(WHO, 2020)
MASALAH OBESITAS
(Ogden, 2012)
20% - 40% 41% - 100%
OBESITAS RINGAN OBESITAS SEDANG
100%
OBESITAS BERAT
INDEKS MASSA TUBUH
BODY MASS INDEX WEIGHT
20 - 24,9 Berat normal
Dihitung menggunakan persamaan berat badan (kg)/tinggi badan (cm)/tinggi badan (cm) x 10.000
Beliefs
● Stereotypes
● Expectations
Causes Treatment
Obesity
● Eating behaviour ● Dieting
● Exercise behaviour ● Exercise
● Confidence building
Consequences
● Depression
● Anxiety
● Low self-esteem
PENYEBAB OBESITAS
Penelitian Bullen dkk (1964) mengamati gadis-gadis dengan obesitas dan gadis dengan berat badan normal di
perkemahan musim panas. Mereka melaporkan bahwa saat waktunya berenang, gadis-gadis dengan obesitas
menghabiskan lebih sedikit waktu berenang dan lebih banyak mengambang, dan saat bermain tenis gadis
obesitas tidak aktif selama 77% dibandingkan dengan gadis dengan berat badan normal yang tidak aktif hanya
56% waktu. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa orang gemuk lebih jarang berjalan setiap hari daripada
orang yang tidak gemuk.
Di Indonesia, sekitar 13,5% orang dewasa usia 18 tahun keatas mengalami kelebihan berat badan,
dan 28,7% mengalami obesitas. Sementara pada anak usia 5-12 tahun, sebanyak 18,8% kelebihan
berat badan dan 10,8% mengalami obesitas
—RISKESDAS (2018)
Peran Lemak dan Karbohidrat dalam Pengaturan Nafsu Makan
DRUG TREATMENTS
Bekerja pada sistem saraf pusat
dan menekan nafsu makan
Individu yang lebih tidak puas dengan bentuk tubuh mereka pada awal lebih sukses,
menunjukkan bahwa motivasi untuk menurunkan berat badan yang dipandu daya tarik
mungkin juga penting.
Ogden (2000) meneliti faktor psikologis antara penambah berat badan dan pemelihara
penurunan berat badan. Hasilnya menunjukkan bahwa pemelihara penurunan berat
badan lebih cenderung mendukung model psikologis obesitas dalam hal
konsekuensinya seperti depresi, low self esteem, dan termotivasi untuk menurunkan
berat badan.
World Obesity Day 20xx
Jantung Koroner
02
INTRODUCTION
❖ Penyakit jantung koroner mengacu pada penyakit jantung dengan arteri koroner
yang tidak berfungsi dengan baik yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh
darah akibat timbunan lemak yang menyumbat aliran darah.
❖ Seorang yang mengalami serangan jantung terjadi ketika aliran darah dibatasi di
bawah tingkat ambang batas dan beberapa jaringan jantung hancur, dan juga
tampak terjadi ketika gumpalan darah semakin membatasi aliran darah ke jantung.
❖ Kematian jantung mendadak biasanya terjadi pada pasien yang sudah mengalami
kerusakan jantung atau pernah terkena serangan jantung sebelumnya, tetapi dapat
terjadi juga pada pasien yang sebelumnya tampaknya memiliki arteri yang sehat.
Prevalensi Penyakit Jantung Koroner
● Di usia paruh baya, angka kematian akibat PJK lima kali lebih
tinggi pria daripada wanita.
Nyeri dada
Mual
Sesak nafas
Kepala terasa pusing
Keringat dingin
Hilang Kesadaran
1. Rokok. Merokok lebih dari 20 batang sehari meningkatkan risiko PJK tiga kali lipat di usia paruh baya.
Selain itu, berhenti merokok dapat mengurangi risiko kambuhnya serangan jantung pada orang yang sudah
pernah mengalaminya.
2. Diet. Pola makan, khususnya kadar kolesterol terlibat dalam PJK. Diperkirakan bahwa 20 persen populasi
dengan kadar kolesterol tertinggi tiga kali lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung daripada 20
persen dengan kadar terendah. Pengurangan kolesterol dapat dicapai melalui pengurangan lemak total dan
lemak jenuh, peningkatan lemak tak jenuh ganda dan peningkatan serat makanan.
3. Tekanan darah tinggi. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar resikonya. Tekanan darah terkait
dengan banyak faktor seperti genetika, obesitas, asupan alkohol, dan konsumsi garam. Beberapa penelitian
juga menunjukkan peran asupan kafein.
4. Stress. Penelitian telah menunjukkan hubungan antara reaktivitas stres dan PJK, peristiwa kehidupan dan
PJK, serta stres kerja dan PJK. Manajemen stres digunakan untuk mengurangi stres pada orang yang sudah
didiagnosis dengan PJK.
Dampak Psikologis PJK
Anxiety & Depression
Tingkat depresi yang lebih tinggi pada pasien PJK diprediksi oleh keterbatasan
fisik dan peran yang lebih besar, serta dukungan sosial yang lebih sedikit. Pasien
PJK yang tidak menerima konseling saat berada di rumah sakit, akan
menunjukkan peningkatan pada tingkat kecemasan dan depresi.
PTSD
PTSD terjadi pada orang yang mengalami pikiran mengganggu, peningkatan
gairah negatif, mati rasa psikologis, dan menghindari hal atau ingatan traumatis.
Gejala PTSD bervariasi dari waktu ke waktu dan sangat diprediksi dan
berkorelasi dengan kognisi penyakit, terutama identitas, garis waktu,
konsekuensi, dan representasi emosional
Dampak Psikologis PJK
Finding Meaning
Radley menyarankan bahwa orang dengan penyakit kronis seperti PJK perlu
membangun identitas baru sebagai seseorang yang pernah sakit namun dapat
sembuh kembali. Pendekatan ini menemukan refleksi dalam teori koping dan
pembentukan kembali keseimbangan.
Rehabilitasi Pasien PJK
Memprediksi Penyerapan Rehabilitasi
Faktor-faktor yang memprediksi ketidakhadiran pasien rehabilitasi jantung lebih
cenderung pada lansia, pasien yang memiliki pendapatan lebih rendah dan
kekurangan yang lebih besar, pasien yang menyangkal tingkat keparahan penyakit
mereka dan cenderung mengabaikan dokter yang merekomendasikan untuk
melakukan rehabilitasi.
PENGURANGAN RESIKO PJK
Sebagian besar program rehabilitasi menekankan fungsi fisik melalui
Latihan latihan pada gilirannya akan meningkatkan pemulihan psikologis dan
sosial
● Health Behavior
Penelitian menunjukkan bahwa perilaku yang memprediksi timbulnya PJK juga
memprediksi kematian.
● Depresi
Penelitian juga menunjukkan bahwa depresi memprediksi
kematian.
Memprediksi Hasil Kesehatan Pasien
Penelitian telah mengeksplorasi peran faktor psikologis dalam memprediksi hasil
kesehatan pasien dengan fokus pada kualitas hidup, tingkat fungsi, dan kematian.
Penelitian mengeksplorasi prediktor kualitas hidup dan tingkat fungsi pada pasien
dengan PJK berfokus pada:
● Perceptions of Control
● Goal Disturbance
● Depression
● Social Support
● Illness Cognitions
CONTOH KASUS
Rony Dozer, pria berusia 46 tahun meninggal dunia akibat mengalami serangan
jantung di teras rumahnya. Serangan jantung yang dialami oleh Rony
kemungkinan disebabkan karena sebelumnya memiliki tingkat kolesterol yang
tinggi dan berat badan yang sudah termasuk tingkat obesitas.
Apakah Obesitas dapat memicu PJK?
Seseorang dengan obesitas memiliki lemak yang berlebihan dan juga dapat
menyebabkan kadar kolesterol jahat melonjak. Seseorang dengan obesitas juga
cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan
penyempitan pada pembuluh darah sehingga terjadi serangan jantung.
KESIMPULAN
Obesitas merupakan produk dari faktor biologis (misalnya genetika), faktor sosial
(misalnya industri makanan, perencanaan kota) dan faktor psikologis (misalnya
pola makan, olahraga, kepercayaan). obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Pada zaman dahulu, penyakit
ini muncul pada usia-usia tua. Namun, sekarang pada usia mudah juga dekat
dengan penyakit tersebut. Apalagi jika mempunyai kondisi gizi lebih yang
merupakan faktor risiko. Gizi pada usia remaja akan mencerminkan gizi pada usia
dewasa. Karena itu, status gizi yang baik penting diperhatikan sejak dini
DAFTAR PUSTAKA
- Indrawati, L. (2014). Hubungan antara pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, dukungan keluarga, dan sumber
informasi pasien penyakit jantung koroner dengan tindakan pencegahan sekunder faktor resiko (studi kasus di
RSPAD gatot soebroto jakarta). Jurnal Ilmiah WIDYA, 2(3), 30-36.
- Ogden, J. (2012). Health psychology: A textbook, fifth edition. New York: McGrow-Hill.
- Sagita, N. S. (2021). Rony dozer meninggal, serangan jantung mengintai pemilik kondisi ini. Diakses pada
tanggal 26 November 2022 dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5808627/rony-dozer-meninggal-serangan-jantung-mengintai-pem
ilik-kondisi-ini
- Septiyanti & Seniwati. (2020). Obesitas dan obesitas sentral pada masyarakat usia dewasa di daerah perkotaan
indonesia. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(3), 118-127.
- World Health Organization. (2020). Obesity. Diakses pada tanggal 22 November 2022 dari
https://www.who.int/health-topics/obesity#tab=tab_1