Anda di halaman 1dari 23

Filsafat Ilmu

Sebagai
Pengembangan
Metode Ilmiah
D O S E N : D r . M A I Y E S TAT I ,
S.H.,M.H
FILSAFAT ILMU

BOOK
REVIE
W
Nama Kelompok :

1. ALFATH AKBAR (NPM.

2110018412013)

2. SAFRIZAL (2110018412014)

3. IIS NIAWATI (2110018412015)

BOOK
REVIE
W
METODE ILMIAH
DAN BERFIKIR
ILMIAH
Filsafat Ilmu bertugas untuk melandasi manusia
agar dapat melakukan pengembangan metode
ilmiah

Akal budi merupakan bagian yang memuluskan


proses berfikir ilmiah, sebagai sebuah fakta
terjadi secara beraturan dan dapat dijelaskan
dalam kerangka konsep keilmuah

Dalam konteks kegiatan penelitian, mengenali


sebuah fakta, merumuskan masalah, menyusun
hipotesismelakukan analisis dan menarik
kesimpulan merupakan contoh berfikir teratur dan
sistematis.
Jens pp 33
Martensson
Peneliti dan Kendalanya ?

Pada umumnya peneliti menghabiskan


waktu hamper 50% untuk merumuskan
masalah. Maka menjadi penting data
menjadi hal yang penting atas rumusan
masalah

Jens pp 44
Martensson
Bagaimana menjawab masalah
tersebut ?

Metode menjadi jawaban dari masalah


tersebut, dan ada 3 metode yang dapat
digunakan yaitu:
1. Metode Deduktif
2. Metode Induktif
3. Gabungan Metode Deduktif dan
Induktif

Jens pp 55
Martensson
Metode Deduktif, merupakan upaya
menjawab masalah dari hal-hal umum,
general dan universal menuju hal yang
khusus.
Metode Induktif yaitu upaya
menemukan jawab dari persoalan
khusus, kecil, terbatas menuju hal-hal
yang umum
Gabungan Metode Deduktif dan
Induktif
Jens pp 66
Martensson
Metode ?

Metode yang dimaksud pada penjelasan


sebelumnya merupakan penjabaran konsep
berfikir epistemologis dalam upaya
menjawab pertanyaan yang diajukan

Caption
Caption Lorem
Lorem Ipsum
Ipsum

Jens pp 77
Martensson
Perbedaan Pilihan Metode Dalam Ilmu

Pengetahuan Alam Pengetahuan Sosial

► Metode Penelitian yang Bidang ilmu social sendiri tidak bisa


berkembang dalam bidang Alam berlaku dimana saja, seperti teori

VS.
dapat digunakan dimana saja, social di negara maju tidak selalu
seperti sebuah dalil Fisika teori tepat digunakan untuk mengatasi
gravitasi. masalah social di negara berkembang
dengan masalah yang berbeda

Jens pp 88
Martensson
Meskipun ada perbedaan namun setiap
bidang ilmu memiliki kesamaan metode
keilmuan yaitu kerangka berfikir
RASIONAL dan EMPIRIS.

Adanya konsep dan landasan teori yang kuat


dan didukung data atau fakta empirislah
kekuatan suatu penelitian ditentukan.

Salah satu prasyarat yang harus diepnuhi


untuk memperoleh pengetahuan baru tersebut
digunakannya asumsi-asumsi yang tepat

Jens pp 99
Martensson
Asumsi Dasar dan Kebenaran

Suriasumantri menyatakan bahwa ada tiga


asumsi dasar agar pengethuan baru yang
dihasilkan diakui kebenarannya, yaitu:
1. Bahwa objek terntu memiliki keserupaan
satu sama lain
2. Bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu
Caption
Caption Lorem
Lorem Ipsum
Ipsum
3. Bahwa tipa gejala merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan.

Jens pp 10
10
Martensson
Asumsi pertama berkaitan dengan metode
keilmuan yang paling sederhana, yaitu
penerapan konsep klasifikasi
Asums kedua berkaitan dengan konsep
kelestarian yang bersifat relative,artinya
suatu benda akan berubah dalam jangka
waktu singkat dan ada yang berubah dalam
waktu tertentu
Asumsi ketiga berkaitan dengan konsep
determinisme artinya setiap gejala memiliki
pola tertentu yang bersifat tetap dengan
Caption
Caption Lorem
Lorem Ipsum
Ipsum urutan kejadian yang sama.
Asumsi ini dilandasi oleh fakta-fakta awal
dalam sebuah rangkaian penelitian, dan
jawaban awal yang dilandasi oleh pemaham
peneliti sebelum penelitian. Jens pp 11
11
Martensson
SARANA BERFIKIR ILMIAH

Sarana berfikir diperlukan dalam


melakukan kegiatan ilmiah, tanpa hal
ini penelitian yang baik tak dapat
dilakukan.

Pada dasarnya sarana ilmiah


merupakan alat yang dapat membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langka
yang harus ditempuhnya

Jens pp 12
12
Martensson
Penalaran ilmiah sebagai sarana
berfikir

Setiap jalur ilmu membutuhkan sarana


berfikir ilmiah, bila kita sekedar
meneliti sebuah kasus, tentu tidak akan
menggunakan sarana berfikir deduktif
melainkan induktif yang tidak murni
karena yang dipentingkan dalam
penelitian kasus bukanlah generalisasi
melainkan menangkap gejala apa
adanya.

Jens pp 13
13
Martensson
Lalu,apa hubungan filsafat ilmu
dan metodologi penelitian ?

Keterkaitan antara keduanya tidak


terbantakan, filsafat ilmu jelas merupakan
dasar keilmuan yang banyak dijadikan
fondasi metode penelitian.
Menurut bahtiar, filsafat ilmu merupakan
kajian secara mendalam tentang dasar-dasar
ilmu, dan ilmu tidak akan lepas dari sebuah
Caption
Caption Lorem
Lorem Ipsum
Ipsum metode penelitian.

Jens pp 14
14
Martensson
Paradigma Pengembangan Ilmu

Paradigma merupakan kerangka berfikir


ilmiah dan ilmu membutuhkan kerangka
berfikir yang tajam, juga metode penelitian
juga membutuhkan paradigm berfikir agar
tidak tumpeng tindih satu sama lain.
Muslih menambhkan bahwa dalam proses
keilmuan paradigm memegang peranan yang
Caption
Caption Lorem
Lorem Ipsum
Ipsum penting dan berfungsi memberikan kerangka,
mengarahkan, bahkan menguji konsistensi
dari proses keilmuan.

Jens pp 15
15
Martensson
MACAM-
MACAM
PARADIGMA

Jens pp 16
16
Martensson
POSITIVISME

Positivisme merupakan paradigm ilmu


pengetahuan yang paling awal muncul dalam
dunia ilmu pengetahuan, yang menyatakan
bahwa realitas ada dalam kenyataan yang
berjalan sesuai dengan hokum alam
Paradigma positivisme telah menjadi pegangan
para ilmuwan untuk mengungkapkan
kebenaran realitas

Jens pp 17
17
Martensson
Post Positivisme

Paradigma ini merupakan aliran yang ingin


memperbaiki kelemahan-kelemahan positivism
yang hanya mengadalkan kemampuan
pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti.
Hal ini mengkritik positivisme yang melihat
bahwa realitas memang ada dalam kenyataan
sesiao dengan alam tetapi satu hal yang
mustahil bila suati realitas dapat dilihat secara
benar oleh manusia (peneliti)

Jens pp 18
18
Martensson
Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan paradigm yang


menyatakan positivisme dan postpositivisme
merupakan paham yang keliru dalam
mengungkap realitas dunia.

Paradigma ini menyatakan bahwa realitas


bersifat social dan karena itu menumbuhkan
bangunan teori atas realitas majemuk dari
masyarakatnya, dan suatu realitas tidak dapat
dijelaskan scara tuntas oleh ilmu pengetahuan

Jens pp 19
19
Martensson
Post Positivisme

Paradigma ini merupakan aliran yang ingin


memperbaiki kelemahan-kelemahan positivism
yang hanya mengadalkan kemampuan
pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti.
Hal ini mengkritik positivisme yang melihat
bahwa realitas memang ada dalam kenyataan
sesiao dengan alam tetapi satu hal yang
mustahil bila suati realitas dapat dilihat secara
benar oleh manusia (peneliti)

Jens pp 20
20
Martensson
Critical Theory

Aliran ini lebih tepat disebut wacana atau cara


pandang atau dalam Bahasa inggrisnya
Idelogically Oriented Inquiry.
Hal ini menjelaskan bahwa realitas mempunyai
orientasi ideologis terhadap paham-paham
tertentu.

Jens pp 21
21
Martensson
Penutup
Bermacam-macam paradigm ilmu memberikan

tantang bagi manusia untuk memilih paradigman

mana yang tepat dalam menghadapi sebuah

fenomena kehidupan, fenomena akan menuntun

kesadaran pencari kebenaran agar memperoleh

pola-pola berfikir yang tepat. Jens pp 22


22
Martensson
SEKIA
N
TERIM
A
KASIH

Anda mungkin juga menyukai