropika menggugurkan daun (moonson forest)


c. Hutan beriklim sedang (Temperature forest)

d. Hutan tropikal (tropical forest)

4.2.7 Keadaan Tanah Tempat Hutan Tumbuh

a. Hutan tanah kering (dry land forest)

b. Hutan gambut (peat forest)

c. Hutan rawa (swamp forest)

d. Hutan manggrove atau hutan bakau (mangrove)

4.2.8 Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Pembentukan Vegetasi

a. Formasi klimatis (climatic formation)

b. Formasi edafis (edaphic formation)

4.2.9 Faktor Hutan Menurut Fungsi (Bruenig 1996)

a. Hutan yang berfungsi untuk pelindungan (protectiv forest)

b. Hutan yang berfungsi untuk produksi (productive forest)

c. Hutan yang berfungsi serba guna (multiple-purpose forest)

4.2.10 Status Hukum Tentang Fungsi Pokok Penggunaan Hutan (UU No.41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan)

a. Hutan lindung (protection forest)

b. Hutan produksi

c. Hutan konservasi (consevation forest)

4.2.11 Status Hukum Laha Hutan (UU NO.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan)

a. Hutan negara (state forest)

b. Hutan hak (private forest)

c. Hutan adat (traditional law society forest)

d. Hutan masyarakat (community forest)


e. Hutan Komunal (communal forest)

f. Hutan rakyat (social forest)

4.3 Kehutanan sebagai Kegiatan, Ilmu Pengetahuan, Profesi, dan Sistem

Kehutanan sebagai kegiatan mengandung arti kegiatan yang bersangkutan dengan hutan
sebagai pengurusnya, serta pengelolaan hutan secara ilmiah, untuk kelangsungan hasil berupa
benda dan jasa (shadily tanpa tahun).

Kehutanan sebagai ilmu pengetahuan mengandung arti ilmu pengetahuan yang


membahas berbagai hal yang berkenan dengan praktik pembanguna, pengelolaan, dan
pengonservasian hutan berkelanjutan

Kehutanan sebagai profesi mengandung arti profesi yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, seni, dan praktik dalam membangun, mengelola, menggunakan dan
mengoservasikan hutan dan sumber daya lain yang berhubungan dengan mencapai tujuan atau
tujuan-tujuan tertentu guna memenuhi kebutuhan manusia dengan tetap mempertahankan
kelestariannya.

Kehutanan sebagai sistem mengandung arti sistem pengurusan yang bersangkut paut
dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarkan secara terpadu (UU No.41
Tahun1999 Tentang kehutanan)
BAB V

PERANAN, FUNGSI, DAN MANFAAT HUTAN

5.1 Istilah Teknis dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Pekerjaan (Profesi)

Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan istilah peranan, fungsi, dan manfaat sering kali saling
bertukaran satu sama lain karena dianggap memiliki arti yang sama.

Untuk negara Indonesia, pengertian istilah-istilah teknis dalam bidang Ilmu kehutanan dan pekerjaan atau
kegiatan dalam bidang kehutanan yang bersifat nasional dapat diacu (diambil) dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yang diterbitkan oleh Balai Pustakan atau Kamus Kehutanan yang dikeluarkan oleh
Departemen Kehutanan.

5.2 Pengertian Istilah Perananan Hutan, Fungsi Hutan, dan Manfaat Hutan

Menurut KBBI, peranan mengandung arti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa. Istilah peranan hutan, oleh karenanya mengandung arti seperangkat sifat atau perilaku,
kemampuan, dan tindakan yang dimiliki, atau dapat diberikan, atau dilakukan oleh hutan dalam suatu
keadaan atau peristiwa tertentu.

Fungsi adalah tugas atau pekerjaan khusus yang diperlukan dalam suatu bagian kegiatan atau
pekerjaan (KBBI, WNWCD). Manfaat hutan merupakan sinonim dari kata guna dan faedah. Menurut
WNWCD, manfaat (benefit) adalah segala hal yang memberikan sumbangan atau tambahan terhadap
perbaikan atau peningkatan keadaan atau sifat suatu benda.

Setelah kita memahami pengertian istilah-istilah peranan hutan, fungsi hutan, manfaat hutan, dan
nilai hutan, maka makna peranan hutan secara umum yang terkandung dalam ungkapan yang menyatakan
bahwa hutan merupakan otot peradaban manusia, kita dapat memilah-milah pengertiannya kedalam
peranan hutan, fungsi hutan, manfaat hutan, dan nilai hutan sebagai berikut:

a. Apakah peranan hutan dalam perkembanga peradaban umat manusia?

b. Bagaimanakah peranan hutan dalam perkembangan peradaban manusia?

c. Bagaimanakah fungsi-fungsi hutan tersebut berguna dalam perkembangan peradaban manusia?


d. Apa sajakah macam-macam manfaat tersebut dan seberapa besar bagi perkembangan
peradaban manusia?

5.3 Peranan, Fungsi, dan Manfaat Hutan dalam Kehidupan Manusia

1. Peranan hutan

Sebagaimana telah diutarakan di muka, peranan hutan dalam mendukung perkembangan


peradaban manusia dimuka bumi ini sangatlah besar, sehingga hutan dikatak otot-otot peradaban manusia.
Dalam kaitannya dengan pernanan hutan dalam mendukung kehidupan manusia dimuka bumi ini, kitapun
dapat melihat perana hutan dalam mendukung kehidupan manusia pada skala yang lebih khusus, yaitu
kepentingan pembangunan di Indonesia.

Dalam rangka menyediakan landasan hukum dalam kegiatan usaha dibidang kehutanan di
Indonesia, ada tiga undang-undang yang dikeluarkan pada pemerintahan Orde Baru, yaitu:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
(PMA)

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1976 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Kehutanan, dan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN)

2. Fungsi Hutan

Salah satu pengelompokan fungsi hutan yang cukup lengkap adalah hasil pengelompokan yang
dbuat oleh Nilson (1996) seperti dikutip oleh Gardner dan Engelman (1999)

Menurut Nilson (1996) dalam Gardner dan Engelman (1999), macam-macam fungsi hutan dapat
dikelompokan kedalam fungsi berikut:

1. Menghasilkan kayu industri

2. Menghasilkan kayu bakar dan arang

3. Menghasilkan hutan bukan kayu

4. Menyediakan lahan untuk pemukiman manusia

5. Menyediakan lahan untuk pertanian


6. Memberikan perlindungan terhadap siklus air dala Daerah Aliran Sungsi (DAS)

7. Tempat penyimpana Karbon

8.Pemeliharaan keanekaragaman hayati dan habitat

9. Objek ekoturisme dan rekreasi alam

3. Manfaat Hutan

Manfaat hutan sama artinya dengan kegunaan hutan atau faedah hutan. Jadi apabila kita bertanya
apakah manfaat hutan itu, maka jawaban yang paling mudah adalah untuk menyediakan hasil hutan.
Dalam WNWCD (Neufeldt dan Guralnik 1996) pengertian fungsi dan manfaat dibedakan sebagai berikut:

a. Fungsi adalah tugas atau kerja khusus yang diperlukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau
kegiatan

b. Manfaat adalah segala sesuatu yang dapat memberikan sumbangan terhadap perbaikan suatu keadaan

Dari pengertian fungsi dan manffat tersebut, istilah fungsi dan manfaat hutan dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a. Fungsi hutan merupakan segala bentuk tugas dan kinerja dalam bentuk proses biologis, fisika, kimiawi,
dan sosial budaya yang terjadi didalam hutan untuk memperoleh keluaran yang diperlukan dalam
mendukung kehidupan manusia, makhluk hidup lain, serta lingkungannya.

b. Manfaat hutan merupakan segala bentuk sumbangan yang dapat diperoleh dari keluaran yang
dihasilkan dari proses biologis, fisika, kimiawi, dan sosial-budaya yang terjadi dalam hutan, berguna
untuk kehidupan manusia, makhluk hidup lain, serta lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai