Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 5

Askep Katarak & Glaukoma

ANISA RIZKY KIKI NURLELA AGUS SALIM SITI RAMADANI

VIKA YUNITA SARI FEBRIANA WIDYA ANANDA MUHAMMAD ADIB

MUHAMMAD MUFTI REZKY MUHAMMAD RENDY NURBAYA


*Pengertian katarak &
Glaukoma

Katarak Glaukoma
proses degeratif berupa kekeruhan di
lensa bola mata sehingga kerusakan pada saraf mata akibat
menyebabkan menurunnnya tingginya tekanan di dalam bola
kemampuan penglihatan hingga mata. Kondisi ini ditandai dengan
kebutaan. Kekeruhan ini disebabkan nyeri di mata, mata merah,
oleh terjadinya reaksi biokimia yang penglihatan kabur, serta mual dan
menyebabkan keagulasi protein lensa muntah
*Etiologi
Etiologi glaukoma
Etiologi katarak
belum diketahui secara pasti namun terdapat faktor
yang paling sering ditemukan adalah proses
risiko yang berhubungan dengan glaukoma.
degeneratif, namun banyak faktor yang juga dapat
menyebabkan katarak, seperti kelainan kongenital, Faktor risiko glaukoma dibedakan antara faktor
faktor metabolik, trauma, toksin, radiasi, dan risiko umum, faktor risiko spesifik glaukoma sudut
gelombang elektromagnetik. terbuka, spesifik glaukoma sudut tertutup, dan
spesifik glaukoma normotensi. Gangguan ini terjadi
karena tekanan intraokular meningkat, sehingga
merusak saraf optik. Tekanan tersebut meningkat
karena cairan di depan mata menumpuk ketika tidak
dikeringkan. Pada akhirnya, kemampuan
penglihatan akan menurun secara bertahap.
*Tanda gejala katarak *Tanda gejala Glukoma
● 1. Pandangan kabur seperti berkabut ● 1. sakit kepala berat
● 2. Warna di sekitar terlihat memudar ● 2. nyeri mata
● 3. Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau ● 3. mual dan muntah
lampu. ● 4. penglihatan kabur
● 4. Melihat lingkarang di sekeliling cahaya ● 5. melihat lingkaran pelangi di sekitar
● 5. Pandangan ganda cahaya
● 6. Penurunan penglihatan di malam hari ● 6. mata merah
● 7. mengganti ukuran kacamata
*Komplikasi katarak

01 02 03
fakolitik Fakotopik fakotoksik
Berdasarkan posisi lensa Oleh
Pada lensa yang keruh Substansi lensa di kamera okuli
karena proses intumesensi, iris,
terdapat kerusakan anterior merupakan zat toksik
terdorong ke depan sudut kamera
maka substansi lensa bagimata sendiri (auto toksik)
okuli anterior menjadi sempit
akan keluar yang akan Terjadi reaksi antigen-antibodi
sehingga aliran humor aqueaous
menumpuk di sudut sehingga timbul uveitis, yangkemudian
tidak lancar sedangkan produksi
kamera okuli anterior akan menjadi glaukoma
berjalan terus, akibatnya tekanan
terutama bagian kapsul
intraokuler akan meningkat dan
lensa.
timbul glaukoma.
KOMPLIKASI GLAUKOMA

Penderita glaucoma yang tidak mendapatkan


perawatan dengan tepat berisiko menjadi
penyandang tunanetra atau mengalami
kebutaan .kondisi ini berisiko menyebabkan
penurunan kualitas hidup penderitanya.

1. Tidak dapat bekerja


2. Sulit berjalan
3. Risiko jatuh atau cedera berat saat
beraktivitas.

Jika pasien glaucoma mengalami buta Sebagian,


disarankan untuk berkonsultasi ke dokter guna
mendapatkan layanan atau alat bantu dalam
memperbaiki penglihatan.
*Fatofisiologi

Patofisiologi katarak

terjadi perubahan pada kejernihan lensa (opasitas lensa) sehingga jumlah cahaya yang
masuk melalui media refraksi berkurang dan sulit difokuskan ke retina, dan
pembentukan katarak secara kimiawi di tandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan
mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi serta kandungan
natrium dan kalsium meningkat

Patofisiologi Glaukoma
Terdapat karakteristik seperti melemahnya fungsi mata dengan terjadinya
cacat/pengecilan lapang pandang, peningkatan tekanan intraokular (TIO)
yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
PHATWAY
KATARAK
PHATWAY
GLAUKOMA
* Penatalaksanaan farmakologi dan non
farmakologi Katarak

● Terapi Farmakologi
Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang terbukti mampu
memperlambat atau menghilangkan katarak. Beberapa agen yang diduga
dapat memperlambat pertumbuhan katarak adalah penurun sorbitol, aspirin,
dan vitamin C, namun belum ada bukti yang signifikan mengenai hal tersebut

● Terapi Nonfarmakologi
Terapi utama pada katarak adalah tindakan pembedahan yaitu dengan mengganti
lensa mata yang sudah mengalami katarak dengan pernapasan lensa tanam buatan
(intraocularlens) di dalam mata.Namaun pada katarak yang masih tipis dan belum
terlalu mengganggu fungsi visual maka ada beberapa terapi no pembedahan
memperlambat progresivitasis katarak
PENATALAKSANAAN FARMAKOLI DAN NON FARMAKOLOGI
GLAUKOMA

. Farmakologi
Adalah dengan medikasi yaitu dengan pemberian obat –obat penurunan tekanan bola mata dan
anti inflamasi, miotikum perlu dihindari sebab untuk mencengah terjadinya pembentukan sinekia
oleh karena itu sel-sel radang dan obat –obat tersebut dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler ,
Obat-obat glaukoma yang dapat
digunakan ialah penghambat anhidrase karbonat (CA inhibitor), golongan β-bloker, α-adrenergic,
serta obat-obat golongan hiperosmotik. Penyebab uveitis perlu
secepatnya diberikan. Apabila dengan tatalaksana farmakologi optimum tidak
dapat mengkontrol tekanan bola mata, maka tindakan bedah perlu diberikan.

• Non farmakologi
Yaitu dengan mengunakan Teknik trabekuletomi ,laser iridektomi dan glaucoma drainage
devices(GDD) implant trabeculate,merupakan terapi bedah utama untuk menurukan tekanan bola
mata angka.
“Konsep Asuhan keperawatan pada pasien katarak dan glaukoma”

1. Anamnesi Katarak
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan utama paling sering yang dikemukakan pasien katarak. Pasien juga dapat
mengeluhkan penglihatan yang berawan atau berkabut. Dalam anamnesis pasien wajib ditanyakan faktor risiko yang berhubungan
dengan pembentukan katarak seperti:
- Usia pasien apakah lebih dari65 tahun
- Apakah pasien menderita diabetes militus
- Kondisi metabolik atau herediter tertentu (seperti penyakit wilson, galaktosemia, distrofi miotonik, sindrom marfan)
- Penggunaan jangka panjang kortikosteroid
- Merokok
- Paparan jangka panjang sinar ultraviolet
- Riwayat trauma pada mata.
Presentasi klasik dari katarak meliputi penurunan tajam penglihatan secara bertahap selama bertahun-tahun yang mungkin lambat
terdeteksi oleh pasien.
Pasien dapat mengeluhkan pandangan terasa kabur atau silau saat terkena lampu sorot. Hal ini disebabkan oleh pecahnya cahaya
yang masuk melalui pupil oleh lensa yang keruh.
2. ANAMNESIS GLAUKOMA
Anamnesis pada pasien glaukoma meliputi gejala (nyeri,
kemerahan, halo, perubahan penglihatan, hilangnya
penglihatan), onset, durasi, dan tingkat keparahan yang
dirasakan pasien serta riwayat keluarga dan riwayat penyakit
lain seperti diabetes, hiperkolesterolemia, gangguan tiroid,
hipertensi, syok hemodinamik, dan hipotensi sistemik. Selain
itu perlu diketahui riwayat pengobatan seperti kortikosteroid,
riwayat pembedahan, dan alergi pada pasien.
Pemeriksaan fisik KATARAK DAN
GLAUKOMA
1. Katarak
fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran
pupil, akan dapat ditemukan gambaran kekeruhan lensa
berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya
diplopia, pandangan berkabut.Tajam penglihata pasien juga
mengalami penurunan (myopia).

2. GLAUKOMA
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.

Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya


inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang
yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi
untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih
keras dibanding mata yang lain.
3. Laboratorium & Pemeriksaan penunjang Katarak

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis katarak umumnya dapat ditegakkan berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang untuk
katarak hanya diperlukan pada kondisi tertentu yang
berhubungan dengan penyakit sistemik yang menyertai atau
kelainan okular lain.
Pemeriksaan penunjang
umumnya tidak terlalu bermanfaat untuk glaukoma. melainkan
Foto fundus dapat bermanfaat untuk memantau progresivitas
glaukoma pada pasien.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit


sistemik yang mungkin menyertai katarak, seperti diabetes. Studi
membuktikan bahwa trombositopenia meningkatkan resiko
perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi dan ditangani
sebelum tindakan operasi.
• LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mendeteksi dan menilai progresivitas


glaukoma ,diperlukan beberapa pemeriksaan antara lain;
pemeriksaan sruktur dan saraf mata serat pemeriksaan
lapang pandang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tenometri, diperlukan untuk mengukur tekanan bola
mata
2. Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut
bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak
khusus
3. Oftalmoskopi, yang Pemeriksaan fundus mata,
khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma
kronik.
4. Diagonistik katarak dan
glaukoma

• Diagnosis katarak dapat dibuat dengan mendeteksi


penurunan visus yang tidak dapat di perbaiki dengan
koreksi refraksi dan pemeriksaan mata di dapatka
opasitas pada lensa,dan penentuan diagnosis katarak
atau kekeruhan lensa dilakukan lewat serangkaian
wawancara dan pemeriksaan fisik

• Diagnosis glaukoma adalah kerusakan pada saraf mata


akibat tingginya tekanan didalam bola mata dan
diagnosis glaucoma perly di perhatikan pada pasien
yang mengalami defek lapang pandang dan
peningkatan rasio cup/disc pada saraf optikus hal ini di
sebabkan oleh peningkatan tekanan intraocular
5. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas NANDA
/SDKI katarak

a. DX 1 : Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penglihatan dan


kondisi terkait penyakit katarak
b. DX 2 : Ansietas b.d krisis situasional, kekhawatiran mengalami kegagalan dan
ancaman status kesehatan
c. DX 3 : Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan dan kondisi terkait penyakit
katarak.
d. DX 4 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, fisik dan kimia
e. DX 5 : Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive.
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas NANDA
/SDKI glaukoma

a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO).


b. DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan
penerimaan, gangguan status organ indra.
c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan;
adanya nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan.
d. DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi informasi.
TERIMAKASIH

APA AD
A YA
DITANY NG INGIN
AKAN
?? ?

Anda mungkin juga menyukai