Anda di halaman 1dari 78

OBAT-OBAT SISTEM SARAF

PUSAT
Vira Ayuningtyas Octaviani, S.Farm
SISTEM SYARAF PUSAT
Pembagian Sistem Syaraf
1. Sistem Saraf Tepi
a. Saraf Kranial
b. Saraf Spinal
2. Sistem Saraf Pusat
a. Medulla Spinalis
b. Cerebrum :
- Truncus Cerebri (Medulla Oblongata,
Pons,Mesenecephalon,
Diencephalon)
- Telencephalon (Cortex cerebri, Rhinence-
phalon, Ganglia basalis)
4
c. Cerebellum
SISTEM SARAF PUSAT

1. Sistem Sensorik (Alat Indera) :


untuk menerima masukan rangsangan dari
lingkungan.
2. Sistem Motorik (Otot,sendi,rangka):
Memberikan reaksi tubuh terhadap
rangsangan yang
sudah diproses ssp.

5
ORGANISASI SISTEM SYARAF PUSAT
Unit terkecil yg menyusun SSP adalah sel syaraf
atau neuron
Kumpulan neuron di dlm SSP disebut nucleus.
Pada SS Tepi disebut ganglion.
Nucleus satu dengan yg lain dihubungkan oleh
serabut syaraf yg disebut fibra, tractus, fasciculus,
atau lemniscus tergantung dari bentuk dan
ukurannya.

6
Obat-obat SSP Berdasarkan
Farmakodinamikanya dibagi 2 gol. Besar :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara
langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara
langsung maupun tidak langsung
memblokir proses tertentu pada aktivitas
otak, sumsum tulang belakang dan saraf-
sarafnya
Golongan Obat sistem Saraf Pusat
1. Analgetik
2. Anti Inflamasi Non Steroid
3. Hipnotik-Sedatif
4. Anastesi Umum dan Lokal
5. Psikotropik
ANALGETIKA
ANALGETIK
Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-
zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anastesi
umum)
Berdasarkan efek farmakologinya Analgetik dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Analgetik Narkotik
2. Analgetik Perifer ( Non-narkotik)
Apa itu Nyeri ?
Sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita yang
disebabkan baik oleh gangguan Fisik ataupun
kimia. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar,
kesemutan.
Nosisepsi adalah mekanisme dimana rangsangan saraf tepi
yg dianggap berbahaya ditransmisikan ke sistem saraf
pusat.
Nociceptors polimodal (PMN) adalah tipe sel saraf tepi
utama yang merespon terhadap rangsangan berbahaya.
Sebagian besar adalah Serat-serat yang menanggapi
rangsangan termal, mekanik dan kimia.
Cedera Jaringan

Pelepasan mediator kimia Vasokonstriksi


Histamin, Kinin, Prostaglandin (sementara)

vasodilatasi permeabilitas nyeri demam


kapiler ↑

eritema edema nyeri (uj. panas


(kongesti (penimbunan Syaraf & (vasodilatas
i)
darah) cairan & sel) bengkak)

hilangnya fungsi
Mekanisme Umum Penghambatan
Nyeri
 Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor
nyeri yang berada di sekitar daerah yang nyeri
dengan analgetik perifer
 Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf
sensoris, misal dengan anastetik lokal
 Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan
analgetik sentral (narkotik) atau dengan anastetik
umum
1. Analgetik Opioid/Narkotik

Disebut juga OPIOIDA (=mirip opiat) adalah zat yang


bekerja terhadap reseptor opioid khas di susunan saraf
pusat (SSP) hingga persepsi nyeri dan respon emosional
terhadap nyeri berubah (dikurangi).

Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni


zat endorfin (adalah kelompok polipeptida endogen yang
terdapat di cairan cerebrospinal (CCS) dan dapat
menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin).
Berdasarkan Kerjanya dapat digolongkan :
 Agonis Opiat
 Alkaloid candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin
 Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya
(propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadol
 Antagonis Opiat : Nalokson, nalorfin, pentazosin
Bila digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat
menduduki reseptor
Semua reseptor opioid dihubungkan melalui G-protein
dan melakukan penghambatan adenilat siklase .
Mereka juga memfasilitasi pembukaan kanal K +
(menyebabkan Hyperpolarisation ) , dan menghambat
pembukaan chanel Ca2 + ( menghambat pelepasan
transmitter ) .
Morphine
Efek terhadap SSP
Analgesia : Meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit. Oleh karena itu, membantu pasien untuk
menghilangkan dysphoria, kecemasan. Tetapi tidak
menghilangkan kesadaran.
Depresi pernapasan dan penekanan batuk:
mengurangi respon dari pusat pernafasan di batang
otak dan menghambat kadar karbon dioksida
langsung pd pusat pernapasan.
Codein
Efek farmakologis yang diberikan oleh codein mirip
dg Morphine.
Digunakan untuk pengobatan batuk dan nyeri ringan
Efek samping yg ditimbulkan sedasi, depresi
pernafasan, efek terhadap GI, kecanduan. (walaupun
tidak sebesar morphine)
Petidin
Efek mirip dg morphine, bekerja pd agonis μ-reseptor
Digunakan untuk terapi : analgesik, asma jantung,
sedasi (mengurangi dosis anestesi) dan hibernasi
buatan.
Efek samping: menyebabkan depresi pernapasan dan
kecanduan.
Antagonis Opioid
Antagonis murni termasuk nalokson (short-acting) dan
naltrexone (long-acting). Mereka memblokir μ-,
reseptor κ-dan-δ .
Nalokson tidak mempengaruhi ambang nyeri, tapi
memblok stres akibat analgesia
digunakan untuk mengobati overdosis opioid
2. Obat Analgesik Perifer (Non Narkotik)
 Parasetamol
 Salisilat : Asetosal, salisilamid, dan benorilat
 Penghambat prostaglandin (NSAID’S) ; ibupropen
 Derivat-derivat Pirazolinon : aminofenazon
 Derivat-derivat antranilat : mefenaminat
 Lainnya : benzidamin
Penggunaan
 Efek Analgetik
Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan
saraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan
(intensitas nyeri ringan sampai sedang)
 Efek antipiretik
Obat-obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.
Daya antipiretiknya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor
di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dan
bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat yang banyak.
 Efek anti radang atau anti inflamasi
Analgetik juga memiliki daya anti radang, khususnya kelompok NSAID’S
(Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs) termasuk asetosal
Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan
Efek Samping
Efek samping yang paling umum adalah gangguan
lambung-usus (salisilat, penghambat
prostaglandin=NSAID’S, derivat-derivat
pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol,
salisilat, derivat antranilat, derivat pirazolinon),
kerusakan hati dan ginjal (parasetamol,
penghambat prostaglandin), dan juga reaksi alergi
pada kulit.
Efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaan lama atau dalam dosis tinggi.
ANALGETIK ANTI RADANG
(NSAID’S)
 NSAID’S (Non Steroid Anti InflamasiDrugs) berkhasiat
analgetik, antipiretik dan anti radang dan sering digunakan
untuk menghalau gejala penyakit rema, seperti arthritis
rheumatica, artrosis.

 Obat ini juga efektif untuk peradangan lain akibat trauma


(pukulan, benturan, kecelakaan). Juga pada setelah
pembedahan atau memar akibat olah raga. Intinya obat ini
mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin
dalam dosis yang cukup tinggi.
Stim u lu s

Gan g g u an p d m em b ran sel

Ph o sph o lip ase in h ibito rs Ph o sph o lip id s


Co rco ticostero id s
Ph o spo lip ase

F atty acid su b stitu tio n (d iet) Arach id on ic acid


NSAID. ASA
L ip o xyg en ase in hib ito rs Cyclo-o xyg enase
L ip o xyg en ase

L eu ko trien es
Recep to r level an tago n ists

LTB4 LTC4 / D4 / E4 Pro stag lan d in s T h ro m b oxan e Pro stacyclin

Alteratio n o f vascu lar


Ph ag ocyte p erm eab ility, b ro n ch ial L eu ko cyte
attractio n , co n strictio n , in creased m o d ulatio n
activatio n secretio n
Co lch icin e

Bro n ch o sp asm ,
In flam asi co n gestio n , In flam asi
m u cu s p lu g gin g
Penggolongan
 Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal
Dosis anti radang 2-3 kali lebih tinggi dari pada
dosis analgetik. Tetapi karena resiko efek samping
sehingga jarang digunakan dalam obat rematik.
 Asetat : diklofenak, alklofenak, indometasin,
sulindac
Alklofenak jarang digunakan lagi karena
menimbulkan reaksi kulit.
Indometasin termasuk obat yang terkuat daya anti
radangnya. Tetapi lebih sering menyebabkan
keluhan lambung.
 Propionat: Ibupropen, ketopropen, naproksen
 Oxicam : piroksikam, tenoxicam, meloxicam
 Antranilat: mefenaminat, nifluminat dan
meclofenamic acid
 Pirazolon : (oxy) fenilbutazon, azapropazon
 Lainnya : Nabumeton, benzidamin kream 3%,
bufexamac kream 5%
Benzidamin berkhasiat anti radang tetapi kurang
efektif pada gangguan rematik
Mekanisme Kerja
Cara kerja NSAID’S sebagian besar berdasarkan
hambatan sintesa prostaglandin dimana kedua jenis
ciklo-oksigenase diblokir
NSAID’S idealnya hanya menghambat ciklo-
oksigenase II/COX-II (peradangan) dan tidak COX-I
(perlindungan mukosa lambung)
Efek Samping secara Umum
 Efek ulcerogan : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis
 Obat yang banyak menimbulkan keluhan lambung serius
adalah indometasin, piroksikam.
 Gangguan fungsi ginjal: insufisiensi, kelainan pada regulasi
elektrolit dan air (udem, hiperkalemia). Prostaglandin (PG)
memelihara volume darah yang mengalir melalui ginjal
(perfusi) karena terhambatnya sintesa PG maka perfusi dan
laju filtrasi glomeruler berkurang dengan efek-efek tersebut.
 Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa perdarahan
dapat diperpanjang. Efek ini reversible kecuali asetosal.
 Reaksi kulit : ruam dan urtikaria (diklofenak dan sulindac)
 Lain-lain : bronkokontriksi, efek sentral, gangguan fungsi
hati (diklofenak)
Enzim Siklo-Oksigenase
Siklo – oksigenase 1 (COX-1) : Lambung ,
Usus, Ginjal, Platelet

Siklo – oksigenase 2 (COX-2) : inflamasi


Nonselective COX Inhibitors
Salicylic acid derivates : aspirin, sodium salicylates,
salsalate, diflunisal, sulfasalazine, olsalazine
Para-aminophenol derivatives : acetaminophen
Indole & indene acetic acids : indomethacin, sulindac
Heteroaryl acetic acids : tolmetin, diclofenac, ketorolac
Arylpropionic acids : ibuprofen, naproxen, flurbiprofen,
ketoprofen, fenoprofen, oxaprozin
Anthranilic acids (fenamates) : mefenamic acid,
meclofenamic acid
Enolic acids : oxicams (piroxicam, meloxicam)
Alkanones : nabumetone
Selective COX-2 Inhibitors
Diaryl-substituted furanones : rofecoxib
Diaryl-substituted pyrazoles : celecoxib
Indole acetic acids : etodolac
Sulfonanilides : nimesulide
ANESTESI
ANASTESI

KEADAAN DIMANA HILANGNYA SENSASI


RASA NYERI DISERTAI HILANGNYA
KESADARAN (ANASTESI UMUM) ATAUPUN
TIDAK (ANASTESI LOKAL)
OBAT ANASTESI DIGOLONGKAN MENJADI 2 :

ANASTESI ANASTESI
UMUM LOKAL
ANESTESI
UMUM
Dalam anestesi terdapat taraf-taraf bius tertentu yaitu
penekanan sistem saraf sentral secara bertingkat.

Taraf-taraf bius
Anestesi umum dapat menekan susunan saraf sentral
secara berurutan, yaitu :
1. Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasa nyeri
berkurang
2. Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya
dan terjadi kegelisahan
Kedua taraf ini disebut taraf induksi
3. Taraf anestesia, yaitu reflek mata hilang, nafas
otomatis dan teratur seperti tidur dan otot-otot
melemas (relaksasi)
4. Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja
jantung dan pernafasan terhenti
Persyaratan anestesi umum
Beberapa syarat penting yang harus
dipenuhi oleh suatu anestesi umum
adalah :
1. Berbau enak dan tidak merangsang selaput
lendir
2. Mula kerja cepat tanpa efek samping
3. Sadar kembalinya tanpa kejang
4. Berkhasiat analgesik baik dengan melemaskan
otot-otot seluruhnya
5. Tidak menambah perdarahan kapiler selama
waktu pembedahan
Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan
lama digunakan suatu anestetika dengan penambahan
suatu obat pembantu , yang bertujuan untuk
menghindarkan atau memperkecil kerja ikutan dan
memperkuat salah satu khasiat anestetiknya, seperti :
 Sebelum narkose (premedikasi) diberikan obat-obat sedatif
(klorpromazin, morphin dan petidin) guna meniadakan
kegelisahan dan obat-obat parasimpatolitik (atropin) guna
menekan sekresi ludah yang berlebihan.
 Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot
(tubokurarin, galamin)
 Setelah narkose(post medikasi) diberikan obat-obat
analgesik (methampiron) dll, sedativa (luminal) dan anti
emetika (klorpromazin HCl)
Efek Samping
Hampir semua anestesi inhalasi mengakibatkan
sejumlah efek samping yang terpenting
diantaranya adalah :
Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O,
eter dan trikloretilen
Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan
dan metoksi fluran, yang paling ringan pada eter
Merusak ginjal khususnya metoksifluran
 Penggolongan
 Menurut penggunaannya anestesi umum dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Anestesi injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra
short acting (tiopental dan heksobarbital)
2. Anestesi inhalasi, diberikan sabagai uap melalui
saluran pernafasan, contohnya eter
 Teknik Pemberian
 Pemberian anestesi inhalasi dibagi menjadi 3 cara yaitu :
1. Sistem terbuka yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa
yang menutupi mulut atau hidung penderita, contohnya eter dan
trikloretilen
2. Sistem tertutup yaitu dengan menggunakan alat khusus yang
menyalurkan campuran gas dengan oksigen dimana sejumlah
CO2 yang dikeluarkan dimasukkan kembali (bertujuan
memperdalam pernapasan dan mencegah berhentinya pernapasan
atau apnea yang dapat terjadi bila diberikan dengan sistem
terbuka. Karena pengawasan penggunaan anestetika lebih teliti
maka cara ini lebih disukai, contohnya siklopropan, N2O dan
halotan
3. Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang
tenggorokan atau trachea dengan memakai alat khusus seperti
pada operasi amandel
 Sediaan
 1. Dinitrogen Monoksida (N2O, gas gelak/gas
tertawa)
 2. Enfluran
 3. Halotan
 4. Dropridol
 5. Eter
 6. Ketamin Hidrolorida
 7. Tiopental
ANESTESI
LOKAL
Obat anestesi lokal yang pertama dikenal adalah kokain
yang diperoleh dari Erythroxylon coca yang dapat
memberi rasa nyaman
Pd thn 1892 dikembangkan anestesi lokal sintesis seperti
prokain dan benzokain beserta derivatnya. Kemudian pd
tahun 1940 keatas dikenalkan anestesi modern yaitu
lidokain, prilokain dan bupivakain.
Anestesi lokal dikatakan ideal bila memiliki
beberapa persyaratan sebagai berikut :
Tidak merangsang jaringan
Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap
susunan saraf sentral
Toksisitas sistemis rendah
Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal pd
selaput lendir
Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka
waktu cukup lama
Larut dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan
tahan pemanasan (proses sterilisasi)
KHASIAT DAN MEKANISME KERJA
ANASTESI LOKAL MENGAKIBATKAN
KEHILANGAN RASA DGN CARA :
MENGHINDARKAN UNTUK SEMENTARA
PEMBENTUKAN DAN TRANSMISI IMPULS
MELALUI SEL-SEL SARAF DAN UJUNGNYA
MENGHAMBAT PENERUSAN IMPULS DGN
JALAN MENURUNKAN PERMEABILITAS
MEMBRAN SEL SARAF UNTUK ION NATRIUM,
YG DIBUTUHKAN OLEH SEL SARAF YG LAYAK.
Efek Samping
 Efek samping penggunaan anestesi lokal
terjadi akibat khasiat EFEK DEPRESI THD
SSP DAN EFEK kardio depresifnya
(menekan fungsi jantung) DGN GEJALA
PENGHAMBATAN PERNAPASAN DAN
SIRKULASI DARAH, SERTA EFEK LAIN
DAPAT mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.
Penggunaan
 Anestesi lokal umumnya digunakan secara parenteral,
misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian anestesi
umum tidak dibutuhkan.
 Anestesi LOKAL, digunakan secara lokal untuk
melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet
hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher,
tetes mata untuk mengukur tekanan intraokuler mata atau
mengeluarkan benda asing di mata, juga sebagai salep
untuk gatal dan nyeri luka bakar dan dlm bentuk supp.
Untuk anti wasir
Penggolongan
Secara kimiawi anestesi lokal dibagi dalam 3
kelompok, yaitu :
a. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain,
tetrakain dan oksibuprokain
b. Senyawa amida, contohnya lidokain, prilokain,
mepivakain, bupivikain, cinchokain
c. Lain, contohnya jokain dan benzilalkohol
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek
samping
1. Bupivikain
Indikasi : Anestesi lokal
Kontra indikasi : -
Efek samping : -
Sediaan : -

2. Etil klorida
Indikasi : Anestesi lokal
Kontra indikasi : -
Efek samping : menekan pernafasan, mual dan gelisah
3. Lidokain
Anestesi infiltrasi dan permukaan, antiaritmia
Kontra indikasi : -
Efek samping : mengantuk
Sediaan : -
4. Benzokain
Anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan
gatal
Kontra indikasi : -
Efek samping : -
Sediaan : -
5. Prokain
Indikasi : Anestesi infiltrasi dan permukaan
Kontra indikasi : -
Efek samping : hipersensitasi dan kematian
6. Tetrakain
 Indikasi : Anestesi infiltrasi, lokal
 Kontra indikasi : -
 Efek samping : -
 Sediaan : obat tetes mata dan tablet hisap
7. Benzilalkohol
 Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan
cabut gigi
 Kontra indikasi : insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
 Efek samping : menekan pernafasan
 Sediaan : -
HIPNOTIK-SEDATIVE
Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas
moderate yang memberikan efek menenangkan
hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan
efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset
serta mempertahankan tidur
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat
pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya
bergantung dosis, mulai dari ringan yaitu
menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan,
hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan
anestesi, koma dan mati.
Obat ini digunakan berhubungan dengan sistem
saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik,
tindakan anesthesia, penatalaksanaan kejang serta
insomnia
Klasifikasi Obat Hipnotik-Sedative

Benzodiazepin
Barbiturat
Golongan obat nonbarbiturat-nonbenzodiazepin
BENZODIAZEPIN

Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima


efek farmakologi sekaligus, yakni anxiolisis,
sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui
medulla spinalis, dan amnesia retrograde.
Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat
yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi
penyalahgunaan yang rendah, margin dosis
aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan
tidak menginduksi enzim mikrosom di hati
Mekanisme Kerja
Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat
aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai
neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida
terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik
membran sel dan mendorong post sinaptik membrane
sel tidak dapat dieksitasi
Lanjutan..............
Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub
unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA
di otak (korteks serebral, korteks sereblum, thalamus).
Sementara efek ansiolitik timbul dari aktifasi GABA
sub unit alpha 2 (Hipokampus dan amigdala)
Efek Samping

Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang


biasa pada pengunaan lama benzodiazepin
Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan
mengganggu tekanan darah, denyut jantung, ritme
jantung dan ventilasi.
Barbiturat
 Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam
barbiturate. Asam barbiturate (2,4,4-
trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi
kondensasi antara ureum dengan asam malonat.
Mekanisme Kerja
Golongan barbiturate bekerja pada neurotransmitter
penghambat GABA pada sistem saraf pusat. Aktifasi
reseptor ini meningkatkan konduktase klorida
transmembran, sehingga terjadi hiperpolarisasi
membrane sel post sinaps
 Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu
20-60 menit dengan dosis hipnotik.
Efek Samping

Golongan barbiturat mempunyai rentang dosis aman


sempit
Dapat menimbulkan koma
Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi
barbiturate, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit
Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan pada
penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah
kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita
usia lanjut
Golongan obat nonbarbiturat-
nonbenzodiazepin
Propofol
Dekstrometorphan
dll
Propofol
Propol relative selektif dalam mengatur reseptor GABA
dan tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion channel
lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedative
hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA
Dekstromethorpan
Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan
afinitas ringan yang paling sering digunakan sebagai
penghambat respon batuk di sentral. Obat ini memiliki
efek yang seimbang dengan kodein sebagai antitusif
tetapi tidak memiliki efek analgesic. Tidak seperti
kodein, obat ini tidak menimbulkan efek sedasi atau
gangguan sistem gastrointestinal. DMP memiliki efek
euphoria sehingga sering disalahgunakan.
Tanda dan gejala penggunaan berlebihan DMP adalah
hipertensi sistemik, takikardia, somnolen, agitasi,
ataxia, diaphoresis, kaku otot, kejang, koma,
penurunan suhu tubuh
PSIKOTROPIK
Pasikotropika adalah zat-zat kimia yang menekan kerja
susunan saraf pusat dan memberikan efek mengkhayal
(halusinasi), gangguan cara berpikir, perubahan
emosi/perasaan, dan juga memberikan efek stimulasi
(merangsang).
Obat Psikotropik biasanya menimbulkan :

1. Keadaan ketergantungan
2. Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP)
3. Menyebabkan halusinasi
4. Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau
persepsi
Penggolongan Berdasarkan Farmakologi
Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu
di SSP
Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-
fungsi tertentu di SSP
Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu
Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi
psikis tertentu di SSP
 Obat Golongan Neuroleptika
obat yang menekan fungsi psikis tertentu, tanpa
menekan fungsi-fungsi umum seperti berpikir dan
berkelakuan normal. Obat-obatan ini dapat
meredakan emosi dan agresi yang pada umumnya
diderita oleh psikosis, yaitu penderita penyakit jiwa
seperti schizophrenia.
Obat Transquillizer
Adalah obat-obat penenang yang berkhasiat selektif
terutama pada bagian obat yang menguasai emosi-emosi
kita, yakni system limbis dan menekan SSP. Bedanya
dengan neuroptika adalah bukan merupakan antipsikotika
Obat-obat yang menstimulir (merangsang)
fungsi-fungsi tertentu di SSP
Obat golongan anti depressive
Adalah obat yang dipergunakan untuk
menghilangkan, memperbaiki dan
meringankan gejala-gejala suasana jiwa
seperti murung dan lain sebagainya.
Obat golongan Psikostimulansia
Obat ini memiliki kemampuan untuk mempertinggi
inisiatif, kewaspadaan serta prestasi fisik dan mental,
rasa letih dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
Termasuk dalam golongan ini adalah amfetamin-
amfetamin serta doping yang lain
Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu
Obat ini justru kebalikan dari golongan neuroptika
yang berguna meredakan emosi serta khayalan, obat
ini justru menimbulkan halusinasi, pikiran-pikiran, dan
impian-impian khayalan. Obat ini termasuk golongan
psikodisleptika. Contoh obat golongan ini adalah (LSD
(Lysergic Acid Dicthylamide).
Penggolongan Berdasarkan Perpu
 Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika
yang tidak digunakan untuk tujuan
pengobatan dengan potensi ketergantungan
yang sangat kuat

 Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika


yang berkhasiat terapi tetapi dapat
menimbulkan ketergantungan.

 .
 Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika
dengan efek ketergantungannya sedang dari
kelompok hipnotik sedatif.

 Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika


yang efek ketergantungannya ringan
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai