Anda di halaman 1dari 55

VARIETAS CABAI UNGGULAN

Uum Sumpena

BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN,


LEMBANG

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Varietas yang Dianjurkan
Lembang–1, Lingga , Ciko,
Tanjung–2, Kencana .
Kebutuhan benih sebesar 250-350 g/ha.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
CABAI
Lembang 1

Produksi per ha 9 ton


Umur panen 63 hst
Beradaptasi baik di dataran
rendah
Ketersediaan benih penjenis
12,4 kg

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
• Produksi per hektar 18 ton • Produksi per hektar 6-19,9 ton
• Umur mulai panen 58 hst • Umur mulai panen 58 hst
• Toleran terhadap hama penghisap • Agak toleran thd penyakit antraknose
daun

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
VARIETAS LINGGA

Umur Panen : 88 – 95 HST


Potensi Hasil : + 16,1 ton/ha
Kunggulan : Beradaptasi
dengan baik Pada
dataran medium
musim kemarau
basah

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
VERIETAS CIKO

Umur Panen : 81 – 84 HST


Potensi Hasil : + 20.5 ton/ha
Kunggulan : Beradaptasi
dengan baik Pada
dataran medium.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
VARIETAS KENCANA

 Umur Panen : 95 – 98 HST


 Potensi Hasil: + 18.4 T/Ha
 Kunggulan : Beradaptasi
dengan baik Pada dataran
medium

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Varietas Kencana, Ciko dan Lembang toleran banjir Di
Tenggarong, Kaltim, 6-6-2011

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
VARIETAS CABAI TOLERAN GENANGAN di KALTIM
(PASCA BANJIR TANGGAL 10-06-2011)

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
BUDIDAYA TANAMAN
a) Cabai dapat ditanam pada
dataran rendah maupun dataran
tinggi (0-1000 m dpl.).
b) Lahan: Sawah atau tegalan. pH
tanah antara 6-7.
c) Tanah : berstruktur remah atau
gembur, subur, kaya akan bahan
organik,
d) Waktu tanam: akhir musim hujan
(sawah); Pada musim hujan
(tegalan).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Persemaian
Benih direndam dalam air hangat (50°C) atau
larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam.
Benih disebar secara merata pada bedengan
persemaian dengan media berupa campuran
tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1),
Tutup dengan daun pisang selama 2-3 hari.
Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari
screen/kasa/plastik transparan
Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan
kedalam bumbunan daun pisang/ plastik dengan
media yang sama (tanah dan pupuk kandang
steril).
Penyiraman dilakukan setiap hari.
Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur
4-5 minggu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
3. Pengolahan Lahan
a. Lahan kering/tegalan

Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur


Buat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30
cm,
Jarak antar bedengan 30 cm.
Jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm) atau 50 cm x 70 cm

b. Lahan sawah

Tanah dicangkul sampai gembur sedalam 30- 40 c,.


Buat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m
Buat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Jarak tanam 50 cm x 40 cm.
Bila pH tanah kurang dari 5,5 gunakan Kaptan/Dolomit
dengan dosis 1,5 ton/ha
Diberikan 3-4 minggu sebelum tanam (bersamaan dengan
pengolahan tanah
dengan cara disebar di permukaan tanah dan diaduk rata).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pemupukan
a. Untuk penanaman cabai secara monokultur di lahan kering
Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang kuda atau sapi
Dosis 20–40 ton/ha dan pupuk buatan SP 200–225 kg/ha diberikan sebelum tanam.
Pupuk susulan berupa Urea 100–150 kg/ha, ZA 300–400 kg/ha, dan
zKCl 150–200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.
Musim kemrau NPK + micro 2gr/200cc/tanaman 7-10 hari sekali

b. Untuk penanaman cabai secara tumpang gilir dengan bawang merah


Pupuk kandang kuda atau sapi 10–15 ton/ha
TSP 100–150 kg/ha diberikan seminggu setelah tanam.
Urea 100–150 kg/ha, ZA 300 – 400 kg/ha dan KCl 100 – 150 kg/ha diberikan
pada umur 4, 7 dan 10 minggu setelah tanam.

c. Untuk penanaman cabai secara tumpangsari dg kubis atau kacang


Pupuk kandang kuda atau sapi 30 – 40 ton/ha
NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha (seminggu sebelum tanam)
Caranya disebar dan diaduk secara rata dengan tanah.
Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15
Larutkan (1,5-2 g/l200 ml/ tanaman, dengan volume semprot 4000 l larutan/ha.
Pupuk tersebut diberikan mulai umur 4minggu setelah tanam
dan diulang tiap 10- hari sekali.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Penggunaan Mulsa
Mulsa digunakan;
Untuk menjaga kelembaban,
Kestabilan mikroba tanah,
Mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan
Mengurangi serangan hama.
Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm
(10 ton/ha) pada musim kemarau
Mulsa jerami diberikan 1 minggu ST.
Mulsa plastik hitam perak untuk musim
kemarau dan musim hujan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu


Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi)
Disiram perlubang.
Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan
bersamaan dengan pemupukan kedua atau susulan.
Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdiri-
nya tanaman.
Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama
sebaiknya dipangkas.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Mengatasi Kekeringan: Menggunakan mulsa plastik
dan Jerami padi
BUDIDAYA CABAI DILUA
- Tanaman jagung disekliling pertanaman (Mengatasi inv
penyakit virus kuning pa
Tinggikan guludan (Mengatasi air yang b
MUSIM HUJAN:
TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI DI RUMAH KASSA
PERANGKAP KUNING KEHIJAUAN :
KHUSUS UNTUK ; Thrips, tungau dan
serangga mobile

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pemasangan feromon seks untuk mengendalikan hama penggerek
buah cabai, Spodoptera exigua dan Heliothis armigera

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Grafting antara terong (batang bawah) dan cabai sebagai batang
atas untuk mengendalikan penyakit layu

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Organisme Pengganggu
Tanaman

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
KUTU KEBUL , Bemisia tabaci)
Kutu kebul adalah nama umum yang
digunakan untuk menyebut
serangga dari famili Aleyrodidae.
Disebut kutu kebul karena kalau
terganggu beterbangan seperti
kebul (Asap)
Beberapa orang menggunakan isti-
lah lalat putih, terjemahan langsung
dari whiteflies. Namun istilah ter-
sebut tidak umum karena nama
lokal sudah ada (kutu kebul)
Penelitian mengenai berbagai aspek
termasuk pengendalian kutu kebul
di Indonesia masih relatif sedikit
Penggunaan insektisida kurang
berhasil

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
KERUSAKAN YANG DIAKIBATKAN
Bemisia tabaci
1. Langsung: Bintik klorotik
& nekrotik akibat:
tusukan stylet serangga
Ekresinya: tempat
tumbuhnya embun jelaga

2. Tidak langsung:
menularkan penyakit
virus (60 jenis

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengelolaan
 Pilihlah varietas cabai yang tahan
 Buanglah sisa tanaman cabai sehat
dan sakit setelah panen dan
bakarlah sisa tanaman tersebut.
 Hindarkan menanan cabai berdekat-
an dengan tanaman terong dan
musnahkan gulma inang kutu kebul.
 Tutuplah tempat persemaian bibit
atau kotak persemaian dengan
jaring serangga (50-64 mesh) yang
terbuat dari jaring nilon.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
PENGELOLAAN

 Gunakan perangkap perekat kuning di daerah persemaian bibit


sebanyak 1-2 perangkap/50-100 m2 untuk menjebak kutu kebul. Jumlah
perangkap perangkap kuning (minimal 10 perangkap per ha) di lahan
pertanaman cabai
 Gunakan nimba dapat diaplikasikan atau disemprotkan ke tanah
untukmengendalikan kutu kebul di persemaian bibit cabai.
 Tanamlah tanaman pembatas yang tinggi seperti jagung, sorgum,
jewawut untuk mengurangi infestasi kutu kebul.
 Plastik yang memantulkan cahaya atau mulsa jerami dapat mengurangi
pendaratan kutu kebul ke tanaman tomat.
 Semprotlah hanya dengan pestisida sesuai dengan yang telah
direkomendasikan . Jangan menggunakan senyawa atau kelompok
pestisida sama secara terus menerus untuk menghindari timbulnya
resistensi pada serangga.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Thrips (Thrips parvispinus)
Warna tubuh nimfa kuning pucat, dewasa berwarna
kuning sampai coklat kehitaman

Tanaman Inang. Terdapat 105 jenis tanaman dari keluarga


keluarga Cucurbitaceae, Solanaceae, Malvaceae dan
Leguminaceae yang menjadi inangnya antara lain adalah
Cabai, tomat, tembakau, kopi, ubi jalar, klotalaria dan
kacang-kacangan.

Thrips menyerang tanaman cabai sepanjang tahun,


serangan hebat umumnya terjadi pada musim kemarau

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
PENGELOLAAN

 Secara kultur teknis: memasang mulsa plastik


hitam perak, mengatur pergiliran (rotasi)
tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur
waktu tanam yang baik (tepat).
 Secara biologi (hayati) dengan memanfaatkan
musuh – musuh alami hama thrips, yaitu
kumbang Coccinellidae, tungau predator,
kepik Anthocoridae, dan
kumbang Staphulinidae.
 Memasang perangkap berwarna kuning
kehijauan.
 Monitoring hama untuk menentukan Ambang
Kendali. Sebagai indikator, pada saat ditemukan
10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman
mencapai 15 %, perlu dilakukan penyemprotan
insektisida.
 Secara kimawi, dengan penyemprotan
insektisida secara selektif,

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengelolaan:
Kultur teknik
Menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling
kebun cabai, misalnya jagung.
Kimiawi
Yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan
selektif seperti Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1
– 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC
0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pemasangan feromon seks untuk mengendalikan hama penggerek buah
cabai, Heliothis armigera dan Spodoptera exigua
Penanaman tanaman perangkap Tagetes untuk mengendalikan
H.armigera

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Ulat Grayak (Spodoptera litura
Larva mempunyai warna yang
bervariasi, tetapi mempunyai kalung
hitam pada segmen abdomen yang
keempat dan kesepuluh. Pada sisi
lateral dan dorsal terdapat garis kuning.
Pupa berwarna coklat gelap terbentuk
pada permukaan tanah.
Serangga dewasa biasanya berwarna
coklat, sayap luar memiliki banyak garis-
garis menyilang dengan latar belakang
warna merah jambu atau coklat. Sayap
dalam berwarna putih dengan bercak
coklat di sepanjang bagian tepi sayap.
Tanaman inang : tembakau, cabai,
bawang merah, terung, kentang,
kacang-kacangan, dan lain-lain

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Gejala Serangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Lalat Buah , Bactrocera cucurbitae

Imago berukuran sedang 6-8 mm untuk jantan


dan 8-8,5 mm untuk betina, serta berwarna cerah.
Seekor betina dapat menghasilkan telur
sebanyak 1200 – 1500 butir.
Telur berwarna putih bening.
Larva berwarna putih, berbentuk bulat panjang,
tidak berkaki, mempuyai alat mulut berbentuk kait
dengan panjang tubuh berkisar 10 mm. Saat akan
berubah menjadi pupa, larva keluar dari dalam
buah kemudian melenting masuk ke dalam tanah.
Pupa terbentuk dalam tanah. Pupa terlindung oleh
puparium berbentuk silindris berwarna coklat
kemerahan.
Daur hidup berkisar 23-24 hari, dan umumnya
aktivitasnya dipengaruhi oleh suhu udara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
b) Gunakan perangkap lem kuning atau lem tikus
bening yang dicampur dengan sedikit metyl
eugenol untuk menangkap lalat buah dewasa.
c) Pengasapan dengan membakar sampah kering,
dan dibagian atasnya ditutupi sampah basah,
agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai
terbakar. Kepulan asap yang menyebar ke
seluruh bagian tanaman akan mengusir
keberadaan hama lalat buah.
d) Pemasangan mulsa plastik dapat menekan larva
berubah menjadi pupa dan akhirnya mengurangi
populasi serangga dewasa

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengendalian secara fisik/mekanis

Gunakan perangkap attraktan


metyl eugenol/cue lure yang
dipasang atau digantung didalam
perangkap yang terbuat dari bekas
air mineral untuk menangkap lalat
jantan. Bahagian dasar botol diberi
sedikit air lalat buah mati terendam
air. Sebaiknya perangkap dipasang
dibagian luar lahan atau di bagian
pinggir pertanaman, hal ini
bertujuan agar lalat tidak
terkumpul ditengah pertanaman

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengendalian secara biologi

a) Pengendalian lalat buah secara biologi dapat


dilakukan dengan cara menghasilkan lalat buah
jantan madul. Teknik pengendalian jantan mandul
berhasil mengendalikan hama lalat buah di
Jepang. Dengan melepaskan serangga jantan
yang sudah mandul, maka telur yang dihasilkan
dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril
atau tidak bisa menghasilkan keturunan, dan
akhirnya populasi akan turun dan musnah.

b) Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid,


predator atau patogen namun di Indonesia belum
banyak diterapkan. Jenis parasitoid yang banyak
ditemukan adalah Biosteres sp dan Opius sp
(Braconidae). Predator lalat buah yang umum
adalah semut, laba-laba, kumbang stafilinid dan
cocopet (Dermaptera). Jenis patogen yang banyak
menyerang pupa lalat buah adalah Beauveria sp.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Penyakit antraknose pada cabai
Penyakit antraknose yang disebabkan oleh jamur C. Capsici
umumnya menyerang buah cabai yang sudah mulai masak sedangkan
C. gloeosporioides dapat menyerang semua fase buah cabai baik yang
masak maupun yang masih muda, tetapi tidak menyerang daun dan
batang tanaman cabai. Selanjutnya enyakit antraknose yang
disebabkan oleh jamur C. coccodes dapat menyerang tanaman cabai
di persemaian pertama kali ditemukan di Korea
Gejala serangan penyakit antraknosa atau patek mula-mula
membentuk bercak cokelat kehitaman kemudian menjadi busuk lunak.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari
kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat
menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Buah
yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti merah
jambu keabu-abuan atau kehitaman. Jika cuaca kering jamur hanya
membentuk bercak kecil yang tidak meluas, namun setelah buah
dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan
diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat. Ledakan penyakit
antraknose ini sangat cepat terutama pada

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:

a) Gunakan benih sehat. Jangan menggunakan biji cabai yang sudah terinfeksi, karena
spora jamur tersebut dapat bertahan pada benih cabai.
b) Tanamlah varietas cabai yang lebih tahan patek, biasanya rawit lokal lebih tahan
terhadap penyakit patek
c) Gunakan agensia hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas
flourencens dan Bacillus subtilis.
d) Lakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit
atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-
0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
e) Lakukan penyemprotan dengan fungisida atau agen hayati yang tepat terutama tanaman
berumur 20 hari di persemaian atau 5 hari sebelum dipindahkan kelapangan.
f) Perawatan di lingkungan sekitar tanaman mutlak dilakukan, terutama cabang air
(wiwilan), penyiangan gulma dan pengaliran air yang tergenang. Semua faktor tersebut di
atas merupakan bagian dari tindakan pencegahan, yang ditujukan agar lingkungan
sekitar tanaman tidak lembab, mengingat Pethek(Antracnose) disebabkan oleh jamur
yang perkembangannya sangat didukung oleh lingkungan yang lembab.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
g) Memusnahkan bagian tanaman baik daun , batang atau buah yang terinfeksi.
h) Lakukan penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili
solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya
i) Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode
pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisida diberikan
secara bergilir
j) Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar
matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga
kelembaban tidak begitu tinggi.
k) Gunakan jarak tanam yang agak lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan
ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara
cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan
tumbuh lebih besar.
L) Tambahkan unsur Kalium dan Kalsium untuk membntu pengerasan buah cabai
m) Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, .Sebaiknya gunakan pupuk dasar NPK
yang rendah kandungan nitrogennya dengan kocoran karena unsur n akan membuat
tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman.
n) Hindarkan menanam cabai berdekatan dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih
dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
o) Pengelolaan drainase yang baik terutama di musim penghujan, dengan cara
meninggikan guludan tanah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Penyakit Layu bakteri Pada tanaman cabai,
Psudomonas solanacearum (E.F.) Sm.

Penyakit layu bakteri ini biasanya menyerang tanaman cabe


yang ditanam di dataran rendah dibandingkan di dataran
tinggi. Gejala serangan yang kelihatan adalah layu pada
beberapa daun muda dan atau menguningnya daun tua sebelah
bawah. Gejala lain yang terlihat adalah berkas pembuluh
pengangkut yang berwarna cokelat tua dan membusuk setelah
batang, cabang atau pangkal batangnya kita belah.
Layu bakteri ini, sebab gejala seranganya hampir-hampir mirip
dengan gejala serangan layu fusarium. Untuk membedakanya
secara mudah, siapkan air putih dalam sebuah gelas. Kemudian
potong cabang atau batang tanaman cabe yang terserang layu
tadi dan dijepit dengan pisau dan dicelupkan ke dalam air putih
tadi. Perhatikan jika dari potongan cabang atau batang tadi
keluar exudat berwarna putih seperti asap, dapat dipastikan
tanaman tadi terserang bakteriPseudomonas bukan layu
karena serangan Fusarium. Jika tidak keluar eksudat putih
berarti tanaman terserang oleh penyakit layu fusarium .

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengendalian penyakit layu bakteri :

a) Pengaturan irigasi dengan baik, jangan sampai lahan


pertanaman tergenang air berlebihan. Segera buang air yang
berlebihan dengan sistem drainase yang baik.
b) Pencelupan bibit dengan larutan bakterisida seperti Agrimycin
dengan takaran 1,2 gram per liter air atau Agrept dengan takaran
2 gram per liter air untuk pencegahan serangan layu bakteri.
c) Penyemprotan atau penyiraman dengan bakterisida pada saat
tanaman berumur 25 hari setelah tanam (HST) dan diulangi 1 –
2 kali penyemprotan dengan interval 10 hari sekali.
d) Untuk penanganan tanaman yang terserang dapat dilakukan
seperti halnya pada tanaman yang terserang layu fusarium di
atas.
e) pengendalian yang lain dengan pergiliran tanaman yang bukan
sefamili untuk menghindari penularan patogen.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Penyakit Fusarium pada Cabai
Gejala awal penyakit layu Fusarium cabai berupa
pucatnya tulang daun, terutama daun sebelah atas,
kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan
akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan.
Seringkali kelayuan didahului dengan menguningnya
daun, terutama daun bagian bawah. Kelayuan dapat
terjadi sepihak.
Pengendalian;
1) penanaman varietas tahan,
2) pemberian kompos jerami yang diberikan 2
minggu sebelum tanam, dan
3) Penggunaan agensia hayati, seperti isolat
Trichoderma, antara lain T. harzianum, T. koningii,
T. viridae, dan Gliocladium fimbriatum

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
Pengelolaan:
Kultur teknik
Menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling
kebun cabai, misalnya jagung.
Kimiawi
Yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan
selektif seperti Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi
0,1 – 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion
40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Jl. Ragunan no. 29 Jakarta Selatan
TEKNOLOGI SISTEM PRODUKSI SAYURAN
MENGATASI IKLIM GLOBAL

 Kekeringan (Drought)
 Menggunakan mulsa plastik dan pembuatan embung penampung air
 Melakukan grafting antara batang bawah yang toleran terhadap kekeringan misalnya bangsa
terong-terongan liar dengan cabai
 Memberikan air langsung ke bahagian perakaran tanaman (drip irrigation)
 Menggunakan varietas tahan kering
 Banjir (Floading)
 Grafting juga bertujuan untuk mengatasi penyakit soil born diseases ( penyakit tular tanah)
yang biasanya endemik pada daerah mudah tergenang air.
 Membuat guludan-guladan lebih tinggi dan memperbaiki sistem drainase
 Menggunakan varietas yang toleran terhadap banjir misalnya Cabai varietas Kencana dan
Ciko.
 Menggunakan shadding net
Pengairan cara manual
Pengairan cara irigasi tetes
Haturnuhun

Anda mungkin juga menyukai