Anda di halaman 1dari 18

PERTEMUAN - 3

SIFAT-SIFAT MATERIAL

MATA KULIAH
MATERIAL TEKNIK PRODI: TEKNIK INDUSTRI
(Materials Engineering ) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2 sks
Sirmas Munte, ST, MT
MATERIAL TEKNIK (MATERIALS ENGINEERING)

SIFAT-SIFAT MATERIAL

• Sifat listrik (daya hantar atau conductivity).


• Sifat kimia (segregasi, ketahanan korosi).
• Sifat fisik (massa jenis, struktur).
• Sifat teknologi (mampu mesin, mampu
keras).
• Sifat magnetik (permeabilitas, histeresis).
• Sifat thermal (panas jenis pemuaian,
konduktifitas).
• Sifat mekanik (kekuatan, kekerasan, nilai
impak, dll).
SECARA GARIS BESAR SIFAT-SIFAT MATERIAL YANG MENJADI
DASAR DALAM PEMILIHAN MATERIAL ADALAH:

1. SIFAT MEKANIK, yaitu merupakan respon atau peralaku


material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat
berupa gaya, torsi atau penggabungan keduanya.

2. SIFAT FISIK, yaitu merupakan sifat-sifat struktur


material yang bukan disebabkan oleh pembebanan
seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan
pengaruh arus listrik. Sifat fisik material diantaranya:
temperatur cair, konduktivitas panas dan panas
spesifik.

3. SIFAT TEKNOLOGI, yaitu merupakan kemampuan


material untuk dibentuk atau diproses.
SIFAT MEKANIK MATERIAL

Pembebanan pada material terbagi 2, yaitu BEBAN


STATIK, yakni pembebanan yang tidak dipengaruhi
oleh fungsi waktu dan BEBAN DINAMIK, yakni
pembebanan yang dipengaruhi oleh fungsi waktu.

Pembebanan STATIK terbagi 3, yaitu BEBAN TARIK


(Tension), BEBAN DESAK (Compression) dan BEBAN
GESER (Shear).

DALAM PENGGUNAAN MATERIAL, SIFAT MEKANIK


MATERIAL PERLU DIKETAHUI AGAR DEFORMASI YANG
TERJADI TIDAK BERLEBIHAN DAN TIDAK TERJADI
KERUSAKAN DAN PATAH.
SIFAT-SIFAT MEKANIK MATERIAL YANG PERLU DIKETAHUI:

1. Kekuatan (Strength), ukuran besar gaya yang


dibutuhkan untuk mematahkan atau merusak
material.

Kekuatan material terbagi 2 jenis, yaitu:


• Kekuatan Luluh (Yield Strength = YS), yakni
kekuatan material terhadap deformasi awal.
• Kekuatan Tarik (Tensile Strength = TS), yakni
kekuatan maksimum material dapat menahan
beban.

Untuk mengetahui kekuatan material, maka dilakukan


uji pembebanan statik, yaitu Uji Tarik (Tension), Uji
Desak (Compression) dan Uji Geser (Shear)
2. Elastisitas (Elastic Deformation), yaitu kemampuan
material untuk kembali ke bentuk semula ketika
gaya yang diberikan dihilangkan.

Pada material elastis, hubungan tegangan dan


regangan bersifat berbanding lurus (proporsional),
yang disebut deformasi elastis.

Pada deformasi elastis berlaku hukum Hooke, yaitu:

dimana: E = modulus elastisitas


3. Keuletan (Ductility), yaitu derajat deformasi plastis
hingga terjadinya patah. Lawan dari sifat ulet adalah
sifat getas (brittle).
Keuletan suatu material dinyatakan dalam persentase
elongasi dan persentase reduksi area.

Rumus persentase elongasi, yaitu:

dimana, lt adalah panjang benda uji (spesimen) ketika terjadi


patah dan l0 adalah panjang awal spesimen.

Rumus persentase reduksi area, yaitu:

dimana, A0 adalah luas penampang spesimen mula-mula dan Af


adalah luas penampang spesimen ketika terjadi patah.
4. Ketangguhan (Toughness), yaitu ukuran kemampuan
material menyerap energi sampai terjadi patah. Untuk
mengetahui nilai ketangguhan material dilakukan
pengujian impak (impact testing) dengan memberikan
takikan (notch) sebagai tempat dimana konsentrasi
tegangan terjadi.

Ada 2 jenis pengujian impak, yaitu:


• Charpy, yakni jenis pengujian impak dengan
posisi benda uji horizontal dan kedua ujung
benda uji diberikan tahanan dan pada
tengah benda uji dilakukan impak.

• Izod, yakni jenis pengujian impak dengan


posisi benda uji vertikal dan sekeliling benda
uji diberikan tahanan dan pada ujung atas
benda uji dilakukan impak.
5. Kekerasan (Hardness)
Nilai kekerasan material dapat diukur melalui uji
kekerasan, yaitu dengan melakukan penekanan
menggunakan alat penekan (indentor) hingga
membentuk cekungan. Kedalaman cekungan
menunjukkan nilai kekerasan material.

Terdapat 4 jenis pengujian kekerasan, yaitu Brinell,


Vickers, Knoop dan Rockwell. Berikut tabel pengujian
kekerasan beserta jenis indentor, beban dan rumus:
6. Mulur (Creep), yaitu deformasi plastis yang terjadi
sangat lambat ketika terjadi pembebanan.
Sifat mulur material dinyatakan dalam bentuk grafik
regangan terhadap waktu, sebagaimana kurva mulur
berikut:
7. Kelelahan (Fatique), yaitu kemampuan material
terhadap beban putaran.
Hasil uji kelelahan merupakan grafik logaritma antara
aamplitudo tegangan (S) dengan jumlah putaran yang
dialami material uji (N), biasa disebut kurva S-N, yakni:
KURVA S-N UNTUK MATERIAL DENGAN NILAI TEGANGAN
DIMANA TERJADI PATAH KARENA KELELAHAN
(FATIQUE LIMIT = ENDURANCE LIMIT)
SISTEM PEMADUAN

SISTEM PEMADUAN ADALAH SISTEM YANG TERDIRI DARI SEMUA


PADUAN YANG DAPAT TERBENTUK DARI BEBERAPA UNSUR
DENGAN SEGALA MACAM KOMPOSISI YANG MEMUNGKINKAN
DAPAT DIBUAT.

PADUAN DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN STRUKTURNYA.


SISTEM PEMADUAN DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN DIAGRAM
KESETIMBANGANNYA (DIAGRAM FASENYA).

FASE (PHASE) ADALAH BAGIAN DARI MATERIAL, KOMPOSISI


KIMIA DAN STRUKTURNYA DAPAT DIBEDAKAN SECARA FISIK
DAN DAPAT DIPISAHKAN SECARA MEKANIK DARI BAGIAN LAIN
MATERIAL ITU.

SUATU FASE DAPAT DIBEDAKAN DARI FASE LAINNYA DENGAN


MELIHAT KEADAAN FISIKNYA. ADA FASE GAS, CAIR DAN PADAT
PADA PADUAN DALAM KEADAAN PADAT, ADA 3 KEMUNGKINAN MACAM
FASE, YAITU:
1. LOGAM MURNI, pada kondisi setimbang (equilibrium), logam
murni akan mengalami perubahan fase: dari padat ke cair
pada termperatur tertentu, dinamakan titik cair, perubahan
berlangsung pada temperatur tetap hingga perubahan selesai.

2. SENYAWA (COMPOUND), gabungan dari beberapa unsur dengan


perbandingan tertentu dan tetap. Senyawa mempunyai sifat
dan struktur yang berbeda dari unsur-unsur pembentuknya.
Senyawa juga memiliki titik lebur dan titik beku yang tetap.
Ada 3 senyawa yang sering dijumpai, yaitu:
a. Senyawa intermetalik, terbentuk dari logam yang sifat
kimianya sangat berbeda dan kombinasinya mengikuti
aturan valensi kimia. Ikatan atomnya sangat kuat (inonik,
kovalen). Sifat seperti non-metal, keuletan rendah,
konduktivitas listrik rendah dan struktur kristalnya
kompleks.
Contohnya: CaSe, Mg2Pb, Mg2Sn, Cu2Se
b. Senyawa Interstisi, terbentuk dari logam-logam transisi,
seperti Scandium (Sc), Titanium (Ti), Tantalum (Ta), Wolfram
(W) dan Besi (Fe) dengan H, O, C, Bo (Boron) dan N.
Diameter ke-5 unsur ini sangat kecil, sehingga bisa masuk ke
dalam kisi kristal logam secara interstisi. Senyawa interstisi
bersifat metalik, komposisi bervariasi, titik lebur tinggi dan
sangat keras. Contoh: Fe3C, TIC, TaC, W2C, Fe4N, CrN, TIH.

c. Senyawa Elektron, terbentuk diantara logam-logam Cu, Au,


Ag, Fe dan Ni dengan Cd, Mg, Sn, Zn dan Al. Senyawa ini
sifatnya larutan padat, komposisi bervariasi, keuletan tinggi
dan kekerasan rendah.

3. LARUTAN PADAT (SOLID SOLUTION), Larutan terdiri dari dua


bagian, yaitu: solute (terlarut) sebagai bagian lebih sedikit dan
solvent (pelarut) sebagai bagian yang lebih banyak.
Tiga kemungkinan kondisi larutan, yaitu:
a. Unsaturated (tidak jenuh), jumlah solute yang terlarut
masih dibawah jumlah yang mampu dilarutkan oleh solvent
pada tekanan dan termperatur tertentu.
b. Saturated (jenuh), bila jumlah solute yang terlarut tepat
mencapai batas kelarutannya dalam solvent pada tekanan
dan termperatur tertentu.
c. Supersaturated (super jenuh), bila jumlah solute yang larut
telah melewati batas kelarutannya pada tekanan dan
termperatur tertentu.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai