Anda di halaman 1dari 17

Analisis Bahan Tambahan

Pangan (BTP)
AOMK
1 bella putri
aryani
2 wiwit
elompok 6 3
ambarwati
m. ahdan m d
4 rozan catur f
5 rahma adelia
d
bahan tambahan pangan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/Menkes/PER/X/1999

adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan


dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan
sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan
Tujuan BTP
Tujuan penggunaan bahan tambahan
pangan adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan
kualitas daya simpan, membuat bahan
pangan lebih mudah dihidangkan, serta
mempermudah preparasi bahan pangan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/
Per/X/1999 ada beberapa bahan tambahan yang
dilarang dalam makanan yaitu :

1) Natrium Tetraborat (Boraks)


2) Formalin (Formaldehyd)
3) Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominanted Vegetable Oil)
4) Kalium klorat (Potassium Chlorate)
5) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
6) Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)
7) P-Phenetilkarbamida
8) Asam Salisilat dan garamnya (salicylicacid and its salt)
9) Kalium Bromat (Pottasium Bromate)
golongan BTP yang di ijinkan
pengatur ke asam an
pemanis buatan

penyedap rasa,
aroma, penguat rasa
pemutih dan
pematang telur

antioksidan
pengemulsi, pemantap, dan
pengental

antikempal
pewarna
pengeras
pengawet
Kualitatif pada boraks

1. Uji nyala
3. Reaksi warna dengan
ekstrak ubi ungu
2. Metode kertas
turmerik
Kuantitatif pada
boraks

1.Titrasi alkalimetri 2. Spektrofotometri


UV-vis
1 Larutan kmn04
2 Serbuk asam
Kualitatif kromatofat
pada formalin 3 Reagen tollens
4 Dengan asam
nitrat
5 Reagen nash
6 Reagen
Penetapan Kadar Garam
Penetapan kadar garam dengan metode mohr
modifikasi
Prinsip : Sampel kering hasil pengabuan dapat
langsung dititrasi dengan perak
nitrat. Ion-ion perak mengendap sebagai perak
khlorida sampai habis dan kelebihan perak diukur
dengan potassium khromat.

Cara : 5 g sampel diabukan --> cuci pakai aquades


dikit --> 1 ml pottasium kromat 5% --> titrasi
larutan perak nitrat 0,1 M (+ : warna oren)
Prinsip Penetapan kadar
Prinsip Metode Volhard: garam
Klorida-klorida dibebaskan dari
sampel dengan cara pengabuan
basah atau kering. Perak nitrat
diberikan berlebihan untuk
Prosedur
Cara : 5g sampel --> +25 ml perak nitrat 0,1
mengendapkan seluruh ion klorida N --> Erlenmeyer digoyangkan --> + 15 ml
sebagai perak klorida. Kelebihan asam nitrat pekat --> didihkan campuran 10
perak kemudian dititrasi dengan menit --> + Potassium permanganate hingga
kuning pucat/bening --> +25 ml aquades,
potassium tiosianat untuk didihkan 5 menit --> +aquades ad 150 ml -->
menghitung jumlah klorida di +1 ml nitrobenzena --> +5 ml ammonium
dalam sampel. ferisulfat jenuh--> Titrasi dengan potassium
tiosianat 0,1 M --> (+) Warna merah selama
15 detik
Penetapan Kadar Asam
Sulfit di Buah Kering
Penetapan kadar dengan metode Kalorimetri
Prinsip : Spektrofotometri dengan mengukur absorbansi pada
panjang gelombang 550 nm.

Pereaksi :
- Larutan formaldehid 0,015%
- Acid-bleached p-rosaniline hydrochloride
- Sodium Tetrachloromercurate
- Larutan Sulfur dioksida standar

Alat :
1. Spektrofotometer
2. Waring Blender

Tahapan :
- Pembuatan Kurva Standar
- Penetapan Sampel
Prinsip Penetapan kadar nitrit
Prinsip :
Nitrit bebas dalam sampel diekstraksi
dengan air panas dan protein-protein
terlarut akan diendapkan. Larutan
nitrit disaring dan diperlakukan
dengan sulfanilamide untuk
Prosedur
membentuk garam diazonium yang Cara : Pipet seri yang dibuat -->
kemudian direaksikan dengan +50 ml aquades --> +10 ml
naftiletilendiamin sulfanilamida --> + 6 ml HCl -->
sehingga membentuk “azo dye” yang kocok diamkan di gelap 5 menit -->
berwarna merah jambu. Intensitas +2 ml larutan naptiletilendiamin -->
warna dye sebanding dengan jumlah kocok, diamkan di gelap 3 menit -->
nitrit dalam sampel dan diukur Ukur abs
dengan spektrofotometer.
Penetapan zat pewarna sintesis
Penetapan Zat warna Sintetis
Prinsip :
Penetapan disini menggunakan serat Wool. Serat wool digunakan
untuk analisis zat warna karena sifatnya yang dapat mengabsorpsi
zat warna baik yang asam maupun yang basa. Serat wool dan sutra
mengandung protein amfoter yang mempunyai afinitas
terhadap asam maupun basa dengan membentuk garam. Dengan
mengamati
perubahan warna dari benang wool yang telah dicelup dalam
berbagai
pereaksi , jenis zat warna dapat ditentukan.

Cara : 30 ml sampel cair --> + HCl encer --> +Benang wol 20 cm


--> didihkan 30 menit --> Angkat, cuci air dingin --> Potong 4
bagian --> Tetesi NaOH 10% dan HCl p --> Amati warna
WARNA
Daftar Pustaka
Afrianti, L.H, 2010, Pengawet Makanan Alami dan Sintesis, Alfabeta, bandung, Indonesia.
Agustini, L. 2013, Analisis kualitatif Rhidamin B dalam Saus Tomat pada Jajanan Bakso yang dijual di Sekolah Dasar
Kecamatan Banjarmasin Selatan, Akademi Farmasi ISFI, Banjarmasin, hal 10-11.
Artha, Elza. 2007, Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin di Kota Medan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Cahyadi, W. 2008, Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Bumi Aksara, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2012, Undang-undang No. 18 tentang Pangan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Effendi, M.S.
2009, Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan, Alfabeta, Bandung, Indonesia.
Fessenden & Fessenden, 1986, Kimia Organik, edisi ke-3, jilid 2, Erlangga, Jakarta, Indonesia. Gandjar, I.G. dan Abdul R. 2012,
Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Hastuti, S. 2010, Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Trunojoyo, Bangkalan.
Kementrian Kesehatan, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang pangan, Jakarta, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Marliana, H. 2008, Optimasi Pereaksi Schryver Menjadi kertas Indikator Untuk
Identifikasi Formalin dalam Sampel Makanan, Skripsi FMIPA UI,
Kresnadipayana, D., & Lestari, D. (2017) : Penentuan Kadar Boraks pada Kurma (Phoenix dactylifera) dengan metode
Spektrofotometri UV-vis. Jurnal Wiyata, 4(1), 23–30. Nasution, H., Alfayed, M., Helvina, -, F, S., Ulfa, R., &
Mardhatila, A. (2018) : Analisa Kadar Formalin Dan Boraks Pada Tahu Dari Produsen Tahu Di Lima (5) Kecamatan Di
Kota Pekanbaru. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 8(2), 37–44.
Thank You
Any
question?

Anda mungkin juga menyukai