PROFESI
JAKSA
Kelompok 3
Etika dan Profesi Hukum (H)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Muhammad Arafah Sinjar, M.Hum
ANGGOTA KELOMPOK :
Hanifah Cahya Aldinauri 2010611036
Irischa Aulia Pancarani 2010611097
Pujia Khoirunisa 2010611139
Galvin Julio 2010611225
Inayah Alicia Putri 2010611279
KODE
PERILAKU
JAKSA
Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian norma
penjabaran dari Kode Etik Jaksa, sebagai pedoman
keutamaan dalam mengatur perilaku Jaksa baik
dalam menjalankan tugas profesinya, menjaga
kehormatan dan martabat profesinya, maupun dalam
melakukan hubungan kemasyarakatan di luar
kedinasan.
Kode Perilaku Jaksa menurut Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor Per–014/A/Ja/11/2012 Tentang Kode Perilaku
Jaksa, meliputi:
KEWAJIBAN JAKSA
KEWAJIBAN JAKSA KEPADA
KEPADA INSTITUSI MASYARAKAT
Pasal 4 PERJA tentang Pasal 6 PERJA tentang Kode
Kode Perilaku Jaksa Perilaku Jaksa
INTEGRITAS
DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESI, JAKSA DILARANG:
o Memberikan atau menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan keuntungan pribadi secara langsung
maupun tidak langsung bagi diri sendiri maupun orang lain dengan menggunakan nama atau cara apapun;
o Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam bentuk apapun dari siapapun yang
memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung;
o Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, atau finansial secara langsung
maupun tidak langsung;
o Melakukan permufakatan secara melawan hukum dengan para pihak yang terkait dalam penanganan
perkara;
o Memberikan perintah yang bertentangan dengan norma hukum yang berlaku;
o Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
o Menggunakan kewenangannya untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis;
o Menggunakan barang bukti dan alat bukti yang patut diduga telah direkayasa atau diubah atau dipercaya
telah didapatkan melalui cara-cara yang melanggar hukum;
o Jaksa wajib melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah atau keuntungan dalam bentuk
apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan
tugas Profesi Jaksa.
KEMANDIRIAN
BERTINDAK
DISKRIMINA
TIF
berdasarkan suku, agama, ras, jender,
golongan sosial dan politik dalam MERANGKAP
pelaksanaan tugas profesinya
PROFESI MEMBERIKA
seperti menjadi pengusaha,
pengurus/karyawan Badan Usaha N
Milik Negara/daerah, badan usaha
swasta, pengurus/anggota partai
DUKUNGAN
politik, advokat kepada Capres/Cawapres, DPR,
DPD, DPRD, Calon Kepala/ Wakil
Kepala Daerah dalam kegiatan
pemilihan
DUGAAN
PELANGGARA
N KODE
PERILAKU
JAKSA
DARIMANA
DAPAT
DIPEROLAH
DUGAAN
PELANGGARAN
Dugaan pelanggaran diperoleh dari laporan/pengaduan
?
masyarakat, dari temuan pengawasan melekat (Waskat)
atau dari temuan pengawasan fungsional (Wasnal).
PEMBENTUKAN MAJELIS
KODE PERILAKU (MKP)
pemeriksaan diteruskan Apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan dinyatakan sebagai dugaan
pelanggaran Kode Perilaku Jaksa
MAJELIS KODE PERILAKU (MKP)
Majelis Kode Perilaku adalah wadah yang dibentuk di lingkungan Kejaksaan oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa.
TERDIRI DARI :
SEKRETARI
KETUA S ANGGOTA
merangkap Anggota yaitu pejabat merangkap Anggota yaitu 1 (satu) dari unsur Persatuan Jaksa
yang berwenang membentuk MKP orang pejabat struktural di lingkungan Indonesia (“PJI”)
atau pejabat yang ditunjuk unit kerja yang bersangkutan
Dengan ketentuan semuanya berstatus Jaksa yang jenjang kepangkatannya tidak lebih
rendah dari Jaksa yang akan diperiksa
PROSES PEMERIKSAAN
01 02 03 04
A B
TINDAKAN
ADMINISTRATIF
TERDIRI DARI :
pembebasan dari tugas-tugas Jaksa, paling pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain,
singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama (1) paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
satu tahun 2 (dua) tahun
CONTO
H
KASUS
DUGAAN
Pada 14 Oktober 2020, Indonesia Corruption Watch PELANGGARAN
1 (ICW) melaporkan 3 (tiga) orang jaksa penyidik
perkara Pinangki Sirna Malasari ke Komisi
Kejaksaan karena diduga melakukan pelanggaran kode
etik saat menyidik perkara tersebut. Ketiga, Terlapor (jaksa) juga tidak
mendalami peran-peran pihak yang
3
Agung, penyidik hanya mendasarkan bukti atau
keterangan dari Pinangki.
ANALISA KASUS
Berdasarkan kejanggalan yang ada, ketiga Jaksa Penyidik ini melanggar kewajiban-kewajibannya dalam Pasal 3-5
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor Per-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa.
Baik dalam hal kewajiban kepada Negara, yaitu tidak melaporkan dengan segera kepada pimpinannya apabila mengetahui
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara.
Selanjutnya kewajiban kepada Institusi,yaitu tidak menerapkan Doktrin Tri Krama Adhyaksa maupun menjunjung tinggi
sumpah dan/atau janji jabatan Jaksa.
Dan melanggar kewajiban kepada Profesi Jaksa, yaitu dengan tidak menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi
dalam hal integritas, profesional, mandiri, jujur dan adil, serta tidak menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat
memberikan petunjuk kepada Penyidik.
Seorang jaksa seharusnya memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan
hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien, konsisten, transparan dan menghindari
terjadinya benturan kepentingan dengan tugas bidang lain. Sebaliknya ketiga jaksa ini tidak melakukan tugasnya
tanpa menerapkan hal-hal tersebut.
Melalui kasus ini kemungkinan yang mungkin terjadi adalah, menurunnya citra Jaksa penyidik profesional di mata
masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh merosotnya profesionalisme di kalangan para Jaksa, baik level pimpinan
maupun bawahan yang tercermin dari praktik-praktik penyidikan yang tampak tidak sesuai dengan Kode Preilaku
Jaksa.
TERIMA
KASIH
ADA PERTANYAAN?