Anda di halaman 1dari 10

Shalat Dhuha

Bagian 2
Tata Cara Shalat Dhuha
• Dilaksanakan dua rakaat salam – dua
rakaat salam
• Dari Ibn Umar radhiyallahu ’anhu, Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
‫َص َالُة الَّلْي ِل َو الَهَّناِر َم ْثىَن َم ْثىَن‬
"Shalat sunah siang dan malam adalah
dua rakaat-dua rakaat." (HR. Abu Daud
1295, Ibn Majah 1322, dan Ahmad 4791)
Shalatnya Panjang atau Ringan?
• Dalam hadis Umu Hani' yang mengkisahkan
shalat Dhuhanya Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam ketika fathu Makah terdapat pernyataan:
‫َفَم ا َر َأْيُتُه َص ىَّل َص َالًة َأَخ َّف ِم َهْنا َغَرْي َأَّنُه ُيُّمِت الُّر ُكوَع َو الُّس ُج وَد‬
"Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih
ringan melebihi shalat yang beliau kerjakan,
hanya saja Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR.
Bukhari 1103 & Muslim 336)
Terdapat riwayat dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah (7816)
dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan
‫َخ َر ْج ُت َم َع َر ُس وِل اِهَّلل َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل ىَل َح َّر ِة َبيِن ُم َع اِو َيَة َفَص ىَّل الُّض َح ى َثَم اِن َر َكَع اٍت َط َّو َل ِف ِهي َّن‬
‫ِإ‬
”Saya pernah keluar bersama Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam menuju harrah[1] bani Mu’awiyah. Kemudian beliau
shalat Dhuha 8 rakaat dan beliau memperlama shalatnya.”
[Riwayat ini dishahihkan oleh Ibn Hajar dalam Fathul Bari
(3/54) dan Al-Aini dalam Umdatul Qori (7/146)].

-----
[1] Harrah: daerah yang tanahnya keras, yang tersusun
dari bebatuan hitam. Bentuk jamaknya; hirar. (Jamharatul
Lughah, 1/25)
Bacaan Ketika Shalat Dhuha
• Ada hadis menyatakan:
)‫ و (الضحى‬، )‫ (والشمس وحضاها‬: ‫صلوا ركعيت الضحى بسورتهيا‬
"Shalatlah dua rakaat Dhuha dengan
membaca dua surat Dhuha, yaitu surat
Was syamsi waDhuhaa haa dan surat Al
dhuha."
• Dalam riwayat yang lain terdapat
tambahan: "barangsiapa yang
mengamalkannya maka dia diampuni."
• Hadis di atas diriwayatkan oleh Ar-Ruyani dalam
Musnadnya dan Ad Dailami dalam musnad Al-
Firdaus (2/242) dari jalur Musyaji' bin 'Amr.
Hadis ini juga disebutkan oleh Al-Hafidz Ibn
Hajar dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari
dan tidak dikomentari. Beliau hanya menyatakan
bahwa bacaan surat tersebut ada kesesuaian
bacaan dengan shalat yang dikerjakan. Namun
yang benar, hadis di atas adalah hadis palsu.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani,
beliau mengatakan: "Hadis ini palsu, cacatnya
ada pada Musyaji' bin Amr. Ibn Ma'in
berkomentar tentang Musyaji': "yang saya tahu
dia (musyaji') adalah seorang pendusta."
(Silsilah Hadis Dlaif & Palsu, hadis ke-3774)
• Hadis ini juga didlaifkan oleh Al-Munawi dalam
Faidhul Qodir dengan alasan adanya perowi
yang bernama Musyaji' bin Amr. Imam Ad
Dzahabi dalam Ad-Dlu'afa' mengatakan dengan
menukil perkataan Ibn Hibban: "Dia
memalsukan hadis dari Ibn Lahi'ah dan dia
adalah dla'if." (Faidhul Qodir, 4/201).
• Disimpulkan dengan yakin bahwa hadis yang
menganjurkan shalat Dhuha dengan bacaan
tertentu adalah hadis dlaif. Artinya tidak ada
anjuran untuk mengkhususkan shalat Dhuha
dengan bacaan tertentu, baik di rakaat pertama,
rakaat kedua, maupun do'a setelah shalat
Dhuha.
• Kaidah:
"Membatasi setiap ibadah yang sifatnya
mutlak dengan tata cara tertentu –
misalnya waktu, tempat, bacaan, jumlah,
dan yang lainnya – tanpa ada keterangan
dalil yang shahih termasuk salah satu
bentuk bid'ah." (Qowa’id Ma’rifatil Bida’,
hal. 52)
‫‪Do'a setelah Shalat Dhuha‬‬
‫‪Lafadz Do'anya:‬‬
‫الَّلُهَّم إ َّن الَّض َح اَء َحَض اُؤ َك ‪َ ،‬و اْلَهَباَء َهَباُؤ َك ‪َ ،‬و اْلَج َم اَل َمَجاكُل ‪،‬‬
‫َو اْلُق َّو َة ُقَّو ُتك‪َ ،‬و اْلُق ْد َر َة ُق ْد َر ُتك‪َ ،‬و اْلِع ْص َم َة ِع ْص َم ُتك الَّلُهَّم إ ْن اَك َن‬
‫ِر ْز يِق يِف الَّس َم اِء َفَأْنِز ُهْل ‪َ ،‬و ْن اَك َن يِف اَأْلْر ِض َفَأْخ ِر ْج ُه ‪َ ،‬و ْن‬
‫ِإ‬ ‫ِع‬ ‫ِإ‬
‫اَك َن ُم َع ًرَّس ا َفَيْرِّس ُه ‪َ ،‬و ْن اَك َن َح َر اًم ا َفَط ِّه ْر ُه ‪َ ،‬و ْن اَك َن َب يًد ا‬
‫ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِإ‬ ‫ِت‬ ‫ِإ‬
‫َفَقِّر ْب ُه َحِبِّق َحَض اِئك َو َهِبا ك َو َمَجا َو َّو ك َو ْد َر ك يِن َم ا‬
‫آ‬ ‫ُق‬ ‫ُق‬ ‫كِل‬ ‫ِئ‬
‫آَتْيت ِع َباَد ك الَّص اِلِح َني‬
Status Keabsahan Doa
• Do'a ini disebutkan oleh As Syarwani dalam
Syarhul Minhaj (7/293) dan Abu Bakr Ad-
Dimyathi dalam I'anatut Thalibiin (1/295). Namun
kedua penulis ini tidak menunjukkan dalil
bacaan ini.
• Dikomentari dalam fatwa Syabakah Islamiyah:
‫ولم نجده في المراجع التي بين أيدينا معزوا للحديث‬
"Kami tidak mendapatkan acuan dalil yang
menunjukkan adanya do'a ini pada referensi-
referensi yang kami miliki." (Fatawa Syabakah
Islamiyah no. 53488).

Anda mungkin juga menyukai