Anda di halaman 1dari 11

Wawasan Nusantara dan

pengetahuan lintas budaya dalam


BIPA

KELOMPOK 3
Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara adalah konsep pemahaman tentang keberagaman wilayah,
budaya, sumber daya alam, serta potensi Indonesia sebagai negara kepulauan
yang luas. Dengan adanya ini mengajarkan pentingnya memahami dan
menghargai keberagaman tersebut untuk memperkuat kesatuan bangsa. Konsep
ini bertujuan untuk membentuk kesadaran kolektif atas identitas, kekayaan, dan
potensi bangsa Indonesia sebagai entitas kepulauan.
Tujuan Wawasan
Nusantara
Tujuan utama dari Wawasan Nusantara adalah membangun kesadaran nasional
yang kuat dan rasa persatuan yang tinggi di antara seluruh warga negara
Indonesia. Dengan pemahaman akan keragaman dan keunikan setiap daerah,
diharapkan tercipta semangat kebersamaan untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Selain itu, juga bertujuan untuk menjaga integritas wilayah Indonesia dan
memperkuat posisi Indonesia di mata dunia sebagai negara maritim yang kaya
akan kekayaan alam dan budaya.
Hakikat dari Wawasan Nusantara

Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah mengutamakan persatuan


dan kesatuan sebagai landasan utama dalam menghadapi berbagai
perbedaan di seluruh wilayah Indonesia. Pemahaman ini mendorong
rasa cinta tanah air dan rasa kebanggaan akan identitas bangsa,
sehingga seluruh warga negara memiliki semangat untuk bekerja
sama dalam membangun dan mempertahankan keutuhan negara.
Konsep pemahaman lintas budaya

• Konsep pemahaman lintas budaya (interculture understanding) merupakan suatu


pola pemahaman terhadap budaya dari berbagai sumber baik secara tertulis dan
lisan. Pemahaman tersebut dapat menjadi sebuah kompetensi di dalam
pembelajaran membaca.

• Lintas budaya menciptakan nilai untuk menentukan mana yang tepat dan mana
yang dapat diterima oleh budaya lain. Lintas budaya membuat manusia dapat
berkomunikasi dengan baik dan pada akhirnya, lintas budaya dapat mempererat
manusia dengan manusia lain dan memberikan keunikan pada diri manusia dan
masyarakat.
Pentingnya pemahaman budaya
Indonesia dalam pengajaran BIPA
Pemahaman terhadap budaya sangat penting karena memudahkan
pengertian cara berkomunikasi dan menghindarkan pemelajar BIPA dari
kemungkinan terjadinya benturan budaya (cultural shock) dalam
pembelajaran dan ketika berkomunikasi dengan penutur asli.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum mengajarkan bahasa dari aspek
linguistik (pemelajaran struktur bahasa Indonesia), perlu diajarkan (dikenalkan)
pengetahuan budaya-budaya daerah di Indonesia yang meliputi sistem nilai,
sistem sosial, dan produk budaya serta implikasinya terhadap tindak berbahasa.
Manfaat pemahaman budaya
Indonesia pada pengajaran BIPA
Pemahaman terhadap budaya juga dapat berperan menambah wawasan pengetahuan dan penghayatan
para pemelajar BIPA terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Artinya, bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi antarpenduduk dan antarsuku bangsa merupakan cerminan latar
belakang budaya Indonesia yang beragam. Dengan pemahaman tersebut, para pemelajar BIPA akan
memahami bahwa bahasa Indonesia yang dituturkan oleh penutur dari Jawa akan berbeda dengan
penutur dari Sunda, Madura, Batak, Bali, Melayu, Makassar, dll. Selain itu, secara praktis pemahaman
budaya ini berimplikasi pada pemelajaran BIPA bahwa tidak cukup sekadar mengenalkan aspek
linguistik bahasa Indonesia saja.
Sehubungan dengan jarak komunikasi dalam komunikasi juga perlu menjadi pertimbangan.
Misalnya, beberapa ungkapan dalam bahasa Indonesia dianggap melampaui batas kewajaran
oleh pemelajar BIPA, misalnya ungkapa “wah gemuk sekali” dan “anaknya lucu ya” ketika
melihat bayi yang lucu dan sehat yang berarti positif di Indonesia, tetapi ada kemungkinan
memuat konotasi negatif dalam konsep budaya Barat. Dalam hal ini ungkapan fungsi bahasa
harus dijelaskan dalam konteks budaya dan tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa si
pemelajar begitu saja. Hal wajar jika pemelajar sering mengeluhkan tentang betapa inginnya
orang Indonesia mencampuri urusan orang lain dalam konteks komunikasi menggunakan bahasa
Indonesia. Problem ini menunjukkan betapa minimnya pembahasan komponen budaya dalam
BIPA.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai