Anda di halaman 1dari 56

Akuntansi Perpajakan

A. Pengantar Akuntansi
Perpajakan
Dan
PPh 4 (2) - FINAL
I. Laporan Keuangan Komersial

Proses penyusunan Lap Keu Komersial adalah :


1. Analisis Dokumen Transaksi 5. Jurnal Penyesuaian
2. Jurnal 6. Laporan Keuangan
3. Posting ke Buku Besar 7. Jurnal Penutup
4. Neraca Saldo 8. Neraca Saldo setelah penutupan

Sementara itu Laporan Keuangan Komersial umumnya terdiri atas :


5. Laporan Laba / Rugi
6. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
7. Laporan Perubahan Ekuitas
8. Lap;oran Arus Kas.
II. Akuntansi Komersial vs Akuntansi Perpajakan
1. Akuntansi Komersial pada dasarnya netral terhadap para pemakai laporan.
Dalam hal ini Pajak dianggap sebagai pengguna laporan keuangan komersial.

2. Akuntansi Perpajakan banyak dipengaruhi oleh fungsi perpajakan yaitu Fungsi


Budgeter dan Fungsi Regulerend
Fungsi Budgeter adalah fungsi mengumpulkan Pajak untuk membiayai pengeluaran
negara.
Fungsi Regulerend adalah fungsi memberikan kepastian hukum dalam bidang
ekonomi, moneter, sosbud dll.
3. Konsep Taat Azas :
Konsisten dalam menggunakan suatu Metode.
Misalkan Metode Penyusutan Garis Lurus, hal ini harus dilakukan taat azas setiap
tahunnya. Pergantian penggunaan Metode dalam Akuntansi diatur dalam
SE-14/PJ.313/1991. Pada dasarnya penggantian metode akuntansi harus seijin
Dirjend Pajak.

Secara umum jika terjadi perubahan metode pencatatan, maka selisih yang
terjadi agar diungkapkan dalam Laporan Keuangan.
4. Asumsi Dasar Akrual yaitu suatu transaksi diakui pada saat kejadian,
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
a

Secara Akuntansi Perpajakan, hal ini diterima dgn contoh : diakuinya


transaksi Piutang dan Utang.

5. Asumsi Dasar Kelangsungan Usaha Perusahaan yaitu asumsi bahwa


perusahaan berkeinginan melanjutkan usaha di masa depan dan tidak
ada keinginan unt melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
Secara Akuntansi Perpajakan, hal ini diterima dgn contoh :
adanya Pembayaran Angsuran PPh pasal 25 setiap bulannya.
III. Tujuan Laporan Keuangan Fiskal
Tujuan Utama penyusunan Laporan keuangan fiskal adalah untuk
menyajikan Informasi sebagai dasar menghitung besarnya PKP
(Penghasilan Kena Pajak).
Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak dapat melalui Pembukuan
(Laporan Keuangan) atau menggungkan NPPN (Norma Penghitungan
Penghasilan neto) – khusus unt WP Orang Pribadi.
Jika menggunakan Pembukuan, maka PKP dihitung sbb :
Contoh Penghitungan Laba Rugi Fiskal :
Laba Komersial : Rp XXXXXX
Koreksi Fiskal Beda Tetap : Rp XXXX
Koreksi Fiskal Beda Waktu : Rp XXXX
Penghasilan Kena Pajak : Rp XXXXX

Selain itu, Laporan Keuangan Fiskal juga dapat dipakai sebagai data untuk
menilai kepatuhan Wajib Pajak terhadap ketentuan2 Perpajakan.
Kepatuhan ini dilakukan dengan cara memeriksa bahkan melakukan
penyidikan pajak.
IV. N E R A C A

Neraca harus disusun secara sistimatis shg dapat memberikan


gambaran posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu.
1. AKTIVA
a. Aktiva Lancar
b. Investasi (Penyertaan)
c. Aktiva Tetap
d. Aktiva yg Tidak Berwujud
e. Aktiva Lain-lain

2. KEWAJIBAN
a. Kewajiban Lancar (Utang Jangka Pendek).
b. Kewajiban Jangka Panjang dan
c. Kewajiban Lain-lain.

3. MODAL
a. Modal Saham
b. Agio Saham
c. Laba yg Ditahan.
CATATAN UNT AKTIVA TETAP

1. Aktiva Tetap adalah semua aktiva yg digunakan dlm beberapa tahun,


misalkan Tanah & Bangunan, Mesin, Peralatan Kantor, Kendaraan &
Alat Transport lainnya.

2. Akuntansi Komersial dan Akuntansi Pajak, dua-duanya mengakui


bahwa harga yg tercantum di Aktiva Tetap adalah Harga
Perolehan. Harga Pasar dan Harga Pengganti, tidak dipakai.

3. Perbedaan antara Akt Komersial dan Akt Pajak adalah tentang


metode penyusutan. Menurut Akt Komersial, semua metode
penyusutan bisa dipakai asalkan taat azas, tetapi menurut Akt
Pajak, hanya dua metode yg diperkenankan yaitu Metode Garis
Lurus dan Metode Saldo Menurun (kecuali unt Bangunan, hanya
menggunakan metode Garis Lurus). UU No. 36 Th 2008–Psl. 11 (6).
V. Laporan Laba Rugi - Beda Waktu dan Beda Tetap
1. Dalam Laba Rugi yg membedakan antara komersial dg Fiskal adalah
pada Metode Beda Waktu dan Beda Tetap.
2.Beda Waktu adalah Perbedaan waktu pengakuan Pendapatan dan Beban
tertentu menurut Akt Komersial dengan Akt Pajak.
3. Contoh Beda Waktu :

Contoh Beda Waktu dlm hal Penyusutan Aktiva Tetap

Tahun Penyusutan Penyusutan Beda Waktu


Komersial (Rp) Fiskal (Rp) (Rp)

1986 2,000,000 5,000,000 (3,000,000)

1987 2,000,000 2,500,000 (500,000)

1988 2,000,000 1,250,000 750,000

1989 2,000,000 625,000 1,375,000

1990 2,000,000 625,000 1,375,000

TOTAL 10,000,000 10,000,000 -


4. Definisi Beda Tetap adalah Perbedaan pengakuan suatu penghasilan
atau biaya berdasarkan peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

5. Hal-hal yg termasuk dalam kriteria Beda Tetap diatur dlm UU No.36


Th 2008 tentang PPh Pasal.9 ayat 1 huruf a s.d k, diantaranya :
*) Pembagian laba dlm nama & bentuk apapun.
*) Biaya yg dikeluarkan unt pribadi Pem Saham.
*) Pembentukan dana Cadangan (kecuali yg sudah diatur).
*) Premi asuransi kecuali jika dibayar pem kerja dan menjadi
penghasilan bagi penerimanya.
*) Pemberian dlm bentuk natura.
*) Pembayaran yg melebihi kewajaran.
*) Pajak PPh dan sanksi administrasi perpjakan
*) dll
Latihan Soal-Lap Keu Fiskal
Ayu Tingting memiliki PT. Alamat Palsu. Th 2010 dapat mencapai
omzet Rp 4M dan Laba Komersial sebesar Rp 50 Jt. Berikut ini
Biaya2 yg perlu dilakukan KORFIS :
1) Metode penyusutan yg dipakai tujuan komersial, semuanya
memakai Metode Garis Lurus.
Selisih penghitungannya menunjukkan bahwa Biaya Penyusutan
untuk keperluan FISKAL harus ditambah sebesar Rp 15.000.000,--

2) Beberapa biaya yg diberikan dlm bentuk natura sebagai berikut :


a) Obat2an unt Unit Prod-dicatat di HPP Rp 10.000.000,-
b) Obat2an Unit Admin-dicatat By Oprsnl Rp 5.000.000,-

3) Sumbangan untuk Perayaan HUT RI Rp 5.000.000,-

4) Amortisasi Biaya Pra Operasi unt tujuan Fiskal, harus ditambah


sebesar Rp 6.000.000,-
Latihan Soal-Lap Keu Fiskal
5) Pada Thn ini, pencadangan Piutang Tak Tertagih sebesar Rp
5.000.000,- dibukukan sebagai biaya lain-lain.
6) Biaya Voucher HP unt Bagian Marketing Rp 2 Juta.
7) Dalam biaya perjalanan ditemui ada biaya tiket yg tidak ada
hubungannya dgn usaha, yaitu biaya perjalanan liburan direksi dan
keluarga sebesar Rp 25.000.000,-
8) Biaya sewa Vila Peristirahatan Direksi - sebesar Rp 20.000.000,-

Catatan :
PPh sudah dibayar selama Th 2010 : Jan s.d Mar = @ 500 rb dan Apr
s.d Des = @ 750 Rb. Sudah dibayar lunas.

Permintaan :
Berdasarkan Koreksi-koreksi tsb di atas, anda diminta membuat
Laporan Laba Rugi Fiskal – dengan cara melakukan koreksi fiskal dari
Laporan Laba Rugi Komersial.
JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000
JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000
JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000
JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000


JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000

5 Cadangan Piutang Tak tertagih 5.000.000


JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000

5 Cadangan Piutang Tak tertagih 5.000.000

6 Voucher HP 1.000.000
(50% x 2.000.000)
JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000

5 Cadangan Piutang Tak tertagih 5.000.000

6 Voucher HP 1.000.000
(50% x 2.000.000)

7 Biaya Perjalanan 25.000.000


JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000

5 Cadangan Piutang Tak tertagih 5.000.000

6 Voucher HP 1.000.000
(50% x 2.000.000)

7 Biaya Perjalanan 25.000.000

8 Sewa Villa 20.000.000


JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000

5 Cadangan Piutang Tak tertagih 5.000.000

6 Voucher HP 1.000.000
(50% x 2.000.000)

7 Biaya Perjalanan 25.000.000

8 Sewa Villa 20.000.000

TOTAL 71.000.000 21.000.000


JAWABAN
KOREKSI FISKAL

KOREKSI
NO KETERANGAN
POSITIF NEGATIF
1 Penyusutan 15.000.000

2 Obat-obatan 10.000.000
Obat-obatan 5.000.000

3 Sumbangan 5.000.000

4 Amortisasi Biaya Pra Operasi 6.000.000

5 Cadangan Piutang Tak tertagih 5.000.000

6 Voucher HP 1.000.000
(50% x 2.000.000)

7 Biaya Perjalanan 25.000.000

8 Sewa Villa 20.000.000

TOTAL 71.000.000 21.000.000

LABA KOMERSIAL 50.000.000

KOREKSI POSITIF 71.000.000

KOREKSI NEGATIF (21.000.000)

LABA FISKAL 100.000.000


JAWABAN
OMZET 4.000.000.000

PENGHITUNGAN PAJAK

LABA FISKAL 100.000.000

TARIF PAJAK :

(100.000.000*50%) * 25% 12.500.000

PAJAK TERHUTANG 12.500.000

KREDIT PAJAK

PPh 25
֍ JAN S/D MAR (1.500.000)
(500.000 X 3)

֍ APR S/D DES (6.750.000)


(750.000 X 9)

TOTAL KREDIT PAJAK (8.250.000)

PAJAK KURANG BAYAR 4.250.000


Tugas : Soal-Laporan Keuangan Fiskal
SOAL TUGAS – Akt Perpajakan – Jan 2012
PT.Widya Citra Sejahtera diketahui pada th 2010 memiliki laba sebelum
pajak = Rp.980 Jt - Adapun koreksi fiskal atas laba sebagai berikut :
Pendapatan bunga deposito Rp.55.000.000
Pendapatan sewa bangunan Rp.5.000.000
Biaya entertainment tanpa adanya daftar nominative sebesar Rp.25.000.000
Biaya cadangan kerusakan barang Rp.5.000.000
Biaya sumbangan HUT RI Rp.10.000.000
Penyusutan fiskal lebih kecil Rp.15.000.000 dari pada penyusutan komersial
Angsuran Pph pasal 25 diketahui Rp.20.000.000 perbulan
Pertanyaannya :
Tentukan penghasilan kena pajak (PKP)
Tentukan Pph kurang atau lebih bayar (JIKA TOTAL PENJ Rp 55 M)
Buatkan jurnal dan penyajiannya
Pengertian Umum PPh 4 (2) FINAL
1) PPh Final artinya = Dikenakan sekali saja dan tidak diperhitungkan
lagi dengan PPh lainnya. Sekali dikenakan dan selesai.
Contoh : Bunga Deposito dikenakan PPh Final 20% artinya dlm
menghitung PPh akhir tahun, atas penghasilan bunga deposito tsb
dikeluarkan dari Laba Komersial demikian juga unt PPh final yg
sudah dibayar sebesar 20% - juga tidak diakui sbg pengurang PPh.
2) Penghasilan2 tertentu yg dikenakan PPh Final :
a) Bunga Deposito, Tabungan dan SBI
b) Bunga Simpanan Koperasi bagi Orang Pribadi
c) Penghasilan Transaksi Saham & Sekuritas lain di Bursa Efek
d) Penghasilan Pengalihan Hak Tanah dan/atau Bangunan DAN
sewa Tanah dan/atau Bangunan.
e) Jasa Konstruksi
f) Real Estate
g) Penghasilan Tertentu Lainnya (Spt Deviden OP & Hadiah)
Contoh Soal - PPh 4 (2) FINAL
Dari banyak hal tentang PPh Final, dapat dilihat pada Materi
Brevet POTPUT. Unt Akuntansi Perpajakan PPh 4(2) – Final
akan langsung membicarakan Contoh2 Jurnal yg harus
dilakukan terkait dengan PPh 4(2) – Final.

Contoh Soal :
PT. Aneka menyewakan Ruko kepada PT. Raharjo sebesar Rp
25 Juta untuk 1 tahun. Jika PT. Aneka adalah PKP dan
mengenakan PPN atas transaksi tsb dan PT. Raharjo
memotong PPh 4(2) Final = 10%, maka buatlah jurnal unt
kedua PT. Tersebut.
JAWAB :
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 25.000.000,-
PPN = Rp 25 Juta * 10 % = Rp 2.500.000,- dan
PPh 4(2) = Rp 25 Juta * 10% = Rp 2.500.000,-
Contoh Soal - PPh 4(2)
JURNAL unt PT. Aneka yang menyewakan Ruko :
Dr_Kas Rp 25.000.000,-
Dr_Beban PPh 4(2) = 10% Rp 2.500.000,-
Cr_Penghasilan Sewa 25.000.000,-
Cr_PPN-Keluaran =10% 2.500.000,-

JURNAL unt PT. Raharjo - Penyewa Ruko :


Dr_Beban Sewa Rp 25.000.000,-
Dr_UM PPN-Masukan10% Rp 2.500.000,-
Cr_Kas 25.000.000,-
Cr_Utang PPh 4(2) =10% 2.500.000,-

Bagaimana jika Ruko disewa 10 Thn, buatlah jurnalnya.


JAWABAN
JURNAL PPh 4 AYAT (2) FINAL

PT. ANEKA
D K

KAS 250.000.000 -
BEBAN PPh 4 AYAT (2) 25.000.000 -
PENGHASILAN SEWA DITERIMA DIMUKA - 250.000.000
PPN KELUARAN - 25.000.000

PT RAHARJO

SEWA DIBAYAR DIMUKA 250.000.000 -


PPN - MASUKAN 25.000.000 -
KAS - 250.000.000
UTANG PPh 4 AYAT (2) - 25.000.000
Contoh Soal - PPh 4(2)
Contoh Soal :
PT. Aneka menjual Pabrik kepada PT. Raharjo sebesar Rp 5 Milyar. Jika
PT. Aneka adalah PKP dan mengenakan PPN atas transaksi tsb dan PT.
Raharjo memotong PPh 4(2) Final = 5%, maka buatlah jurnal unt kedua
PT. Tersebut.
JAWAB :
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000.000,- & PPN = Rp 5 Milyar * 10 %
= Rp 500.000.000,- serta PPh 4(2) = Rp 5 M * 5% = Rp 250.000.000,-

Buat Jurnal untuk PT. ANEKA

Buat Jurnal untuk PT. Raharjo


JAWABAN
PT. ANEKA
D K

KAS 5.250.000.000 -
BEBAN PPh 4 AYAT (2) 250.000.000 -
PABRIK - 5.000.000.000
PPN KELUARAN - 500.000.000

PT RAHARJO

PABRIK 5.000.000.000 -
PPN - MASUKAN 500.000.000 -
KAS - 5.250.000.000
UTANG PPh 4 AYAT (2) - 250.000.000

SELESAI
Akuntansi Perpajakan

B. AKUNTANSI PAJAK
PPh 21 ; PPh 26 DAN PPh 24
Menghitung PPh Pasal. 21

Pedoman menghitung PPh 21, secara umum ada 4 hal yang


harus diperhatikan, yaitu :

1. Menghitung Seluruh Penghasilan Bruto

2. Menghitung Pengurang Penghasilan yg diperbolehkan

3. Menghitung PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

4. Menghitung Pajak Terutang


Contoh Penghitungan PPh 21 – ke 1
Citata (status : TK) – Th 2020 bekerja pada PT. TSM.
Gaji / bulan Rp 5.500.000,- & Ia membayar iuran pensiun Rp 100.000,-/bln .
Hitung PPh 21 Terutang unt Citata.
1) Total Penghasilan Rp 5.500.000,-
2) Pengurang Penghasilan :
Biaya Jabatan 5% * Rp 5,5 Jt Rp 275.000,-
Iuran Asuransi byr sendiri Rp 100.000,-
(Rp
375.000,-)
Penghasilan Neto/Bln Rp
5.125.000,-
Penghasilan Neto/Th Rp
61.500.000,-
3) Menghitung PTKP : TK ( Rp 54.000.000,-)
Penghasilan Kena Pajak Rp
7.500.000,-
4) Menghitung Penghasilan Kena Pajak :
Rp 7.500.000,- * 5% = Rp 375.000,- per tahun
JURNAL atas PPh 21
I) Jurnal Penggajian secara umum :
Dr_Beban Gaji XXX
Cr_Kas / Utang Gaji XXX

II) Jurnal tsb di atas pada dasarnya sudah benar menurut akuntansi
komersial, tetapi jika dilihat dari sudut pandang Akuntansi
Perpajakan, maka jurnal di atas kurang lengkap karena belum
mencantumkan PPh 21.
Jurnal Penggajian dengan memperhatikan PPh 21 sbb :
Dr_Beban Gaji 5.500.000
Dr_Beban Pajak PPh 21 31.250
Cr_Utang PPh 21 31.250
Cr_Kas 5.500.000

III) Jurnal saat pembayaran Utang PPh 21 sbb :


Dr_Utang PPh 21 31.250
Cr_Kas 31.250
JURNAL atas PPh 21
IV) PPh 21 tersebut di atas adalah ditanggung perusahaan. Bagaimana jika PPh 21 tsb di atas tidak
ditanggung perusahaan tetapi dibayar oleh karyawan/dipotong dari gaji karyawan? a

Jurnal saat membayar gaji :


Dr_Beban Gaji 5.500.000
Cr_Utang PPh 21 31.250
Cr_Kas / Utang Gaji 5.468.750
Jurnal saat pembayaran Utang PPh 21 sbb :
Dr_Utang PPh 21 31.250
Cr_Kas 31.250

V) Berikutnya bagaimana jika PPh 21 tsb di atas ditunjang (Gross Up) perusahaan?
Jurnal saat membayar gaji :
Dr_Beban Gaji 5.641.942
Cr_Utang PPh 21 41.942
Cr_Utang BPJS 100.000
Cr_Kas / Utang Gaji 5.500.000
Jurnal saat pembayaran Utang PPh 21 sbb :
Dr_Utang PPh 21 41.942
Cr_Kas 41.942
Penghitungan PPh 26 atas Pegawai dg Status WNA

Thongkawat Khunanetya adalah WN Thailand yg berada di Indonesia


kurang dari 183 hari (status : K/2). Pada bulan Maret 2011
memperoleh gaji sebesar USD 2.500.- sebulan. Misalkan diketahui
KMK (Kurs Menteri Keu) saat pemotongan PPh 26 = Rp 8.800-
Hitunglah PPh 26 unt Thongkawat Khunanetya

Penghasilan Bruto Berupa Gaji dlm satu Bulan :


= USD 2,500.- * Rp 8.800 = Rp 22.000.000,-

PPh 26 Terutang adalah :


= Rp 22.000.000,- * 20% = Rp 4.400.000,-
------------------------------------------------------------------------------
-
TUGAS :
Cari dan ringkaslah Peraturan Direktur Jendral Pajak No.
PER-31/PJ/2009 dan PER-57/PJ/2009.
Akuntansi PPh 24

PPh 24 adalah salah satu jenis angsuran pajak yg telah dipungut /


dipotong oleh pihak lain, oleh karena itu PPh 24 adalah Uang
Muka Pajak.
Contoh Soal :
PT. Newtons th 2009 mendapat penghasilan LN sbb :
Penghasilan Tarif PPh LN PPh Terutang di LN
Laba di Jepang 2 M 35% Rp 700.000.000,-
Laba di China 2,5 M 25% Rp
625.000.000,-
Jumlah PPh terutang di LN Rp 1.325.000.000,-

Jurnal saat menerima Penghasilan dari Jepang :


Dr_Kas Rp 1.300.000.000,-
Dr_Uang Muka PPh 24 Rp 700.000.000,-
Cr_Penghasilan Rp
2.000.000.000,-
BAGAIMANA JURNAL UNT PENGHASILAN DARI CHINA ???
Akuntansi PPh 24
Saat mengkreditkan UM PPh 24, sebelumnya harus dihitung dahulu
maksimal PPh 24 yg bisa dibebankan sebagai pengurang PPh Perusahaan.
Misalkan diketahui Penghasilan DN = Rp 3.500.000.000,- Jadi total
penghasilan LN dan DN = Rp 8.000.000.000,- (2M + 2,5M + 3,5M).

Hitung PPh Terutang unt Newtons atas penghasilan DN &LN dengan


asumsi total omzet sudah di atas Rp 50 Milyar dalam 1 tahun.
Rp 8. 000. 000. 000,- * 28% = Rp 2. 240. 000. 000,-

UM PPh LN yg dapat dikreditkan, maksimal :


a) Atas laba dari Jepang=(2 M/8M) * 2.240.000.000,- = Rp 560.000.000
dipilih yg paling rendah antara potongan Pajak di Jepang dg Pajak
yg sudah dipotong di jepang. Dlm hal ini yg lebih rendah adalah
penghasilan dari hitungan di atas, jadi yg dipakai = Rp
560.000.000,-
b) HITUNG Maksimal PPh 24 yg dapat dikreditkan di Indonesia ??????
Akuntansi PPh 24
Total PPh Terutang yang harus dibayar PT NEWTONS =
PPh Terutang adalah Rp 2. 240. 000. 000,-
Angsuran dari Jepang = Rp 560.000.000,-
Angsuran dari China = Rp 625.000.000,-
Rp 1. 185. 000. 000,-
PPh KURANG BAYAR Rp 1. 055. 000. 000,-
Dengan pengakuan UM Pajak dari Jepang dan China, sebenarnya ada sisa
atas UM yg ada, karena tidak semuanya boleh dikreditkan.
Total UM Pajak yg diterima oleh perusahaan = Rp 1. 325. 000. 000,-
Pajak LN yg boleh dikreditkan = Rp 1. 185. 000. 000,-
Selisih yg harus dibiayakan = Rp 140. 000. 000,-
JURNAL :
Dr_ Beban Pajak Rp 140.000.000,-
Cr_UM Pajak LN Rp 140.000.000,-

Penjelasan lebih lanjut, lihat Kuliah Perpajakan I & II.


SELESAI
AKUNTANSI PERPAJAKAN

C. PPh Pasal 22 Dan PPh Pasal


23 serta Penjurnalannya
PAJAK PENGHASILAN PSL. 22
Dlm UU No. 36 Th 2008 – Pasal.22 :

Pasal 1 - Menteri Keuangan dapat menetapkan :


A) Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
B) Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
C) Dan Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Pasal : 2
Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya
pungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan PPh 22
Pasal : 3
Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak; lebih tinggi 100% (seratus
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
----------------------------
A) Bendahara pemerintah dapat memungut pajak
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang
1) Tujuan penunjukan Bendahara Pem sbg pemungut Pajak :
*)Penunjukan pemungut Pajak secara selektif, demi
pelaksanaan pemungutan Pajak secara efektif & efisien.
*) Tidak mengganggu kelancaran Lalulintas barang.
*) Prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudah
dilaksanakan
Penjelasan PPh 22

2) Selain hal tsb, dlm penjelasan UU No.36 Th 2008 Pasal.22


menyebutkan bahwa pemungutan pajak berdasarkan
ketentuan ini, dimaksudkan unt meningkatkan peran
serta masy dlm pengumpulan dana melalui sistim pembyrn
Pjk & tujuan kesederhanaan, kemudahan & pengenaan pjk
yg tepat waktu. Dlm beberapa hal pemungutan ini dpt
berupa Pajak Final.

3) Bendahara Pem, termasuk bendahara pd Pem Pusat, Pem


Daerah, Instansi atau Lembaga Pem dan Lembaga2 Neg
lainnya, berkenaan dgn pembyrn atas penyerahan barang,
termasuk juga dlm pengertian bendahara adalah
Pemegang Kas dan Pejabat Lain yg menjalankan fungsi yg
sama.
B) Badan2 ttt unt memungut pajak dari Wajib Pajak yg
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain

1) Point (B) diatur dlm Kep Men Keu No. 254/KMK.03/2001–30/4/01


disempurnakan dlm Kep PMK No.08/PMK.03/2008-04/02/08
2) Pasal. 1 : Besarnya Pungutan PPh Psl 22 ditetapkan sbb :
a) Atas impor :
*) yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar
2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor;
*) yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh
setengah persen) dari nilai impor;
*) yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah
persen) dari harga jual lelang.
b) Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
butir 2, 3, dan 4 sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari
harga pembelian
c) Atas penj hasil produksi atau penyerahan brg sebagaimana
dimaksud dlm Psl 1 butir 5 & 6 berdasarkan ketentuan yg
ditetapkan lebih lanjut dg Kep Dir Jend Pajak.
d) Atas impor kedelai, gandum & tepung terigu o/ importir yg
menggunakan API spt (a).(1) sebesar 0.5%dr nilai impor.
Daftar Obyek, Tarif, DPP & Sifat PPh 22 a
a
No Obyek Tarif DPP

1) Pembelian Brg o/ bendaharawan Negara 1,5 % Harga Pembelian


dan BUMN / BUMD

2) Impor Barang (dr Luar Neg) :


a) Punya API 2,5% Nilai Impor
b) TIDAK Punya API 7,5% Nilai Impor
c) Brg yg TDK DIKUASAI 7,5% Nilai Lelang

3) Impor Kedelai, Gandum, & Tepung Terigu


oleh importir yg menggunak an API 0,5% Nilai Impor

4) Industri Semen 0,25% DPP PPN


5) Industri Kertas 0,1% DPP PPN
6) Industri Baja 0,3% DPP PPN
7) Industri Otomotif 0,45% DPP PPN

8) Bahan Bakar Minyak dan Gas Swastanisasi Pertamina


*) Premium 0,3%-Final 0,25%-Non F Penjualan
*) Solar 0,3%-Final 0,25%-Non F Penjualan
*) Premix/Super TT 0,3%-Final 0,25%-Non F Penjualan
*) Minyak Tanah - 0,3%-Non F Penjualan
*) Gas / LPG - 0,3%-Non F Penjualan
*) Pelumas - 0,3%-Non F Penjualan

9) Pembelian Bahan2 berupa Hasil Perhu- 0,25% Harga Pembelian


tanan, Perk ebunan, Pertanian serta Per- (TIDAK TERMA-
ik anan, unt Kep Indstri & Ek spor dari SUK PPN).
Pedagang Pengumpul

10) Barang-barang MEWAH :


Pesawat Udara > Rp 20 M 5% Hrg tanpa PPN & PPn BM

Kapal Pesiar > 10 M 5% Hrg tanpa PPN & PPn BM

Rumah & Tnh Mewah > Rp 10M & >500M2 5% Hrg tanpa PPN & PPn BM

Apartemen Mewah > Rp 10M &/ >400M2 5% Hrg tanpa PPN & PPn BM

Kendaraan Roda 4 dg k riteria : 5% Hrg tanpa PPN & PPn BM

< 10 orang penumpang


> Rp 5 M & > 3.000 CC
Menghitung PPh 22 atas Import Barang
PT. TSM adalah importir alat2 elektronik dari jepang yg telah memiliki
API . Pada bulan Januari 2010, memasukkan barang import dari
Jepang sbb : Cost = USD 20.000,-
Premi asuransi yg dibyr di Jepang (Insurance) = USD 1.500,- dan
Biaya angkut kapal ke pelabuhan tujuan Freight) = USD 3.500.-
Bea Masuk yg harus dibyr = 5% dari CIF dan Bea Masuk tambahan
= 20% dari CIF. Hitung Nilai Impor & PPh 22 Impor jika Kurs KMK
unt keperluan Pajak = Rp 9.000,-
Menghitung PPh22 Impor PT. TSM
Uraian US $ Kurs 1 US $ Jumlah Rp
Cost 20,000 9,000 180,000,000
Insurance 1,500 9,000 13,500,000
Freight 3,500 9,000 31,500,000
Cost, Insurance & Freight (CIF) 225,000,000

Bea Masuk 5% * Rp 225 Juta 11,250,000


Bea Masuk Tambahan 20% * Rp 225 Juta 45,000,000
NILAI IMPORT 281,250,000

PPh 22 Impor = 2,5% * Rp 281.150.000,-- 7,031,250

HITUNG JIKA PT.TSM TIDAK MEMPUNYAI API.


Pungutan PPh 22 atas penyerahan Brg oleh Bendaharawan Neg

PT. TSM menjual barang ke KPP – Grogol Jkt sebesar Rp 2.430.000,-


Jika PT. TSM bukan PKP (tidak ada PPN), maka hitung berapa uang
yang diterima oleh PT TSM dari transaksi penjualan tsb ?
Harga Barang yg diserahkan (non PPN) Rp 2.430.000,-
PPh psl. 22 = 1,5 % * Rp 2.430.000,- Rp 36.450,-
Jumlah yg akan diterima oleh PT. TSM Rp 2.393.550,-
Jk transaksi Rp 1.430.000,-, Hitung, berapa uang yg diterima PT.TSM
PMK No. 154/PMK.03/2010 – Tgl. 31 Agt 2010

Jika transaksi ada PPN 11%, maka Uang yg diterima PT. TSM adalah :
Harga Barang yg diserahkan (termasuk PPN) Rp 2.750.000,-
(111%)
PPN 10% = 10/110 * Rp 2.750.000,- Rp 272.523,- ( 11%)
Hrg Beli sbg dasar Penghitungan PPh psl. 22 Rp 2.477.477- (100%)
PPh psl. 22 = 1,5 % * Rp 2.477.477,- Rp 37.162,-
Jumlah yg akan diterima oleh PT. TSM Rp 2.440.315,-
RUMUS = PPh 22 = 1,5% * ( Harga Beli -/- PPN).
Pungutan PPh 22 atas Produk Semen & Produk Kertas
PT. Semen Gresik (PKP) jual semen kpd CV. TSM-distributor tunggal.
Nilai transaksi Rp 450 Jt maka hitunglah PPh 22 yg terutang.
Harga Semen Rp 450.000.000,-
PPN 11% Rp 49.500.000,-
Harga Jual + PPN Rp 499.500.000,-
PPh 22 atas transaksi Semen =0,25% * RP 450 Jt = Rp 1.125.000,-
----------------------------------------------------------------------

PT. Indah Kiat Paper (PKP) jual kertas kpd CV. TSM-distributor tunggal.
Nilai transaksi Rp 200 Jt. Hitung PPh 22 terutang :
Harga Pembelian kertas (belum PPN) Rp 200.000.000,-
PPN = 11% * 200 Juta Rp 22.000.000,-
Jumlah Pembayaran Rp 222.000.000,-
PPh 22 yg dipungut oleh PT. Indah Kiat=0,10%*Rp 200Jt=Rp 200.000,-

Hitung PPh 22 Terutang oleh CV. TSM jika prsh tersebut TIDAK
MEMPUNYAI NPWP ? (lihat PPh Psl. 22 Ayat : 3).
Pungutan PPh 22 atas Penj Hasil Prod Industri Baja DAN
Penj Hasil Prod Industri Otomotif DN
PT. Krakatau Steel (PKP) menjual Prod Baja kpd PT. TSM-Produsen
Antara Industri Baja seharga Rp 400 Jt. Hitung PPh22
terutang atas Penj Hasil Prod Industri Baja tsb.
Harga Pembelian Baja (Belum PPN) Rp 400.000.000,-
PPN yg dipungut = 11% * Rp 400 Jt Rp 44.000.000,-
PPh 22 Terutang = 0,30% * Rp 400Jt Rp
1.200.000,-
-------------------------------------------------------------------------
PT. Yamaha Motor Ind (PKP) menjualSpd Motor kpd PT. TSM-
Distributor Spd Motor dg Harga Rp 900 Jt (belum PPN).
Hitung PPh 22 yang harus dipungut.
Harga Pembelian Spd Motor (Belum PPN) Rp 900.000.000,-
PPN yg dipungut = 11% * Rp 900 Jt Rp 99.000.000,-
PPh 22 Terutang = 0,45% * Rp 900Jt Rp
4.050.000,-

Hitung PPh 22 terutang jk PT. TSM bukan PKP DAN Bgmn dgn
perlakukan PPN (apakah harus tetap dipungut jk pembeli Non PKP)?
Potongan PPh 22 atas Industri & Ekportir yg bergerak dlm Sektor
Perhutanan, Perkebunan, Pertanian & Perikanan, atas pembelian
Bahan2 unt kep Ind & Ekport mereka dari Pedag Pengumpul.

Pada : 16 Mei 2022, PT. TSM membeli Getah Karet dari Seorang
Pedagang Pengumpul “Suwono” seharga Rp 2.200.000,- (sudah termasuk
PPN). Sesuai dg peraturan yg ada, maka PT. TSM wajib memungut PPh
22 dari Suwono sbb :

Harga Beli Getah include PPN Rp 2.200.000,-


PPN = 11/111 * Rp 2.200.000,- Rp 218.018,-
Dasar Pengenaan Pjk Rp 1.981.982,-

PPh 22 terutang = Rp 1.981.982,- * 0,25% = Rp 4.955,-


Jika Suwono ternyata tidak memiliki NPWP, maka PPh 22 = Rp 9.910,-
Potongan PPh 22 atas Pembelian Brg yg Tergolong Sangat Mewah

PT. Raja Motor Raya sbg WP Badan Tertentu, menjual Kendaraan


Bermotor Sedan Mewah dg kapasitas Silinder 3.500 cc kepada Tn
William dg Harga Rp 7.750.000.000,- (hrg TERMASUK PPN & PPn BM).
Jika PPN = 11% dan PPn BM = 35%, maka hitung PPh terutang atas
pembelian Barang Sangat Mewah di atas.

Harga Jual Rp 7.750.000.000,-


PPN = 11/146 * 7.750.000.000,- Rp 583.904.110,-
PPn BM = 35/146 * 7.750.000.000,- Rp 1.857.876.712,-

PPh terutang = 5% * DPP (5.308.219.178) Rp 265.410.959,-


DPP = 7.750.000.000 : 145 / 100 = 5.308.219.178,-

Bagaimana jika Harga 7.750.000.000,- tidak termasuk PPN & PPnBM ?


Pengantar pph pasal. 23

1) PPh Pasal. 23 diatur dalam UU No. 36 Th 2008


2) PERATURAN MEN KEU RI NOMOR 251/PMK.03/2008
3) PERATURAN MEN KEU RI NOMOR 244/PMK.03/2008
Tanggal 31 Desember 2008
4) Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan,
atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan:
5) sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
*) dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g;
*) bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f;
*) royalti; dan
*) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) huruf e;
Pengantar pph pasal. 23
6) sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
a) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan
b) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang
telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21.

7) Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%
(seratus persen) daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

8) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c angka 2 diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
a

9) Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

10) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pd ayat (1) tidak


dilakukan atas :
penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna
usaha dengan hak opsi;
dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan
dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2c)
bag laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;
sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
Dan penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha
atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
TIDAK DIPOTONG PPH PASAL 23 a

*) PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 251/PMK.03/2008 - Tanggal 31 Desember 2008
*) PENGHASILAN ATAS JASA KEUANGAN YANG DILAKUKAN
OLEH BADAN USAHA YANG BERFUNGSI SEBAGAI
PENYALUR PINJAMAN DAN/ATAU PEMBIAYAAN YANG TIDAK
DILAKUKAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
23 YAITU :

1) Atas penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan yang


dibayarkan atau terutang kepada badan usaha yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan, tidak dilakukan pemotongan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
TRANSAKSI
2) Penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berupa
bunga atau imbalan lain yang diberikan atas penyaluran
pinjaman dan atau pemberian pembiayaan, termasuk
yang menggunakan pembiayaan berbasis syariah

3) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


dari : perusahaan pembiayaan yang merupakan badan
usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank
yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan dan
telah memperoleh ijin usaha dari Menteri
Keuangan;badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah yang khusus didirikan untuk memberikan
sarana pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah,
dan koperasi, termasuk PT (Persero) Permodalan
Nasional Madani.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai