setelah bayi lahir agar ia bisa bernapas, biasanya dilakukan setelah tali pusat dipotong. Tujuan Tujuan resusitasi bayi baru lahir juga termasuk mencegah angka kematian dan kesakitan bayi terkait cedera otak, jantung, dan ginjal. Kondisi yang membuat bayi membutuhkan resusitasi • bayi lahir prematur, • ibu mengalami preeklampsia, • ketuban pecah dini (KPD), • cairan amnion tidak bening, • lahir setelah menjalani persalinan yang lama, dan • lahir dari ibu yang menerima obat penenang selama tahap akhir persalinan. Bayi baru lahir yang membutuhkan resusitasi umumnya dinilai dengan empat kondisi berikut ini: • Apakah bayi lahir pada usia kandungan cukup bulan? • Apakah cairan ketuban bersih dari mekonium dan tanda infeksi? • Apakah bayi bernapas atau menangis sesaat setelah lahir? • Apakah bayi memiliki kerja otot yang baik? Langkah awal yang dilakukan saat resusitasi yaitu:
• Memberikan kehangatan pada bayi.
• Memposisikan bayi dengan baik menghadap ke atas. • Memastikan kepala bayi sedikit ke atas untuk membantu membuka jalan napas. • Meletakkan lipatan kain di bawah bahu bayi untuk mempertahankan posisi ini. • Membersihkan saluran napas bayi jika diperlukan. Pembersihan di atas termasuk melakukan pengisapan di mulut dan kemudian di hidung untuk menghilangkan mekonium. Prosedur ini dilakukan menggunakan tabung isap untuk dilakukan secara bergantian di mulut dan hidung. Langkah berikutnya adalah merangsang bayi untuk bernapas.
Hal ini bisa dilakukan
dengan cara menyentil atau menepuk telapak kaki bayi, serta menggosok dengan lembut punggung, kaki, dan tangan bayi. Ventilasi Ini adalah salah satu tindakan resusitasi yang bertujuan untuk memasukkan udara ke paru- paru bayi. Tindakan ventilasi dilakukan dengan cara memasang sungkup (masker oksigen) dengan ukuran yang sesuai dengan wajah bayi sampai menutupi dagu, mulut, dan hidung bayi. Jika dada bayi naik setelah dilakukan 2-3 kali ventilasi, artinya tekanan ventilasi mungkin cukup diberikan pada bayi. Namun, jika dada bayi tidak naik, mungkin ada masalah, seperti: • Saluran napas bayi tersumbat, • Pemasangan sungkup tidak benar, • Tekanan kurang kuat, dan • Posisi bayi tidak benar. Memberikan tekanan di dada bayi Hal ini dilakukan sementara untuk meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke organ-organ penting bayi. Tekanan dada atau pijat jantung diberikan disertai dengan ventilasi, untuk memastikan agar sirkulasi darah yang beredar dalam tubuh bayi cukup mendapatkan oksigen. Setelah penekanan dada dilakukan selama 30-45 detik, dokter akan menilai detak jantung bayi. Jika detak jantung bayi kurang dari 60 kali per menit penekanan dada harus dilanjutkan (setelah pemberian suntikan epinefrin). Pemberian epinefrin Pemberian epinefrin dilakukan ketika ventilasi dan penekanan dada tidak bekerja dengan baik. Tolak ukurnya adalah ketika ventilasi dan penekanan dada lebih dari 45 detik tidak mendapat respon dari bayi. Kondisi ini juga ditandai dengan detak jantung bayi tetap kurang dari 60 kali per menit dan tidak ada peningkatan. Tidak semua bayi perlu mendapatkan resusitasi. Semuanya tergantung pada kondisi kesehatan si kecil saat dilahirkan.