Anda di halaman 1dari 54

> Satey Induction untuk umum

> Induksi Lokal/Local Safety Induction


> Safety Induction untuk tamu
Lambang K3
Arti (Makna) Tanda Palang
Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi


Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) Warna Putih


Bersih dan suci.

Arti (Makna) Warna Hijau Selamat, sehat dan


sejahtera.

Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda


Bentuk
Bentuk lambang
lambang berupa
berupa palang
palang Sebelas Bab Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
berwarna
berwarna hijau
hijau dengan
dengan roda
roda Keselamatan Kerja.
bergerigi
bergerigi sebelas
sebelas dengan
dengan warna
warna
dasar
dasar putih
putih
UU No 1 Tahun 1970

Undang-undang Tua
Yang menjadi Landasan penerapan K3
Di Indonesia.
Siapa yang harus bertanggung jawab???

UU No 13 Tahun 2003
Telah ubah menjadi UU No 11 tahun 2020
Dengan turunan nya PP 35 tentang PERJANJIAN
KERJA WAKTU TERTENTU, ALIH DAYA, WAKTU KERJA
DAN
WAKTU ISTIRAHAT, DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA
dan PP 36 tentang PENGUPAHAN
Pengertian K3
Filosofi (Mangkunegara)
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya
dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Keilmuan
Semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
Dasar Hukum Penerapan
K3 Di Tempat Kerja
UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
1.Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2.Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3.Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang atau
lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktif.

Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang teknis K3 dan


Lingkungan
Tujuan K3

1. Melindungi dan menjamin


keselamatan setiap tenaga
kerja dan orang lain di tempat
kerja.

2. Menjamin setiap sumber


produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.

Berdasarkan Undang-Undang No 1 3. Meningkatkan kesejahteraan


Tahun 1970 tentang Keselamatan dan produktivitas Nasional.
Kerja
Ruang Lingkup K3

1. SAFETY (Keselamatan).

2. HEALTH (Kesehatan)

3. ENVIRONMENT
(Lingkungan)

4. LABOR
(Ketenagakerjaan)
Apa Goal nya K3 ?
Pengertian Zero Accident
 Program zero accident (kecelakaan nihil) ialah tanda
penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diberikan
pemerintah kepada manajemen perusahaan yang telah
berhasil dalam melaksanakan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sehingga mencapai nihil kecelakaan (zero
accident).

 Penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) diberikan kepada


perusahaan yang telah berhasil mencegah terjadinya
kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu
kerja.
Pengertian Zero Accident

Dasar Hukum pelaksanaan program zero accident (kecelakaan nihil)


di tempat kerja:

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


Undang-Undang No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
Kepmenaker RI no 463 Tahun 1993 tentang Pola Gerakan Nasional
Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pengertian Zero Accident

Kriteria/kategori/kelompok kecelakan kerja yang menghilangkan


waktu kerja menurut program zero accident (kecelakaan nihil) antara
lain :

Kecelakaan kerja yang menyebabkan tenaga kerja tidak dapat


kembali bekerja dalam waktu 2 x 24 jam.

Kecelakaan kerja ataupun insiden tanpa korban jiwa


(manusia/tenaga kerja) yang menyebabkan terhentinya
proses/aktivitas kerja maupun kerusakan peralatan/mesin/bahan
melebihi shift kerja normal berikutnya.
Requirement
Apa itu ISO 45001 tahun 2018???
ISO 45001:2018 adalah sebuah standar
internasional untuk manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang menggantikan Standar
OHSAS 18001:2007
BAHAYA

UNSAFE ACTION
UNSAFE CONDITION
JENIS JENIS BAHAYA

• BAHAYA KIMIA
• BAHAYA FISIKA
• BAHAYA BIOLOGI
• BAHAYA ERGONOMI
• BAHAYA PSIKOLOGI
BAHAYA KIMIA

• Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.
• Beracun.
• Reaktif.
• Radioaktif.
• Mudah Meledak.
• Mudah Terbakar/Menyala.
• Iritan.
• Korosif.
BAHAYA FISIKA

• Ketinggian.
• Konstruksi (Infrastruktur).
• Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
• Ruangan Terbatas (Terkurung).
• Tekanan.
• Kebisingan.
• Suhu.
• Cahaya.
• Listrik.
• Getaran.
• Radiasi.
BAHAYA BIOLOGI

• Jamur.
• Virus.
• Bakteri.
• Tanaman.
• Binatang.
BAHAYA ERGONOMI

• Gerakan Berulang.
• Postur/Posisi Kerja.
• Pengangkutan Manual.
• Desain tempat kerja/alat/mesin.
BAHAYA PSIKOLOGI

• Stress.
• Kekerasan.
• Pelecehan.
• Pengucilan.
• Diskriminasi
• Intimidasi.
HIERARKI PENANGGULANGAN
RESIKO
KETERANGAN
Eliminasi >
Memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya, memperkenalkan perangkat
mengangkat mekanik untuk menghilangkan penanganan bahaya manual;

Subtitusi >
Pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem (misalnya,
menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll);

Kontrol teknik / Perancangan >


Menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan, interlock, dll .;

Kontrol administratif >


Tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda, tanda-tanda foto-luminescent, tanda
untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene / lampu, alarm, prosedur keselamatan,
inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll .;

Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan pendengaran, pelindung


wajah, respirator, dan sarung tangan.
HIERARKI PENANGGULANGAN
RESIKO
Safety Patrol & Upaya Pencegahan
Kecelakaan Kerja
Identifikasi dan Pengendalian Bahaya Di
Tempat Kerja
1.Pemantauan Kondisi Tidak Aman.
2.Pemantauan Tindakan Tidak Aman.

Pembinaan dan Pengawasan


1.Pelatihan dan Pendidikan.
2.Konseling & Konsultasi.
3.Pengembangan Sumber Daya.

Sistem Manajemen
1.Prosedur dan Aturan.
2.Penyediaan Sarana dan Prasarana.
3.Penghargaan dan Sanksi.
HIRADC & JSA

> HAZARD IDENTIFICATION


> RISK ASSESSMENT
> DETERMINING CONTROL
KETERANGAN

Hazard Identification and Risk Assessment Determining


Control (HIRADC)
merupakan sebuah metode menilai risiko dari pekerjan-pekerjaanyang ada di
perusahaan sehingga didapatkan prioritas pekerjaan yang mana dulu yang harus
dikendalikan bahaya nya, jadi harus tahu mana pekerjaan yang paling memiliki risiko
tertinggi.

Job Safety Analisis (JSA)


adalah sebuah metode mendeskripsikan bahaya dan risiko dari sebuah pekerjaan yang
dijabarkan secara lebih detail per-step pekerjaan, tetapi di JSA nggak ada perhitungan
nilai risiko nya. JSA sering digunakan untuk mengetahui dan memberitahu ke pekerja
dan karyawan tentang bahaya dari setiap langkah /prosedur pekerjaan.
MSDS MATERIAL SAFETY DATA
SHEET
MSDS memuat informasi tentang :

1. Informasi umum tentang bahan.


Product and Company Identification / Produk dan Identitas PerusahaanMenerangkan identitas produk,
serta perusahaan yang memproduksi produk.
2. Informasi Komponen Berbahaya.
Menjelaskan komposisi bahan yang bersangkutan, konsentrasi, campuran dsb.
3. Reaktivitas Bahan.
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi
yang bersifat eksotermik (menghasilkan panas) sehingga eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas
lain sehingga menghasilkan gas beracun.
4. Sifat Mudah terbakarnya bahan.
> Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
> Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang
masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan
disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

6
Lanjutan

5. Sifat Fisika & Kimia Bahan.


informasi secara fisika dan kimia. pengaruhnya terhadap kondisi sekitarnya dan
menunjukkan batas atau saat material tersebut bisa berubah bentuk (mencair,
menyublim atau membeku) Penjelasan sifat-sifat fisikan dan kimia antara lain : titik
didih, massa jenis, tekanan uap, kerapatan uap, titik beku atau titik cair, kerapatan
cairan, pH, kelarutan, penampakan fisik dan bau, dan sebagainya.

6. Dampak Kesehatan.
•Efek terkena paparan yang berlebihan
•Kontak pada mata
•Kontak pada kulit
•Terhirup pada pernafasan
7. Pertolongan Pertama.
8. Penyimpanan.
Insiden K3
Pengertian
Kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana cedera,
penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat
terjadi (termasuk insiden ialah keadaan darurat).

Kecelakaan Kerja
Insiden yang menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK)
ataupun kefatalan (kematian).
Kecelakaan
Kecelakaan Kerja
Kerja

Nearmiss (hampir celaka)


Insiden yang tidak menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja
(PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Nearmiss
Nearmiss (hampir
(hampir celaka)
celaka)
Piramida Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Fatal/Kematian
Setiap Terjadi
1
Di dalamnya terdapat
10 Kecelakaan Ringan Sebelumnya

Yang di dalamnya Insiden yang menimbulkan


terdapat
30 kerusakan alat/bahan
sebelumnya

Yang di dalamnya Nearmiss (hampir celaka)


terdapat 600 Sebelumnya
Penyebab Kecelakaan Kerja

Penyebab
Penyebab Penyebab Kecelakaan
Tidak Kerugian
Dasar Langsung Kerja
Langsung

1. Kurangnya 1. Faktor Pekerjaan. 1. Tindakan Tidak 1. Kontak Dengan 1. Manusia (Cedera,


Prosedur/Aturan. 2. Faktor Pribadi. Aman. Bahaya. Keracunan,
2. Kurangnya 2. Kondisi Tidak 2. Kegagalan Cacat, Kematian,
Sarana. Aman. Fungsi. PAK).
3. Kurangnya 2. Mesin/Alat
Kesadaran. (Kerusakan
4. Kurangnya Mesin/Alat).
Kepatuhan. 3. Material/Bahan
(Tercemar,
Rusak, Produk
Gagal).
4. Lingkungan
(Tercemar,
Teori
Teori Efek
Efek Domino
Domino –– H.W.
H.W. Heinrich
Heinrich
Rusak, Bencana
Alam).
Tanggap Darurat
Potensi Keadaan Darurat:
1. Kebakaran yang tidak mampu dipadamkan Regu Pemadam Kebakaran Perusahaan dalam
waktu singkat.
2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo, dsb.

3. Kebocoran gas/cairan/bahan material berbahaya lainnya dalam sekala


besar dan tidak bisa diatasi dalam waktu singkat.

4. Bencana alam di lingkungan Perusahaan (Banjir, Gempa Bumi, Angin Ribut, Gunung
Meletus, dsb).

5. Terorisme (Ancaman Bom, Perampokan, dsb).

6. Demonstrasi/Unjuk Rasa/Huru-hara di dalam/di luar lingkungan Perusahaan.

7. Kecelakaan / Keracunan Massal.


Tanggap Darurat
Tugas dan Fungsi Unit Tanggap Darurat:

Menentukan dan menanggulangi keadaan darurat Perusahaan.

Melaksanakan latihan tanggap darurat bersama serta melibatkan


seluruh karyawan secara berkala.

Melaksanakan pertemuan rutin/non-rutin kinerja Unit Tanggap


Darurat.
Struktur Susunan Organisasi Unit Tim Tanggap Darurat K3
Wewenang & Tanggung Jawab

Peran Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat Perusahaan


2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan
Ketua latihan tanggap darurat di lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun non-rutin Unit Tanggap
Darurat.
5. Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat Perusahaan.

1. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.


2. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
Wakil 3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan dengan
tanggap darurat Perusahaan.
4. Membantu tugas-tugas Ketua apabila Ketua berhalangan.
Wewenang & Tanggung Jawab

1. Melangsungkan pemadaman kebakaran


menggunakan semua sarana pemadam api di
lingkungan Perusahaan secara aman, selamat
Regu dan efektif.
Pemadam 2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana
Kebakaran dan prasarana pemadam api di lingkungan
Perusahaan kepada Koordinator, Wakil maupun
Ketua Unit Tanggap Darurat.

1. Memimpin prosedur evakuasi secara aman,


selamat dan cepat.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana
dan prasarana evakuasi di lingkungan
Regu Perusahaan kepada Koordinator, Wakil maupun
Evakuasi Ketua Unit Tanggap Darurat.
3. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak
ataupun teruka kepada Regu P3K, Koordinator
maupun wakil Unit Tanggap Darurat.
Wewenang & Tanggung Jawab

1. Melaksanakan tindakan P3K.


2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana
dan prasarana P3K di lingkungan Perusahaan
kepada Koordinator, Wakil maupun Ketua Unit
Regu Tanggap Darurat.
P3K 3. Melaporkan kepada Koordinator ataupun wakil Unit
Tanggap Darurat bilamana terdapat korban yang
memerlukan tindakan medis lanjut pihak ke tiga di
luar Perusahaan.

1. Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat


Logistik (makanan, minuman, pakaian, selimut, pakaian, dsb).
Wewenang & Tanggung Jawab

1. Mengakomodasi sarana transportasi darurat


Transportasi dari dalam/luar lingkungan Perusahaan.

1. Memantau perkembangan penanganan kondisi


darurat dan menjembatani komunikasi antar
Komunikasi regu Unit Tanggap Darurat.
Internal 2. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit
Tanggap Darurat dapat dilangsungkan secara
baik dan lancar.
Wewenang & Tanggung Jawab

1. Memantau seluruh informasi internal


dan mengakomodasi
Komunikasi informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
Eksternal 2. Menghubungi pihak eksternal terkait
untuk kepentingan tanggap darurat
(Kepolisian/Warga).

1. Melaksanakan tindakan keamanan


internal maupun eksternal selama
Keamanan berlangsungnya tanggap darurat
Perusahaan.
Kesehatan Kerja
Pengertian
Penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat
yang setinggi-tingginya dari kesehatan fisik,
mental dan sosial dari tenaga kerja pada
semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan pada tenaga kerja yang
disebabkan oleh kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja dari resiko akibat
faktor-faktor yang mengganggu kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja
dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikologisnya,
dan sebagai kesimpulannya merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
manusia kepada pekerjaanya.

Sumber
Sumber :: Joint
Joint ILO-WHO
ILO-WHO Committee
Committee 1995
1995
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Pengertian
Gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan
dan atau diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
berhubungan dengan pekerjaan.

Contoh
Anthrax, Silicosis, Asbestosis, Low Back Pain, White Finger Syndrom,
dsb.

Faktor Penyebab
Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan
Beracun dan Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu,
Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang,
Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).

Pencegahan
1.Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2.Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3.Pelayanan Kesehatan.
4.Penyedian Sarana dan Prasarana.
Kesehatan Kerja (Lanjutan)

Dasar Hukum
1.Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 8.
2.Permenakertrans 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
3.Permenakertrans 1/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
4.Permenakertrans 3/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
5.Kepmenaker 333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
6.Kepmenaker 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
7.Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
8.Permenaker 1/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga
Kerja Dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
9.Surar Edaran Menakertrans 01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat
Makan.
10.Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan
dalam Tempat Kerja.
Kesehatan Kerja (Selesai)

Ruang Lingkup
1.Penyelenggaraaan pelayanan kesehatan kerja :
o Sarana.
o Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter perusahaan dan
paramedis perusahaan).
o Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan penyelenggaraan PKK).
2.Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja (Awal, Berkala, Khusus dan Purna
Bakti)
3.Pelaksanaan P3K (Petugas P3K, Kotak P3k dan Isi Kotak P3K).
4.Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan tenaga kerja, kantin, katering
pengelola makanan tenaga kerja , pengelola dan petugas katering).
5.Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi.
6.Pelaksanaan pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja, Penyakit Akibat Kerja)
Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan
Kerja P2 K3

adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah


kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Artinya, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus


memiliki struktur organisasi dan diisi oleh perwakilan pengusaha
dan perwakilan pekerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia


Nomor : PER.04/MEN/1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Kriteria Perusahaan Wajib Membentuk
P2K3

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus


mempekerjakan 100 orang atau lebih;

2. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan

kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses


dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan
terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.
Kriteria Perusahaan Wajib Membentuk
P2K3

Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari unsur pengusaha
dan pekerja yang susunannya terdiri dari:
1. Ketua,
2. Sekretaris dan
3. Anggota.

Sekretaris P2K3 adalah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat dan
penetapannya berdasarkan usul dari pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.
Wewenang Ketua

1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk anggota untuk


memimpin rapat pleno.
2. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya pelaksanaan
program-program P2K3.
3. Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan K3 di Perusahaan ke
Disnakertrans Kabupaten/Kota setempat melalui Pimpinan Perusahaan.
4. Mempertanggung-jawabkan program-program P2K3 dan pelaksanaannya
kepada Direksi.
5. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaannya program-program K3 di
Perusahaan
Wewenang Sekretaris

1.Membuat undangan rapat dan notulen.

2.Mengelola administrasi surat-surat P2K3.

3.Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3.

4.Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh


seksi-seksi demi suksesnya program-program K3.

5. embuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun


instansi lain yang bersangkutan dengan kondisi dan
tindakan bahaya di tempat kerja.
Wewenang Anggota

1. Melaksanakan program-program
yang telah ditetapkan sesuai
dengan seksi masing-masing.

2. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan


yang telah dilaksanakan.
Wewenang Anggota

Jumlah dan susunan P2K3 antara lain sebagai berikut :

1.Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, maka jumlah anggota
sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas) orang yang terdiri dari 6 (enam) orang mewakili
pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga kerja.

2.Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai dengan 100 (seratus)
orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 6 (enam) orang yang terdiri dari 3 (tiga)
orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.

3.Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang dengan tingkat resiko
bahaya sangat besar, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan nomor 2 (dua) di atas.

1.Kelompok Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang untuk
anggota kelompok, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan nomor 2 (dua) di atas dimana
masing-masing anggota mewakili Perusahaannya.
Fungsi P2K3

1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.

2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :


Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3 termasuk
bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman
kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.
Tata Cara Pengajuan Penetapan P2K3

Untuk pengusaha atau pengurus yang berkeinginan mengajukan penetapan Panitia


Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ke Dinas Tenaga Kerja setempat, harus
melengkapi persyaratan dibawah ini :
> Membuat Surat Permohonan Pengesahan P2K3
> Melampirkan Struktur P2K3, contoh
> Fotokopi Sertifikat Ahli K3 Sekretaris P2K3
> Melampirkan Bukti Pembayaran BPJS Kesehatan & BPJS Ketenagakerjaan Perusahaan
> Fotokopi Wajib Lapor Ketenagakerjaan terakhir perusahaan,

Setelah itu, pengusaha atau pengurus membawa persyaratan tersebut diatas ke Kantor
Dinas Tenaga Kerja setempat. Setelah di proses, pengusaha atau pengurus akan
mendapatkan SK Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari
Dinas Tenaga Kerja setempat.

Anda mungkin juga menyukai