Anda di halaman 1dari 56

BAB 3

KEDAULATAN
KESATUAN
NEGARA
REPUBLIK
INDONESIA
Kelompok 2
Nama Anggota Kelompok
2
1 Anindya Bella L.P 9A/03 5 Natasha Michelle A.D 9A/25

2 Aurora Saila R.A 9A/04 6 Pasha Fitriana Dewi 9A/27

Queen’na Ayu R.A 9A/28


3 Az-Zahra Aulia M.H 9A/05 7

4 Muhammad Rosyiid I.S 9A/24 8 Vania Artalitha 9A/31


A HAKIKAT DAN TEORI
. KEDAULATAN

PENGERTIAN KEDAULATAN

Kedaulatan berasal dari bahasa Arab yaitu “DAULAH” yang


artinya kekuasaan tertinggi.

Kedaulatan adalah :
Kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia sehingga
negara dapat menentukan kehidupan bangsa dan negaranya
tanpa ada campur tangan/tekanan dari bangsa lain.
SIFAT-SIFAT DAN
BENTUK
KEDAULATAN SIFAT-SIFAT KEDAULATAN

1. Asli, artinya kekuasaan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi
2. Permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada sepanjang negara tetap berdiri walaupun pemerintah sudah berganti
3. Tunggal, artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya dalam negara dan tidak dibagikan kepada badan-badan
lain
4. Tidak terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain

BENTUK-BENTUK KEDAULATAN
5. Kedaulatan ke dalam
artinya : bangsa yang merdeka memiliki kekuasaan untuk menyusun dan mengatur
organisasi pemerintahan sendiri menurut kehendak bangsanya sendiri.
contoh : - Pemerintahan membuat peraturan perundang-undangan
- Pemerintah melindungi dan menjaga kelestarian wilayah Indonesia
- Rakyat berhak memilih presiden melalui pemilu
2. Kedaulatan ke luar
artinya : berarti mempunyai kekuasaan untuk berhubungan dan bekerja sama dengan bangsa lain tanpa terikat oleh
kekuasaan lain.
contoh : - Mengadakan perjanjian dengan negara lain
- Menyatakan perang/perdamaian
Teori
1.
Kedaulatan
TEORI KEDAULATAN TUHAN
Yaitu : Beranggapan bahwa raja atau penguasa memperoleh kekuasaan tertinggi dari Tuhan sebagai asal
segala sesuatu (causa prima)
Pelopor teori kedaulatan Tuhan :
a.) Augustinus (354-430)
b.) Thomas Aquino (1215-1274) c.)
F. Hegel (1770-1831)
d.) F.J Stahl (1802-1861)

Teori kedaulatan dianut oleh raja-raja yang mengaku sebagai keturunan dewa atau penjelmaan dewa seperti :
Raja Mesir Kuno, Kaisar Jepang, Kaisar Tiongkok, Raja Belanda, Raja Ethiopia dan Ken Arok.

2. TEORI KEDAULATAN RAJA


Yaitu : Kekuasaan Raa berada diatas konstitusi, Raja tidak perlu menaati hukum moral agama serta
bertangggung jawab terhadap dirinya sendiri
Pelopor teori kedaulatan Raja :
a.) Nicollo Machievelli (1467-1527) b.)
Jean Bodin
c.) Thomas Hobes (1588-1679)

3. TEORI KEDAULATAN NEGARA


Yaitu : Kekuasaan tertinggi terletak pada negera
Pelopor teori kedaulatan negara
- Jean Bodin (1530-1596), F. Hegel (1770-1831), G. Jellinek (1851-1911), dan
Paul Laband (1879-1958).
Pengembangan teori Hegel menyebar di negara-negara komunis.
Teori
Kedaulatan
4. TEORI KEDAULATAN HUKUM
Yaitu : Kekuasaan pemerintah berasal dari hukum yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Pelopor teori kedaulatan hukum :
Hugo de Groot, Krabbe, Immanuel Kant, dan Leon Duguit.

5. TEORI KEDAULATAN RAKYAT


Yaitu : Bahwa rakyat merupakan kesatuan yang dibentuk oleh suatu perjanjian masyarakat. rakyat
memberikan sebagian kekuasaannya kepada penguasa yang dipilih oleh rakyat dan penguasa
tersebut
harus melindungi hak-hak rakyat. Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Montesquieu (1688-1755)
dan J.J. Rousseau (1712-1778).
Pelopor teori kedaulatan rakyat :
1) JJ. Rousseau,
menyatakan bahwa kedaulatan itu merupakan perwujudan kehendak umum dari suatu bangsa merdeka
yang mengadakan perjanjian masyarakat (social contract).
2) Johannes Althusius,
menyatakan bahwa setiap susunan pergaulan hidup manusia, terjadi dari perjanjian masyarakat yang
tunduk kepada kekuasaan, dan pemegang kekuasaan itu dipilih oleh rakyat.
3) John i ocke,
menyatakan bahwa kekuasaan negara berasal dari rakyat, bukan dari raja. Menurutnya, perjanjian
masyarakat menghasilkan penyerahan hak-hak rakyat kepada pemerintah dan pemerintah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan 59 mengembalikan hak dan kewajiban asasi kepada rakyat melalui
peraturan perundang-undangan.

John Locke menyimpulkan bahwa terbentuknya negara melalui:


a) pactum unionis yaitu perjanjian antara individu untuk membentuk suatu negara
b) pactum subjectionis, yaitu perjanjian antara individu dan wadah atau negara untuk memberi
kewenangan atau mandat kepada negara berdasarkan konstistusi atau UUD.
Teori
Kedaulatan
4.) Mostesquieu (dari Prancis )
Menyampaikan a agar kekuasaan dalam suatu negara tidak terpusat pada seseorang,
kekuasaan dalam suatu negara dibagi ke dalam tiga kekuasaan yang terpisah (separated
power).

kekuasaan dalam negara, dibagi atas tiga kekuasaan, yaitu:


a) Kekuasaan legilatif,
yaitu : kekuasaan untuk membuat peraturan perundang-undangan dalam suatu negara,

b) Kekuasaan eksekutif,
yaitu : kekuasaan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kekuasaan eksekutif sering disebut sebagai kekuasaan menjalankan pemerintahan

c) Kekuasaan yudikatif,
yaitu : kekuasaan untuk menegakkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku apabila terjadi pelanggaran. Kekuasaan yudikatif sering disebut
sebagai kekuasaan kehakiman.
B. BENTUK DAN PRINSIP KEDAULATAN
NEGARA
REPUBLIK
INDONESIA
PRINSIP KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YAITU :

1. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik


2. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan menurut
dilaksanakan undang-undang dasar
3. Negara Indonesia adalah negara hukum
4. Presiden tidak dapat dan/atau membubarkan Dewan
membekukan Perwakilan Rakyat
5. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden
6. MPR hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD
Syarat terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah
Rule of Law yaitu :

1. Perlindungan konstitusional
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan
Musyawarah mufakat harus berpangkal tolak pada :

1. Musyawarah mufakat bersumberkan inti kerakyatan yang dipimpin oleh


hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
2. Pengambilan keputusan harus berdasarkan melalui
kehendak rakyat hikmat kebijaksanaan
3. Cara mengemukakan hikmat kebijaksanaan harus berdasarkan akal sehat
dan hati nurani luhur serta mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kepentingan rakyat
4. Keputusan yang diambil, harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan
keadilan
5. Keputusan harus dilaksanakan secara jujur dan bertanggung jawab
Perbedaan antara Demokrasi Pancasila, Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Sosialis :
Pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD diselenggarakan
secara demokratis dengan asas-asas :
1. Langsung, rakyat sebagai pemilih berhak memberikan suaranya secara langsung sesuai
dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara

2. Umum, semua warg a negara yang telah memenuhi


syarat sesuai diberikan
peraturan perundang-undangan berhak tanpapemilu.
mengikuti melihatHak
jenis
kelamin,
ini suku, agama, ras, pekerjaan, dan sebagainya

3. Bebas, semua warga negara yang telah memiliki hak dalam pemilu, memiliki kebebasan untuk
menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun
4. Rahasia, para pemilih yang melaksanakan haknya dijamin pilihannya tidak akan diketahui oleh
siapa pun dengan jalan apa pun
5. Jujur Asas Jujur mengandung arti bahwa, penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta
pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus
bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan

6. Adil, menjamin bahwa setiap pemilih dan peserta pemilu, mendapatkan perlakuan yang sama,
bebas dari kecurangan pihak manapun
Gambar : Memilih dan dipilih dalam pemilu merupakan hak bagi warga negara
yang telah memenuhi syarat
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
1. Perkembangan Demokrasi di Negara Republik Indonesia
a. Demokrasi Parlementer 1945 – 1959
Sistem demokrasi parlementer ditandai dengan sistem pemerintahan
parlementer. Hal ini ditetapkan lewat Maklumat Wakil Presiden No. X dan
Maklumat Pemerintah mengenai perg antian sistem pemerintahan dari
Presidensial menjadi Parlementer pada 3 November 1945. Pada 14
November 1945 terbentuklah kabinet pertama yang dipimpin Soetan Sjahrir
atau Kabinet Sjahrir sebagai perdana menteri. Kabinet ini hanya berusia tiga
bulan karena dijatuhkan oposisi. Tetapi pada 12 Maret1946 kembali
membentuk kabinet Sjahrir setelah ditunjuk Presiden Soekarno untuk kedua
kalinya. Kabinet Sjahrir II terbentuk pada 12 Maret 1946 dan berakhir pada 2
Oktober 1946 sekali lagi akibat tekanan oposisi. Setelah itu, Sjahrir ditunjuk
untuk ketiga kalinya membentuk kabinet. Kabinet Sjahrir III berlangsung
selama kurun waktu 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947.
Setelah pemerintahan Sjahrir III, kabinet silih dibentuk silih berganti. Tercatat ada
kabinet Amir Sjarifudin I dan II, Kabinet Darurat, serta Kabinet Hatta I dan II. Pada
1949, demokrasi parlementer diperkuat dengan landasan konsititusional Undang-
undang Dasar Sementara 1950. Di Undang-Undang Dasar Sementara 1950
menyatakan lembaga eksekutif atas presiden sebagai kepala negara konstitusional
dan menteri-menteri bertanggungjawab kepada perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan sehari-hari.
Untuk itu pada tanggal 05 Juli 1959, presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 05 Juli
1959 yang isinya :
1. Pembubaran badan konstituante
2. Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUD sementara 1950
3. Pembentukan majelis permusyawarahan Rakyat sementara (MPRS)
4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden ini, maka Demikrasi Parlementer berakhir
Gambar : Teks Dekrit Presiden 5 Juli
1959
b. Demokrasi Terpimpin 1959- 1966
Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 disambut baik oleh rakyat dan didukung oleh TNI AD.
Dekrit Presiden juga dibenarkan oleh Mahkamah Agung dan DPR yang bersedia
bekerja terus dalam rangka menegakkan UUD 1945. Pada periode ini, pemerintah
Indonesia menganut sistem Demokrasi terpimpin.
Penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin tahun 1959 sampai 1966 yaitu:
1. Menafsirkan Pancasila terpisah-pisah, tidak dalam kesatuan bulat dan utuh
2. Pengangkatan presiden seumur hidup
3. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu 1955
4. Konsep Pancasila berubah menjadi konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan
Komunis)
5. Bergesernya makna Demokrasi Terpimpin menjadi pemusatan kekuasaan pada
Presiden
6. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif yang cenderung memihak komunis
7. Manipol USDEK yang dibuat Presiden menjadi GBHN
Discussion 2
Sistem pemerintahan Indonesia mengalami berbagai perubahan sesuai perubahan
politik kenegaraan, yaitu sistem parlementer, sistem semiparlementer, dan sistem
presidensial.

ISI DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 :


1. Pembubaran badan konstituante
2. Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUD Sementera 1950
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)

ISI DARI TIGA TUNTUTAN RAKYAT (TRITURA) :


5. Bubarkan PKI
6. Bersihkan kabinet dari unsur PKI
7. Turunkan harga dan perbaiki ekonomi
Discussion 2

Gambar : Demonstrasi Tiga Tuntunan Rakyat (Tritura)


C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
c. Demokrasi Pancasila 1966 -
1998
Discussion 2
Demokrasi berlandaskan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki keunggulan :
1. Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah
mufakat dalam semangat kekeluargaan
2. Mengutamakan keselarasan dan keseimbangan antara hak
dan kewajiban, antara kepentingan pribadi dan kepentingan
umum
3. Lebih mengutamakan kepentingan dan keselamatan bangsa
di atas kepentingan pribadi dan golongan
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
d. Demokrasi Pancasila Masa Reformasi 1998 - Sekarang
Discussion 2
Bergulirnya reformasi yang diiringi dengan perubahan dalam segala
bidang kehidupan, menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi di Indonesia.
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi, sangat bergantung kepada :
1. Komposisi elite politik, Dalam demokrasi modern dengan bentuk demokrasi
perwakilan rakyat, mendelegasikan kedaulatan dan kekuasaannya kepada para
elite politik
2. Desain institusi politik, Para elite politik mendesain institusi pemerintahan dan
memiliki pengaruh besar dalam menentukan apakah demokrasi baru menjadi
stabil, efektif, dan terkonsolidasi
3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik di kalangan elite dan
nonelite
4. Peran civil society (masyarakat madani) untuk menciptakan kultur toleransi yang
mengajarkan keterampilan dan nilai-nilai demokrasi, sikap kompromi, serta
menghargai pandangan yang berbeda
Discussion 2
Di Indonesia ada 3 sistem pemerintahan, yaitu sistem parlementer,
semi parlementer dan presidensial.

Pelaksana kedaulatan di negara Indonesia adalah rakyat dan


lembagalembaga negara yang berfungsi menjalankan tugas-tugas
kenegaraan sebagai representasi kedaulatan rakyat dan pemegang
kekuasaan pemerintahan. Lembaga-lembaga negara itu adalah,
MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK, MA, KY, dan MK.
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
2. Perkembangan Sistem di Negara Republik Indonesia
a. Sistem Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang
parlemennya memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam
hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana
menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda
dengan sistem presidensial, sistem parlemen dapat memiliki
seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensial, presiden
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, tetapi dalam sistem
parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara.
ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer, yakni :

1. Badan legislatif atau parlemen menjadi satu-satunya badan yang anggotanya


dipilih oleh rakyat dengan pemilihan umum. Parlemen memiliki kuasa
sebagai perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri dari orang partai politik yang memenangkan
pemilihan umum.
3. Pemerintahan terdiri dari para meneteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen
untuk melaksanakan kekuasaan eksekutif.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan bisa bertahan selama
mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Kepala negara
tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan.
5. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara
yaitu presiden dalam negara atau raja dalam negara monarki.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden
atau raja atas saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen.
Kelebihan sistem pemerintahan parlementer, yakni :
1. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
sangat jelas.
2. Pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet.
3. Pembuat kebijakan dapat ditang ani secara cepat karena mudah
terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif.

kekurangan sistem pemerintahan parlementer, yakni :


4. Kedudukan badan eksekutif atau kabinet terg antung pada
mayoritas dukungan parlemen, sehingga dapat dijatuhkan parlemen
sewaktu-waktu.
5. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya.
6. Kabinet dapat meng endalikan parlemen, jika para ang g ota
kabinet merupakan anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas.
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
b. Sistem Semi Parlementer
Sebagai hukum dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan RIS, maka
pada tanggal 27 Desember 2949 disahkan UUD RIS. Hal tersebut
berdampak pada bentuk negara, yaitu berbentuk federasi dengna
sistem pemerintahan semi parlementer, sebab :
1. Menteri diangkat oleh presiden
2. Perdana menteri diintervensi Presiden
3. Kabinet dibentuk oleh presiden
4. Menteri – menteri secara perorangan dan keseluruhan bertanggung
jawab kepada parlemen
5. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
c. Sistem Presidensial
Sistem presidensial, atau disebut juga dengan sistem kongresional
merupakan sistem pemerintahan negara republik. Pada sistem
pemerintahan ini, kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan
terpisah denga kekuasaan legislatif.
Pemerintahan presidensial terdiri atas 3 unsur, yaitu sebagai
berikut :
1. Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan
mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan
2. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang
tetap tidak bisa saling menjatuhkan
3. Tidak ada yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan
legislatif.
Gambar : Pelantikan Menteri Kabinet Kerja
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:

1. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus


kepala negara.
2. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan
dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
3. Presiden memiliki hak prerogatif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
4. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif
(bukan kepada kekuasaan legislatif ).
5. Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
6. Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
7. Eksekutif sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut.
Prinsip – Prinsip Pemerintahan Presidensial di Indonesia sebagai
berikut :

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum


2. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi
3. Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang
dasar
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
6. Menteri negara adalah pembantu presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden
7. Kekuasaan tidak tak terbatas
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
3. Lembaga-Lembaga Negara
a. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas
1. Seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat
2. Seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah

TUGAS DAN WEWENA N G MP R ADALAH :


o Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
o Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna MPR;
o Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan presiden dan/atau
wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripuma MPR;
o Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
o Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wakil
presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
o Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya,
dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
b. PRESIDEN
Sebagai kepada negara dan kepala pemerintahan, presiden memiliki kekuasaan
sebagai berikut :
o Kekuasaan presiden dalam bidang eksekutif yang dijelaskan dalam pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, juga dalam pasal 5 ayat (2) yang menyatakan bahwa presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya
o Kekuasaan presiden dalam bidang legislatif merupakan mitra DPR dalam bekerja sama untuk membuat
undang-undang dan menetapkan APBN
Kekuasaan presiden sebagai kepala negara, mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
o Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara (Pasal 10).
o Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain (Pasal 11 ayat 1).
o Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan
undang-undang (Pasal 12).
o Presiden mengangkat duta dan konsul (pasal 13 ayat 1).
o Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Pasal 14 ayat 1).
o Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat 2).
o Presiden memberikan g elar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan Undang-Undang (Pasal 15).
Tugas dan Wewenang Presiden :
o Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR (pasal 5 ayat 1)
o Menetapkan peraturan pemerintah (pasal 5 ayat 2)
o Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal 17)
Tata cara pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden diatur dalam Pasal 7A dan
Pasal 7B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai berikut :

o Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR apabila terbukti :

- Telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela

- Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden

o Usul pemberhentian Presiden oleh DPR diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk diperiksa, diadili dan
diputuskan

o Apabila Mahkaman Konstitusi memutuskan bahwa presiden dan atau/ wakil presiden terbukti bersalah,

DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk mengusulkan pemberhentian kepada MPR


o MR bersidang untuk memutuskan usulan DPR tersebut. Apabila MPR menerima usul pemberhentian
tersebut, MPR akan memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden sesuai wewenangnya.
c. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)
DPR adalah Lembaga negara pembuat undang-undang atau lembaga legislatif. Kekuasaan ini
harus dengan persetujuan Presiden. Anggota DPR dipilih oleh Rakyatmelalui pemilihan
umum. Jumlah anggota DPR sesuai undang-undang adalah sebanyak 560 orang, masa jabatan
anggota DR adalah lima tahun. DPR bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi sebagaimana diatur dalam Pasal 20A ayat 1
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu sebagai berikut :

o Fungsi legislasi, ialah menetapkan undang-undang dengan persetujuan Presiden

o Fungsi anggaran, ialah menyusun dan menetapkan APBN melalui undang-undang

o Fungsi pengawasan, ialah mengawasi pelaksanaan pemerintah oleh Presiden

Semetara pasal 20A ayat 2 UUD tahun 1945 mengatur hak-hak DPR. Hak DPR ini
berfungsi untuk menjalankan fungsi DPR agra lebih efektif, sebagai berikut :
o Hak interpelasi, ialah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah dalam
menjalankan pemerintah
o Hak angket, ialah hak DPR untuk melakukan penyelidikan mengenai
bkebijakan pemerintah yang diduga bertentangan dengan hukum

o Hak mengeluarkan pendapat, ialah hak DPR untuk menyampaikan pendapat atau usul
d. DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD-RI)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan sebuah lembaga tinggi negara di dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia.Anggota DPD adalah perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Untuk masing-masing provinsi, dibutuhkan empat orang
anggota DPD yang akan mewakili daerahnya di pusat. Adapun terkait masa jabatan DPD sama seperti
Presiden dan juga DPR, yaitu lima tahun. Setelah pemilihan selesai, anggota DPD terpilih akan berdomisili
di ibu kota negara Republik Indonesia.
Tugas dan Wewenang DPD, ditegaskan dalam pasal 22D UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu sebagai
berikut :
o Mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berhubungan dengan otonomi daerah, hubungan daerah dan pusat,
pembentukan, pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan juga sumber daya ekonomi
yang lainnya, serta hal-hal yang berhubungan dengan pertimbangan keuangan pusat dan daerah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
o Ikut serta membahas rancangan Undang-Undang yang berhubungan dengan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam poin
pertama.
o Menyusun serta menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan undang-undang dari DPR maupun Presiden yang
berhubungan dengan hal-hal yang disebutkan dalam poin pertama
o Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat mengenai rancangan Undang-Undang tentang APBN dan
yang berhubungan dengan agama, pendidikan, maupun pajak.
o Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tentang otonomi daerah, pemekaran, pembentukan, dan
penggabungan daerah, hubungan daerah dengan pusat, pengelolaan sumber daya alam dan juga sumber daya ekonomi
yang lain, pelaksanaan APBN, pendidikan pajak, dan agama.
o Menyampaikan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang otonomi daerah, pemekaran, pembentukan, dan
penggabungan daerah, hubungan daerah dengan pusat, pengelolaan sumber daya alam dan juga sumber daya ekonomi
yang lain, pelaksanaan APBN, pendidikan pajak, dan agama kepada DPR untuk dijadikan bahan pertimbangan dan
ditindaklanjuti.
o Menerima hasil pemeriksaan terhadap keuangan negara dari Badan Pengawas Keuangan untuk dijadikan sebagai bahan
membuat pertimbangan kepada DPR mengenai rancangan undang-undang yang berhubungan dengan APBN.
e. BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (disingkat BPK RI, dulu disingkat BEPEKA) adalah
lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang
bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Anggota BPK sebelum
memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh
Ketua Mahkamah Agung..
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) :

o BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:

o menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode
pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;

o meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

o melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan,
pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat,
bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara;

o menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang wajib disampaikan kepada BPK;

o menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

o menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

o menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK;
f. MAHKAMAH AG U N G (MA)
Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial serta bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan
lainnya. Mahkamah Agung menyatakan kekuasaannya pada badan peradilan dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan tata usaha negara dan lingkungan peradilan
militer.
Mahkamah Agung memiliki wewenang sesuai UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai berikut :
o Mengadili pada tingkat kasasi, ialah pengajuan perkara kepada Mahkamah Agung. Keputusan pada tingkat kasasi
merupakan keputusan tertinggi dalam proses peradilan.
o Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang. MA berhak
menentukan bertentangan atau tidaknya isi suatu peraturan di bawah undang-undang seperti peraturan
pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah bahkan peraturan sekolah dengan undang-undang
o Memilih 3 orang hakim konstitusi Mahkamah Konstitusi
o Memberikan pertimbang kepada Presiden mengenai grasi dan rahabilitasi

Selain wewenang di atas, M A juga menjalankan sejumlah fungsi, yaitu:


o Fungsi Peradilan: Hak uji materiil apakah suatu peraturan ditinjau dari isi (materinya) bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi.
o Fungsi Pengawasan: MA memiliki badan pengawas yang melakukan pengawasan terhadap kinerja pengadilan dan
tingkah laku para hakim.
o Fungsi Mengatur: MA dapat membuat peraturan sendiri jika dianggap perlu untuk melengkapi hukum acara yang
sudah diatur UU. Produk hukumnya adalah Peraturan MA, Surat Edaran MA, dan lain-lain.
o Fungsi Nasehat: MA dapat memberikan nasihat atau pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga negara
lain. Contohnya kepada presiden dalam rangka pemberian atau penolakan grasi.
g. KO M I S I YUDISIAL
Komisi Yudisial Republik Indonesia atau cukup disebut Komisi Yudisial (disingkat KY RI atau KY) adalah
lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Komisi Yudisial
merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari
campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya. Komisi Yudisial bertanggung jawab kepada publik
melalui DPR dengan cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap
dan akurat.
Wewenang Komisi Yudisial sebagai berikut :
o Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan;
o Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
o Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan
Mahkamah Agung;
o Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH).

Tugas Komisi Yudisial :


o Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
o Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
o Menetapkan calon hakim agung; dan
o Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
h. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (disingkat MKRI) adalah lembaga tinggi


negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.
Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi sebagai berikut :
o Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk :
- Menguji undang-undang terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- memutus pembubaran partai politik
- memutus perselisihan hasil pemilihan umum
o Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai pelanggaran hukum
Presiden dan / atau Wakil Presiden menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
C. MELAKSANAKAN PRINSIP-
PRINSIP
KEDAULATAN SESUAI DENGAN UUD
1945
4. Hubungan Antarlembaga
a. M P R dengan DPR, DPD
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipinya, MPR, DPR, dan DPD merupakam
wakil rakyat. Ketiga lembaga negara ini memiliki hubungan yang erat karena anggota MPR
merupakan anggota DPR dan DPD sehingga pelaksanaan tugas MPR juga menjadi tugas
anggota DPR dan DPD saat berkedudukan sebagai anggota MPR.
b. DPR dengan Presiden, DPD, M P R , dan M K
Hubungan DPR dengan presiden, dewan perwakilan daerah dan Mahkamah konstitusi terlihat
dalam hubungan tata kerja, antara lain sebagai berikut :
1, menetapkan undang-undang
2, pemberhentian presiden
c. DPD dengan BPK
Berdasarkankan ketentuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Dewan Perwakilan
Daerah menerima hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan dan
memberikan pertimbangan untuk pemilihan anggota BPKkepada DPR. Ketentuan ini
memberikan hak kepada DPD untuk menjadikan hasil laporan keuangan BPK sebagai
bahan dalam rangka melaksanakan tugas dan kewenangan yang
dimilikinya, dan untuk turut menentukan keanggotaa BPK dalam proses
pemilihan anggota BPK. D samping itu laporan BPK akan dijadikan sebagai bahan untuk
mengajukan usul dan pertimbangan berkenaan dengan RUU APBN
d. M A dengan Lembaga Negara Lainnya
Pasal 24 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Menyebutkan bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnyaserta
sebuah Mahkamah Konstitusi. Presiden selaku kepada negara memiliki kewenangan yang
pada prinsipnya merupakan kekuasaan kehakiman, yaitu memberikan grasi, rehabilitasi,
amnesti dan abolisi. Pemilihan dan Pengangkatan anggota Mahkaman Agung melibatkan tiga
lembaga negara lain, yaitu komisi Yudisial, DPR, dan Presiden . Komisi Yudisial yang
mengusulkan kepada DPR, kemudian DPR memberikan persetujuan, yang
selanjutnya diresmikan oleh presiden. Komisi Yudisial juga menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim.

e. Mahkamah Konstitusi dengan Presiden, DPR, BPK, DPD, M A , dan KY


Selanjutnya pasal 24C ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan
bahwa salah satu wewenang Mahkamah Konstitusi adalah untuk memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD. Karena
kedudukan MPR sebagai lembaga negara, maka apabila MPR bersengketa dengan
lembaga negara lainnya yang sama-sama memiliki kewenangan yang ditentukan oleh
UUD, maka konsflik tersebut harus diselesaikan oleh Mahkaman Konstitusi.
Hubungan tersebut, yaitu apabila terdapat sengketa antarlembaga negara atau apabila
terjadi proses hak uji material yang diajukan oleh lembaga negara pada Mahkamah
Konstitusi.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai