Anda di halaman 1dari 17

Materi EPH 4 A

PROFESI JAKSA

A. Jaksa
B. Dasar Hukum Jabatan Jaksa
C. Syarat-syarat menjadi jaksa
D. Tugas dan wewenang
E. Larangan Bagi jaksa
F. Kode Prilaku Jaksa

A. JAKSA
Menurut KUHAP, Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Jadi jaksa sebagai penuntut
umum berwenang untuk melakukan penunutan dan melsanakan
penetapan hakim.
Merujuk pada Undang-Undang No.16 tahun 2004 yang mengganti
Undang-Undang No.5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan RI. Kejaksaan sebagai
salah satu lembaga penegak hukum dituntut lebih berperan dalam
pengakan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum,penegakan
hak asasi maunisa serta pemberantasn Korupsi, Kolosi dan Nepotesme
(KKN)
Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No.5 Tahun 1991. Yang telah diubah dengaan UU No.16
Tahun 2004 Didefinisikan : Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang.

1
B.DASAR HUKUM JABATAN JAKSA
Keberadaan Jaksa menurut Undang-Undang tidak saja ditur dalam Undang-
Undang No.16 Tahun 2004 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI,
tetapi disebutkan di berbagai Undang-Undang terutama yang berkaitan dengan
tugas dan wewenangnya. Beberapa perundangan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.15 Tahun 1961, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kejaksaan RI,
2. Undang-Undang No.5 Tahun 1991,tentang perubahan Undang-Undang
No.15 Tahun 1961;
3. Undang-Undang No.16 Tahun 2004, tentang Kejaksaan
4. Undang-Undang No.11 Tahun 2021 Perubahan UU 16 Tahun 2004
5. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
6. Undang-Undang No.48 Tahun 2009, tentang Kekuasanan Kehakiman;

C.SYARAT-SYARAT MENJADI JAKSA


Dalam Pasal 9 UU No.5 Tahun 1991 disebutkan, bahwa syarat-syarat untuk
dapat diangkat menjadi jaksa adalah:

a. warganegara Indonesia;
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung atau tidak
langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G. 30. S/PKI" atau organisasi
teriarang lainnya;
e. pegawai negeri;
f. sarjana hukum;
g. berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun;
h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;

2
i. lulus pendidikan dan latihan pembentukan jaksa .

Jaksa adalah sebuah profesi hukum dan sekaligus penegak hukum.


Karena Jaksa merupakan sebuah profesi hukum, maka tentulah memiliki kode
etik profesi atau kode perilaku. Dalam pengertian formal disebutkan, bahwa
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dalam pelaksana putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.

Sama halnya dengan profesi hukum lainnya seperti hakim,


advokad/pengacara atau notaris, Jaksa dalam menjalankan profesinya memiliki
kode etik profesi yang dalam institusi kejaksaan dikenal dengan istilah Kode
Perilaku Jaksa disamping adanya Standar Minimum Profesi Jaksa. ada
kewajiban Jaksa

D. TUGAS DAN WEWENANG


. Tugas dan wewenang Jaksa tu dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

➢ BIDANG PIDANA
Dalam bidang pidana kejaksaan mempunyai wewenang tugas dan
weweang:
a. Melakukan penunutan;
b. Melaksanakan penetapam hakim dan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusn pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat;
d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tetentu berdasarkan undang-
undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pmeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dngan penyidik

3
➢ BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGAA
Di bidang prdata dan Tata Usaha Negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapaat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dn atas nama negara atau
pemerintah
Terkait dengan kewajiban jakasa, pada garis besarnya ada 2 (dua),
Kewajiban Jaksa kepada profei jaksa dan kewajiban Jaksa kepada masyarakat;
1.Kewajiban Jaksa kepada profei Jaksa:
2.Kewajiban Jaksa kepada masyarakat

➢ Kewajiban Jaksa kepada Profesi Jaksa:


a. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan
adil;

b. mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai kepentingan


pribadi atau keluarga;

c. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan kedinasan;

d. meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi, serta mengikuti


perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup nasional dan
internasional;

e. menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan petunjuk kepada


Penyidik;

f. menyimpan dan memegang rahasia profesi, terutama terhadap


tersangka/terdakwa yang masih anak-anak dan korban tindak pidana
kesusilaan kecuali penyampaian informasi kepada media,
tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat hukum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

g. memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan informasi dan jaminan


atas haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan hak asasi
manusia; dan

4
h. memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum,
penegakan hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif,
efisien, konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan
kepentingan dengan tugas bidang lain.

➢ Kewajiban Jaksa kepada masyarakat


a. memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi supremasi hukum
dan hak asasi manusia; dan

b. menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam


masyarakat

E. LARANGAN BAGI JAKSA


Pengertian dalam konteks ini maksudnya adalah sesuatu hal yang tidak boleh
dilakukan oleh Jaksa sebagai pejabat fungsional dalm melksanakan tugas profesinya
baik ng dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja, dan apabila dilanggar dikenakan
tindakan administratif.Pengaturan larangan seperi ini termaktub dalam Pasal 1 angka
6 Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012, tentang Kode Prilaku
Jaksa.
Dalam Undang-Undang Kejaksaan, Jaksa dilarang merangkap menjadi :
a. Pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik negara/daerah, atau
badan usaha daerah;
b. Advokat;

F. KODE ETIK PRILAKU JAKSA

Jaksa adalah sebuah profesi hukum dan sekaligus penegak hukum. Karena
Jaksa merupakan sebuah profesi hukum, maka tentulah memiliki kode etik
profesi atau kode perilaku. Dalam pengertian formal disebutkan, bahwa Jaksa
adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dalam pelaksana putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.

Sama halnya dengan profesi hukum lainnya seperti hakim,


advokad/pengacara atau notaris, Jaksa dalam menjalankan profesinya memiliki

5
kode etik profesi yang dalam institusi kejaksaan dikenal dengan istilah Kode
Perilaku Jaksa disamping adanya Standar Minimum Profesi Jaksa.

Dalam Kode Etik Profesi Jaksa itu atau dalam istilah lainnya Kode Perilaku
Jaksa itu dimuat apa yang menjadi kewajiban dan larangan bagi seorang Jaksa
dalam menjalankan fungsinya. Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor: PER-067/A/JA/07/2007, kewajiban dan larangan bagi seorang
Jaksa adalah sebagai berikut:

Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajib:

1. mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan peraturan


kedinasan yang berlaku;
2. menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan;
3. mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai
keadilan dan kebenaran;
4. bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini publik
secara langsung atau tidak langsung;
5. bertindak secara obyektif dan tidak memihak;
6. memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
tersangka /terdakwa maupun korban;

. 7. membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak


hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu;

8 .mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan


pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau
finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak
langsung;

1. menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya


dirahasiakan;

6
2. menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan
sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan
instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara universal;
4. menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
5. bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan;
6. bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

Sementara itu dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa dilarang:

1. menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi


dan/atau pihak lain;
2. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
3.menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara
fisik dan/atau psikis;

. 4. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang


keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan
sehubungan dengan jabatannya;

5. menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga,


mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai
ekonomis secara langsung atau tidak langsung;
6. bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;
7. membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penegakan
hukum;
8. memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis
perkara yang ditangani.

7
Dalam peraturan Jaksa Agung Nomor: PER-067/A/JA/07/2007itu juga
diatur mengenai penegakan kode perilaku jaksa dan tindakan admnistratif
terhadap Jaksa yang tidak melaksanakan kewajiban dan atau melanggar
larangan, demikian juga tata caranya sudah diatur dalam Peraturan Jaksa
Agung tersebut (Dh-1)

Peraturan Jaksa Agung Nomor: PER-067/A/JA/07/2007, tersebut telah diubah


dengan Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012. Kode Etik Jaksa
atau Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian norma penjabaran dari Kode Etik
Jaksa, sebagai pedoman keutamaan mengatur perilaku Jaksa baik dalam
menjalankan tugas profesinya, menjaga kehormatan dan martabat profesinya,
maupun dalam melakukan hubungan kemasyarakatan di luar kedinasan.
Pengertian sebagaimana dimaksud tertuang dalam Peraturan Jaksa Agung RI,
No PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Etik Jaksa. Peraturan tersebut terdiri 6
(enam) bab, 31 Pasal, Bab I Ketentuan Umum, Bab II Prilaku Jaksa, Bab III,
Tindakan Administratiff, Bab IV Tata Cara Pemeriksaan Dan Penjatuhan
Tindakan Administratif, Bab V Ketentuan Lain dan Bab VI Ketentuan Penutup.
Terkait dengan Kode Perilaku Jaksa, seperti yang dituangkan dalam
Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012, ada 5 (lima) hal yang
harus dipenuhi oleh Jaksa, meliputi:
1. Kewajiban Jaksa;
2. Integritas
3. Kemandirian;
4. Ketidakberpihakan, dan
5. Perlindungan
Tentang kewajiban Jaksa telah diuraikan di atas, oleh karena itu, pada kali ini
yang akan dijelaskan 4 (empat) hal, meliputi Integritas, Kemandirian;
Ketidakberpihakan, dan Perlindungan

Pertama, Integritas

8
Jaksa, adalah unsur penegak hukum yang memiliki tanggung jawab
menegakkan wibawa hukum, menegakkan keadilan. Merekalah yang harus
berepran sebagai panutan masyarakat.. Suburnya mafia peradilan berpangkal
rendahnya integritas penegak hukum. Integriatas yang hancur tampak pada
penegak hukum yamg melakukan pemerasan. Penegak hukum yang terlibat
kasus suap. Inilah wajah peradilan sekarang. Padahal penegak hukum sejak
awal mempunyai semboyan universal integrity is not negoitable, integritas tidak
menganal kompromi. Pola ketegasan seperti inilah yang harus dijunjung tinggi
oleh penegak hukum dalam konteks ini Jaksa yang berintegritas.
Dalam kaitannya dengan intergritas, telah dirumuskan dalam Bab II Bagian
Kedua Integritas, melalui Pasal 7 Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-
014/A/JA/11/2012 tentang Kode Etik Jaksa, secara tekstual berbunyi
(1) Dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa dilarang:
a. memberikan atau menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan
keuntungan pribadi secara langsung maupun tidak langsung bagi diri
sendiri maupun orang lain dengan menggunakan nama atau cara
apapun;

b. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam


bentuk apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik
langsung maupun tidak langsung;

c. menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau


keluarga, atau finansial secara langsung maupun tidak langsung;

d. melakukan permufakatan secara melawan hukum dengan para pihak


yang terkait dalam penanganan perkara;

e. memberikan perintah yang bertentangan dengan norma hukum yang


berlaku;

f. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;

g. menggunakan kewenangannya untuk melakukan penekanan secara


fisik dan/atau psikis; dan

9
h. menggunakan barang bukti dan alat bukti yang patut diduga telah
direkayasa atau diubah atau dipercaya telah didapatkan melalui
cara-cara yang melanggar hukum;

Kedua, Kemandirian;
Dalam Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode
Etik Jaksa disebutkan bahwa Jaksa melaksanakan tugas, fungsi dan
kewenangannya seperti dicantumkan dalam Pasal 8 ayat (1):
a. secara mandiri terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun
pengaruh kekuasaan lainnya; dan
b. tidak terpengaruh oleh kepentingan individu maupun kepentingan kelompok
serta tekanan publik maupun media.
Norma ini menunjukkan ketegasan bahwa dalam menjalankan profesinya,
Jaksa ajib mandiri atau independen, tidak dapat ditekan oleh siapa pun dan
dalam keadaan apa pun. Seorang Jaksa hanya tunduk pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berrlaku;
Independensi oleh kejaksaan sangat dibutuhkan dalam upayapenegakan
hukum yang berintegritas dan mengembalikan kepercayaan publik tehadap
buruknya sistem penegakan hukum di Indoensia saat ini. Independensi sendiri
mengandung arti kebebasan, kemandirian, kemerdekaan atau tidak berada di
bawah kendali dari lembaga lain. Kejaksaan sebagai aparat penegak hukum
yang masuk kepada kekuuasaan kehakiman harus merdeka dan mandiri dalam
melaksanakan setiap proses penegakan hukum di kekusaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman sendiri harus diperluas bukan hanya menyangkut di
badan peradilan namun disetiap elemen dari proses penegakan hukum mulai
dari penidikan, penuntutan, pengadilan dan pelaksanaan pidana. Oleh karena
itu dalam menjalankannya kekuuasaan kehakiman harusn bersifat independen
dan integral.
Kejaksaan sebagai institusi dan Jaksa sebagai profesi pengak hukum
senantiasa dituntut untuk mandiri dan netral.

Ketiga Ketidakberpihakan

10
Ketidak berpihakan yang dimaksud adalah bahwa dalam melaksanakan
tugas profesi Jaksa dilarang :
a. bertindak diskriminatif berdasarkan suku, agama, ras, jender, golongan
sosial dan politik dalam pelaksanaan tugas profesinya;

b. merangkap menjadi pengusaha, pengurus/karyawan Badan Usaha Milik


Negara/daerah, badan usaha swasta, pengurus/anggota partai politik,
advokat; dan/atau

c. memberikan dukungan kepada Calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan


Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam kegiatan
pemilihan.

Ketentuan tentang Ketidakberpihakan tersebut di atas diatur dalam Pasal 9


Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012
Keempat, Perlindungan
Dalam melaksankan tugas profesi Jaksa mendapatkan perlindungan dari
tindakan seweanang-wenang. Ketentuan seperti ini regulasinya ditegaskkan
dalam Pasal 10 Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012, yang
rinciannya dicantumkam dalam Pasal 11, sebagai berikut :

Jaksa dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa berhak:


a. melaksanakan fungsi Jaksa tanpa intimidasi, gangguan dan pelecehan;
b. mendapatkan perlindungan hukum untuk tidak dipersalahkan sebagai akibat
dari pelaksanaan tugas dan fungsi Jaksa yang dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
c. mendapatkan perlindungan secara fisik, termasuk keluarganya, oleh pihak
yang berwenang jika keamanan pribadi terancam sebagai akibat dari
pelaksanaan tugas dan fungsi Jaksa yang dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;

d. mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun nonteknis;


e. mendapatkan sarana yang layak dalam menjalankan tugas, remunerasi, gaji
serta penghasilan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku;

f. mendapatkan kenaikan pangkat, jabatan dan/atau promosi berdasarkan


parameter obyektif, kualifikasi profesional, kemampuan, integritas, kinerja

11
dan pengalaman, serta diputuskan sesuai dengan prosedur yang adil dan
tidak memihak;

g. memiliki kebebasan berpendapat dan berekspresi, kecuali dengan tujuan


membentuk opini publik yang dapat merugikan penegakan hukum; dan

h. mendapatkan proses pemeriksaan yang cepat, adil dan evaluasi serta


keputusan yang obyektif berdasarkan peraturan yang berlaku dalam hal
Jaksa melakukan tindakan indisipliner.

DISKUSI EPH 4 A
1. Apa itu jaksa ?
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
berdasarkan undang-undang.
2. Kapan putusan pidana telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Jika setelah 7 hari dari dibacakan ptusan terdkwa tidak banding, atua stelah 7
hari sejk dibritahukan putusan disaat tedakwa tidak hadir di persidangan
3. Apa dsar hukum jabatan jaksa
1.Undang-Undang No.15 Tahun 1961, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kejaksaan RI,
2.Undang-Undang No.5 Tahun 1991,tentang perubahan Undang-Undang
No.15 Tahun 1961;
3.Undang-Undang No.16 Tahun 2004, tentang Kejaksaan
4.Undang-Undang No.11 Tahun 2021 Perubahan UU 16 Tahun 2004
5. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
6. Undang-Undang No.48 Tahun 2009, tentang Kekuasanan Kehakiman;

4. Apa syarat-syarat menjadi jaksa


Dalam Pasal 9 UU No.5 Tahun 1991 disebutkan, bahwa syarat-syarat untuk dapat
diangkat menjadi jaksa adalah:
a. warganegara Indonesia;
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

12
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung atau tidak
langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G. 30. S/PKI" atau organisasi teriarang
lainnya;
e. pegawai negeri;
f. sarjana hukum;
g. berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun;
h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
i. lulus pendidikan dan latihan pembentukan jaksa .

5.Apa saja tugas dan wewenang jaksa


➢ BIDANG PIDANA
Dalam bidang pidana kejaksaan mempunyai wewenang tugas dan
weweang:
f. Melakukan penunutan;
g. Melaksanakan penetapam hakim dan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap;
h. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusn pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat;
i. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tetentu berdasarkan undang-
undang;
j. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pmeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dngan penyidik

➢ BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGAA


Di bidang prdata dan Tata Usaha Negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapaat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dn atas nama negara atau
pemerintah

13
Terkait dengan kewajiban jakasa, pada garis besarnya ada 2 (dua),
Kewajiban Jaksa kepada profei jaksa dan kewajiban Jaksa kepada masyarakat;
1.Kewajiban Jaksa kepada profei Jaksa:
2.Kewajiban Jaksa kepada masyarakat

➢ Kewajiban Jaksa kepada Profesi Jaksa:


c. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur dan
adil;

b. mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai kepentingan


pribadi atau keluarga;

c. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan kedinasan;

d. meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi, serta mengikuti


perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup nasional dan
internasional;

e. menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan petunjuk kepada


Penyidik;

f. menyimpan dan memegang rahasia profesi, terutama terhadap


tersangka/terdakwa yang masih anak-anak dan korban tindak pidana
kesusilaan kecuali penyampaian informasi kepada media,
tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat hukum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

g. memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan informasi dan jaminan


atas haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan hak asasi
manusia; dan

h. memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum,


penegakan hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil, efektif,
efisien, konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan
kepentingan dengan tugas bidang lain.

14
6.Apa larangan bagi jaksa

Pengertian dalam konteks ini maksudnya adalah sesuatu hal yang tidak boleh
dilakukan oleh Jaksa sebagai pejabat fungsional dalm melksanakan tugas profesinya
baik ng dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja, dan apabila dilanggar dikenakan
tindakan administratif.Pengaturan larangan seperi ini termaktub dalam Pasal 1 angka
6 Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012, tentang Kode Prilaku
Jaksa.
Dalam Undang-Undang Kejaksaan, Jaksa dilarang merangkap menjadi :
c. Pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik negara/daerah, atau
badan usaha daerah;
d. Advokat;

7. Ditur dimanakah Kode Etik Jaksa


Dalam Peraturan Jaksa Agung RI, No PER-014/A/JA/11/2012

8. Kode etik isinya adalah kewajiban, larangan dan sanksi


a).Apa kewjaban jaksa
➢ Kewajiban Jaksa kepada Profesi Jaksa:
a. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya dengan integritas,
profesional, mandiri, jujur dan adil;

b. mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai


kepentingan pribadi atau keluarga;

c. mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan


kedinasan;

d. meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi, serta


mengikuti perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup
nasional dan internasional;

e. menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan


petunjuk kepada Penyidik;

15
f. menyimpan dan memegang rahasia profesi, terutama terhadap
tersangka/terdakwa yang masih anak-anak dan korban tindak pidana
kesusilaan kecuali penyampaian informasi kepada media,
tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

g. memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan informasi dan


jaminan atas haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan hak asasi manusia; dan

h. memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan


hukum, penegakan hukum atau tindakan hukum lain secara
profesional, adil, efektif, efisien, konsisten, transparan dan
menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan tugas bidang
lain.

b)..Apa larangn bagi jaksa


Dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa dilarang:
a. memberikan atau menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan
keuntungan pribadi secara langsung maupun tidak langsung bagi diri
sendiri maupun orang lain dengan menggunakan nama atau cara
apapun;

b. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam


bentuk apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik
langsung maupun tidak langsung;

c. menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau


keluarga, atau finansial secara langsung maupun tidak langsung;

d. melakukan permufakatan secara melawan hukum dengan para pihak


yang terkait dalam penanganan perkara;

e. memberikan perintah yang bertentangan dengan norma hukum yang


berlaku;

f. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;

g. menggunakan kewenangannya untuk melakukan penekanan secara


fisik dan/atau psikis; dan

16
h. menggunakan barang bukti dan alat bukti yang patut diduga telah
direkayasa atau diubah atau dipercaya telah didapatkan melalui
cara-cara yang melanggar hukum;

9. Apa sanksi teerhadap pelanggaran etik yang dilakukan jaksa

1. Sanksi dministratif atas pelanggaran ringan


2. Sanksi pembrhentian atas pelanggaran berat (Pasl 13 UU 16 /2004

17

Anda mungkin juga menyukai