Anda di halaman 1dari 28

H A SI L AN

A K P E N G
PA J B A D A N )
IB P A JA K
(WA J

Disampaikan oleh:
Dr. Ita Salsalina Lingga,
S.E.,M.Si.,Ak.,CA
Penghitungan PPh Akhir Tahun
Lanjut A A.Penghasilan Neto Fiskal 164.000.000
B.Zakat (sudah ada di Rekonsiliasi Fiskal) 0
Lanjut B
C.Kompensasi Kerugian -
Lanjut C D.Pengh Tdk Kena Pajak (PTKP) tidak ada 0
E.Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) 164.000.000
Lanjut D F.PPh Terutang 22.960.000
G.PPh yang dipotong / dipungut pihak ketiga
(PPh 22 / 23 / 24) sdngkan PPh 21 tidak ada ( 10.960.000)
H.PPh yg harus dibayar sendiri / 12.000.000
PPh yg lebih dipotong -
H.PPh Yang Dibayar Sendiri :
- PPh Pasal 25 (angsuran)/STP Pokok PPh 25 (7.000.000)
- Fiskal Luar Negeri -
J. PPh Kurang Bayar / Lebih Bayar (PPh Psl 29) 5.000.000
PEMBUKUAN

Buku
Dokumen Harian Buku Besar
Sumber /Jurnal
Neraca Saldo Ayat Jurnal
Harian Neraca Saldo
Setlh Penyesuaian Seblm
Penyesuaian Penyesuaian

REKONSILIASI (Penyesuaian)
Rekonsiliasi
L/K L/K
Akuntansi
Fiskal
Fiskal
Rekonsiliasi
Perkiraan Akuntansi Fiskal
Positif Negatif

Peredaran Usaha :
1
1 2
Tdk. Final
Final
300.000.000
100.000.000
-
-
-
100.000.000
300.000.000
-
2 Biaya Usaha terdapat
(Sumbangan 50.000.000)
200.000.000 50.000.00
0
- 150.000.000

4 Laba Operasi 200.000.000 50.000.00


0
100.000.000 150.000.000

Phslan bunga, jasa giro (final) 20.000.000 - 20.000.000 -


2 Phslan Dividen-Saham 50%
(Bukan Objek PPh)
30.000.000 - 30.000.000 -

3 Penghasilan Neto (Laba Bersih) 250.000.000 50.000.00


0
150.000.000 150.000.000
REKONSILIASI FISKAL
Penghasilan

PH NETO 3
Bukan Objek
Objek PPh
FISKAL (Pasal 4 ayat 3)

1 2
Bukan Final Final
(Pasal 4 ayat 1) (Pasal 4 ayat 2)

Biaya KOREKS
(expenses) I
FISKAL
2 Deductible 1 Non Deductible
(Pasal 6 ayat 1) (Pasal 9 ayat 1 & PP) 5
Objek PPh Bukan Final 1
Pasal 4 ayat (1) UU PPh

• Imbalan karena jaminan pengembalian


1.Tambahan kemampuan ekonomis
hutang;
2.berasal dari dalam maupun luar
• Dividen,
Indonesia,
3.dapat dipakai untuk konsumsi • Royalti;
atau menambah kekayaan • Penerimaan/perolehan pembayaran berkala;
4.Dg nama & dalam bentuk apapun • Keuntungan karena pembebasan hutang;
• Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja;
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa;
• Sewa & penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• Tambahan kekayaan neto berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
• Hadiah penghargaan/perlombaan; • Surplus BI, Imbalan
• Laba usaha; Bunga, Penghasilan dari
• Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta; usaha berbasis syariah;
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang
telah dibiayakan; UU 36/2008
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang 6
asing;
Contoh Penghasilan dikenakan 2
atau dipotong PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh

No Jenis PPh
1. Bunga Tabungan/Deposito, Jasa Giro (kecuali saldo s.d. Rp7,5jt) 20%
2. Transaksi/Penjualan saham di bursa efek 0,1%
3. Hadiah Undian 25%
4. Jasa Konstruksi (Perusahaan Kontraktor) 2% - 6%
5. Sewa tanah dan/atau bangunan (Perusahaan Mall,dll) 10%
6. Revaluasi Aktiva Tetap 10%;18%

7. Pengalihan Hak Tanah/Bangunan (Perusahaan Real Estat) 1%;5%


8. Bunga/Diskonto obligasi 15%
9. Transaksi kontrak berjangka di bursa 2,5%
10. Diskonto SBI/SUN 20%

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah


Penghasilan Bukan Objek PPh Untuk Perusahaan 3
Dalam Segala Bidang Usaha
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

No Jenis Phslan Syarat


1 Bantuan / Sumbangan tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan diantara pihak-pihak ybs (Hubungan Istimewa)
PMK
2 Hibah 245/PMK.03/ diterima oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan
2008 sosial termasuk yayasan, koperasi
3 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal
4 Dividen yang diterima a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
PT, koperasi, BUMN, b. bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen,
atau BUMD, dari kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
penyertaan modal pada paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
badan usaha yang
berada di Indonesia
5 Utang yang dibebaskan Diterima oleh debitur yang jumlah utangnya tidak lebih dari
oleh Bank atau Lembaga Rp 350 juta termasuk Kukesra, KUT, KPRSS, KUK, KUR,
Pembiayaan Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank
Indonesia dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi

PP 130 Thn 2000


HUBUNGAN ISTIMEWA
Hubungan Istimewa:
• WP mempunyai penyertaan langsung atau tdk
langsung paling rendah sebesar 25% pada WP
lain atau antara WP pada dua WP atau lebih
• WP menguasai WP lainnya, atau dua/lebih WP
berada di bawah penguasaan yg sama baik
langsung maupun tdk langsung; atau
• Terdapat hubungan keluarga baik sedarah
maupun semenda dlm garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat
PENGELUARAN YANG BUKAN BIAYA FISKAL
( NON DEDUCTIBLE EXPENSES) ~ UU PPh Pasal 9 Ayat 1
& PERATURAN PEMERINTAH (PP 138/2000)

1. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN


YANG DIKENAKAN PPh FINAL

2. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN


YANG BUKAN OBJEK PAJAK

3. KERUGIAN YANG DIDERITA DI LUAR NEGERI PP


138
4. KERUGIAN ATAU BIAYA PENYUSUTAN AKTIVA YANG TIDAK THN
DIGUNAKAN UNTUK USAHA 2000
5. PPh YANG DITANGGUNG PEMBERI KERJA

6. PAJAK MASUKAN YANG TERKAIT DENGAN PENGELUARAN YANG


BUKAN BIAYA FISKAL SBGMANA DIMAKSUD DALAM PASAL
9 AYAT 1 UU PPh ATAU BUKTI PEMBAYARAN PPN TIDAK ADA

7. PENGELUARAN SBGMANA TERCANTUM DLM PSL 9 AYAT 1 UU PPh


UU
PPh
8. BIAYA YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT DLM PSL 6 AYAT 1 UU PPh
PENGELUARAN SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM
PASAL 9 AYAT 1 UU PPh
YANG BUKAN BIAYA FISKAL (Non Deductible Expenses)
1. PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN
2. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI
PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ANGGOTA

3. PEMBENTUKAN/ PEMUPUKAN DANA CADANGAN 1


4. PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAN, DWIGUNA,JIWA,BEA SISWA YANG
DI BAYAR PERUSH. KECULAI SBG PHSLAN
5. PENGGANTIAN/ IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN/ JASA YG
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA & KENIKMATAN 2
6. JUMLAH YG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG SHM/
PIHAK YANG MEMILIKI HUB. ISTIMEWA

7. HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN, DAN WARISAN SESUAI PSL 4 ayat (3) a & b
KECUALI SUMBANGAN DLM PSL 6 ayat (1) i s.d. m dan ZAKAT

8. PAJAK PENGHASILAN
9. BIAYA YG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WP/
TANGGUNGANYA
10. GAJI YG DIBAYARKAN KPD ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA/PERSERO
KOMANDITER YG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM
11. SANKSI ADMINISTRASI & SANKSI PIDANA YG BERKENAAN PELAKSANAN UU
PERPAJAKAN
PEMUPUKAN DANA CADANGAN 1

Pembentukan cadangan diperbolehkan untuk dibebankan sebagai


biaya fiskal meliputi:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan
anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;
dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri,

PMK-81/PMK.03/2009
12
Pemberian Natura/Kenikmatan
2
PMK-83/PMK.03/2009 jo PER - 51/PJ/2009
JENIS PEMBERI PENERIMA CONTOH
A BUKAN BUKAN PPh 21 Ditanggung Perush., Pengobatan Karyawan, Premi
BIAYA PHSLAN Asuransi

B BUKAN PHSLAN Natura dari Bukan Subjek Pajak atau Dari Subjek PPh yang
BIAYA Dikenakan PPh Final

C BIAYA BUKAN 1. Makan Seluruh Pegawai (t’msk kupon)


PHSLAN 2. Berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, keamanan,
keselamatan kerja, atau berkenaan dengan situasi lingkungan
kerja misalnya pakaian seragam pabrik, SATPAM, HANSIP.
3. Daerah ttu atau bea siswa

D BIAYA PHSLAN Tunjangan PPh 21, Premi Asuransi


E BIAYA 50% BUKAN HP & Mobil Pegawai ttu
PHSLAN
Uang Perjalanan Dinas &
Penggantian Pengobatan

No Uraian Pemberi Karyawan


Kerja
1 Uang Perjalanan Biaya Penghasilan hanya
Dinas atas uang saku
Reimbursement
2 Uang Perjalanan Bukan Biaya Bukan Penghasilan
Dinas Lump Sum Biaya Ph. atas
seluruhnya
3 Penggantian Bukan Biaya Bukan Penghasilan
Pengobatan
4 Tunjangan Biaya Penghasilan
 Pengobatan
Atas penyusutan dan biaya pemeliharaan rumah perusahaan yang ditempati pegawai
Atas penyusutan dan biaya pemeliharaan rumah perusahaan yang ditempati pegawai
5tidak dapat dikurangkan
Pengobatan dari penghasilan
Gratis Bukan bruto,
Biaya kecuali pegawai
Bukan
diberikan tunjangan perumahan sebesar biaya tersebut.
yang bersangkutan
Penghasilan
14
Ta x
Tre
Biaya Entertainment a tm
e nt

Biaya entertainment atau jamuan dan sejenisnya dapat


dikurangkan sebagai biaya dengan syarat:
1.Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan
kegiatan usaha wajib pajak
2. Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam
SPT Tahunan PPh, yang memuat nomor urut, tanggal dan
jenis entertainment, nama tempat, alamat, jumlah, nama
relasi, posisi, nama perusahaan, jenis usaha.
CONTOH PENGELUARAN–PENGELUARAN
YG MERUPAKAN BIAYA FISKAL (DEDUCTIBLE EXPENSES)
PASAL 6 AYAT (1) UU PPh

1. Biaya – biaya untuk 3M termasuk biaya pembelian bahan, biaya administrasi,


premi asuransi, biaya perjalanan, pajak kecuali PPh, biaya pengolahan
limbah, biaya promosi & penjualan, biaya berkaitan dg pekerjaan,dsb. 1
2. Penyusutan dan amortisasi syarat digunakan untuk usaha atau yang
berkaitan dengan 3M. 4
3. Iuran kepada dana pensiun syarat pendiriannya telah disahkan Menkeu
4. Kerugian atas penjualan harta yang dimiliki WP syarat harta tsb digunakan
untuk usaha / 3M
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing (Fiskal mengikuti SAK)
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan syarat dilakukan di
Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
2
8. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih syarat ttu 3
9. Sumbangan dengan Syarat Tertentu UU 36/2008 2
BIAYA PROMOSI & PENJUALAN 1
Biaya Promosi dan/atau Biaya Penjualan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto harus memenuhi kriteria berikut :
 untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
PMK-02/PMK.03/2010

dapat berupa barang, uang, jasa, dan fasilitas;


diterima oleh pihak lain;
Ada daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama,
NPWP, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, No bukti pemot. dan
besarnya PPh
dilampirkan saat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan

Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto


merupakan akumulasi dari jumlah :
biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
biaya pameran produk;
biaya pengenalan produk baru;dan/atau
Seluruh
biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Jenis
Usaha
17
SUMBANGAN YANG DAPAT DIBIAYAKAN &
BEASISWA, MAGANG, & PELATIHAN 2
Sumbangan yang dapat dibiayakan meliputi:
1. sumbangan penanggulangan bencana nasional
2. sumbangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan
di Indonesia
3. biaya pembangunan infrastruktur sosial
4. sumbangan fasilitas pendidikan
5. sumbangan pembinaan olahraga
 Biaya beasiswa dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan,
PMK-154/PMK.03/2009

sepanjang beasiswa di DN/LN formal/non formal pd tingkat


dasar, menengah dan tinggi, terdiri dari biaya pendidikan
sekolah, ujian, penelitian yg berkaitan dgn bidang studi yang
diambil, pembelian buku, hidup wajar sepanjang tidak ada
hubungan istimewa dengan pemberi dan bagi penerimanya
bukan objek PPh Pasal 21
 Biaya magang, pelatihan, seminar, lokakarya, panataran bagi
pegawai merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dan bukan objek PPh Pasal 21. 18
PIUTANG TAK TERTAGIH 3
Syarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih :
1. telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau ada perjanjian tertulis dengan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
PMK-105/PMK.03/2009

ada pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.


4. Syarat nomor 3 tidak berlaku bagi piutang debitur kecil atau debitur kecil lainnya yang
dihapuskan.

a. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil


adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
Rp100.000.000,00 yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari
beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga
pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian Kredit
Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), Kredit Usaha Tanu (KUT),
Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), Kredit Usaha Kecil
(KUK), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit kecil lainnya dalam rangka
kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan usaha
kecil dan koperasi
b. Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya
yang jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00 19
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIBEBANKAN SEKALIGUS 4
Pasal 9 ayat (2)

PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA


PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN

Dibebankan
melalui
AMORTISASI PENYUSUTAN

SELAIN BANGUNAN USAHA


BANGUNAN TERTENTU

METODE SALDO MENURUN DITETAPKAN


AKHIR MASA MANFAAT DISUSUTKAN SEKALIGUS MENTERI
(CLOSED ENDED) KEUANGAN

METODE GARIS LURUS (TIAP TAHUN SAMA BESARNYA) KBH dengan


PERTAMINA
TANAH TIDAK DAPAT DISUSUTKAN KECUALI TANAH YANG BERSTATUS HAK MILIK,
HGU DAN HGB DAN HAK PAKAI
Penyusutan Software Komputer & Komputer
Tax
Tre
atm
e nt
Dibebankan Sekaligus
Program Aplikasi Umum adalah program yang dapat dipergunakan
oleh pengguna (users) umum untuk memproses berbagai pekerjaan
dengan komputer

Amortisasi Kelompok 1
Program Aplikasi Khusus adalah program yang dirancang khusus
untuk keperluan otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan atau
kegiatan usaha tertentu, seperti dibidang perbankan, pasar modal,
perhotelan, rumah sakit atau penerbangan
Jika ada up grade, maka hitung NSB Fiskalnya kemudian ditambahkan
biaya up grade dan diamortisasi dari awal

KMK.138/ KMK.03/2002 Yang menyebutkan komputer, printer dan


sejenisnya dimasukan dalam Kelompok I atau 4 tahun.
Keputusan ini berlaku mulai 1 April tahun 2002.
Penyusutan Telepon Seluler dan Ta x
Trea
tme
mobil yang digunakan oleh pegawai tertentu nt

a. Pembelian HP bagi pegawai untuk keperluan pekerjaan sebesar 50%


dicatat sebagai pembelian aktiva golongan I dan dijadikan biaya
melalui penyusutan. Biaya pulsa dan servis HP 50%-nya dapat
menjadi biaya perusahaan.

b. Bus atau Minibus, Pembelian maupun perbaikan besar (capital


expenditure) untuk antar jemput pegawai dicatat seluruhnya sebagai
pembelian aktiva tetap golongan II dan dapat dibebankan sebagai
biaya melalui penyusutan. Biaya service rutin atas bus atau minibus
tsb dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya.

c. Sedan dan sejenisnya, Pembelian maupun perbaikan besar (capital


expenditure) digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat
50%-nya sebagai pembelian aktiva tetap golongan II dan dapat
dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan.
Biaya service rutin dicatat 50%-nya saja sebagai biaya.
TARIF WP BADAN
• Tarif tunggal sebesar 25% mulai tahun pajak 2010 (Pasal 17
ayat (1) huruf b).

• WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka dapat


P
A memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif WP badan
S yang berlaku sepanjang selama 6 bulan dalam 1 tahun
A memenuhi syarat (Pasal17 ayat (2b))
L • Jumlah kepemilikan saham publiknya paling sedikit 40%
17 dari jumlah keseluruhan saham yang disetor dan dimiliki
& paling sedikit 300 pihak
31 • Masing-masing hanya boleh memiliki saham kurang dari
E
5%

• WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto s.d Rp50 miliar


mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari
tarif normal yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari23
TARIF WP BADAN

No Lapisan Omset Tarif Dasar


P 1 s.d 4,8 miliar 12,5% Pasal 31E ayat(1)
A
S 2 di atas 4,8 miliar s.d. 50 miliar Pasal 31E ayat(1)
A
L a) s.d. 4,8 miliar 12,5% (4,8 M / Total Omset) x PKP

17 b) Di atas 4,8 miliar s.d. 50 miliar 25% Sisa PKP


&
31
E 3 di atas 50 miliar 25% Pasal 17 ayat (1) huruf b

Perseroan terbuka dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah


dari tarif WP badan yang berlaku (Pasal 17 ayat (2b))

24
PENGHITUNGAN PPh BADAN
Dg. Omset s.d. 4,8 Miliar atau > 50 Miliar
Peredaran bruto PT I dalam tahun pajak 2010 sebesar
di atas 50 miliar

Rp 60.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar


Rp 500.000.000.
Penghitungan pajak yang terutang:
Omset

Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah
peredaran bruto PT I melebihi Rp 50.000.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
25% x Rp500.000.000 = Rp125.000.000
Peredaran bruto PT J dalam tahun pajak 2010 sebesar
Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
s.d. 4,8 miliar

Rp500.000.000.
Penghitungan pajak yang terutang:
Omset

Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
karena jumlah peredaran bruto PT J tidak melebihi Rp4.800.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang:
50% x 25% x Rp500.000.000 = Rp62.500.000
25
PENGHITUNGAN PPh Badan Dengan Omset
Sethn > 4,8 Miliar s.d. 50 Miliar
Peredaran bruto PT K dalam tahun pajak 2010 sebesar
Rp 30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp 3.000.000.000.
C Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
O
N
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
T memperoleh fasilitas:
O (Rp4,8 miliar : Rp 30 miliar) x Rp3 miliar = Rp 480.000.000
H
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3 miliar – Rp 480.000.000 = Rp 2.520.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang:


- 50%x 25% x Rp480.000.000 = Rp 60.000.000
- 25% x Rp2.520.000.000 = Rp 630.000.000
Jumlah PPh yang terutang = Rp 690.000.000
26
PENGHITUNGAN PPh
WP PERSEROAN TERBUKA
Peredaran bruto PT L,Tbk dalam tahun pajak 2015
sebesar Rp60.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena
C Pajak sebesar Rp 500.000.000,00. Saham PT L, Tbk
O diperdagangkan di bursa efek dan komposisi pemegang
N saham adalah 40% publik dan 60 % induk perusahaan.
T
O
H Penghitungan pajak yang terutang:
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari
7
peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 5% lebih
rendah dari tarif WP badan yang berlaku atau sebesar
20% (25%-5%)
Pajak Penghasilan yang terutang:
20% x Rp500.000.000 = Rp115.000.000
27

Anda mungkin juga menyukai