Anda di halaman 1dari 25

SKRIPSI

FIFO Vs Average : KOMPARASI PERHITUNGAN


HARGA POKOK PENJUALAN
(Studi Kasus di Kantor Penjualan PT. Sinar Sosro)

Oleh
NI NYOMAN VERA YULIANINGSIH
1.20.2.11443
Dosen Pembimbing : Gusi Putu Lestara Permana,S.E.,M.ACC., Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BAB III
METODE PENELITIAN
BAB I

Tujuan dan
Pokok
Latar Belakang Kegunaan
Permasalahan
Penelitian
TABEL HARGA
Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan perhitungan harga pokok penjualan produk
dengan metode Average dan metode FIFO di Kantor Penjualan
Denpasar PT. Sinar Sosro tahun 2021 - 2022?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana perbedaan perhitungan harga pokok penjualan produk dengan metode
Average dan metode FIFO di Kantor Penjualan Denpasar PT. Sinar Sosro tahun 2021 -
2022.

Kegunaan Penelitian

Teoritis Praktis
BAB II

Penelitian Kerangka
Landasan Teori
Terdahulu Pemikiran
Landasan Teori
PSAK 14

HARGA POKOK
PERSEDIAAN
PENJUALAN
Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Teknik Analisis Hasil Penelitian
Data
1. (Windasari & Linawati, Analisis Perbandingan Analisis Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan
2020) Metode Perhitungan Kuantitatif persediaan akhir dengan menggunakan metode
Persediaan Average dan FIFO menunjukan nilai yang lebih rendah
FIFO Pada PT dibandingkan metode average.
Bengawan Karya Sakti
2. (Salim et al., 2021) Analisis Perbandingan Analisis Deskriptif Hasil perhitungan, diketahui bahwa
Penilaian Persediaan Kualitatif ketika perusahaan menggunakan metode
Barang Dagang pada PT. perhitungan persediaan barang dagang
Pabrik Gula Candi Baru menggunakan metode FIFO untuk penjualannya,
dengan Metode Average perusahaan mendapatkan laba yang lebih besar
dan FIFO dibandingkan menggunakan metode average.

3. (Rosita & Mulyana, Analisis Perbandingan Analisis Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
2019) Metode Penilaian Kuantitatif average lebih baik digunakan oleh perusahaan
Persediaan FIFO dan dibandingkan metode FIFO dalam hal
Rata-Rata Terhadap memaksimalkan keuntungan yang dipeoleh. Metode
Laba Perusahaan CV. average menghasilkan harga pokok penjualan yang
Mitra Jaya Depok lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO.
Kerangka
Pemikiran
BAB III

Teknik
Metode Teknik Analisis
Pengumpulan
Penelitian Data
Data
Metode Penelitian

Jenis Data

Sumber Data

Lokasi Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
 Observasi
 Dokumentasi

Analisis Data
Teknik 1. Mengumpulkan, mempelajari dan
mengkaji catatan persediaan dan
Pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
perhitungan harga pokok penjualan.
Data dan 2. Menghitung harga pokok penjualan
Analisa Data melalui metode average dan FIFO.
3. Membandingkan hasil perhitungan
harga pokok penjualan berdasarkan
metode average dan FIFO.
4. Menarik kesimpulan dari hasil
menganalisa data dan menjelaskan
mengenai hasil penelitian tersebut.
BAB IV

Gambaran Umum Hasil Analisis Data


Perusahaan dan Pembahasan
GAMBARAN UMUM
PT. SINAR SOSRO
Kantor Penjualan Denpasar PT. Sinar Sosro merupakan tempat
perusahaan yang berfokus pada minuman ringan, khususnya minuman
berbahan dasar teh, melakukan transaksi penjualan kepada pelanggan.
Perusahaan ini terkenal karena menghadirkan minuman teh siap
minum dalam botol, yang pertama kali diperkenalkan di Indonesia dan
di seluruh dunia dengan merek Teh Botol. Teh Botol Sosro hanya
menggunakan bahan baku asli dan alami. Daun tehnya dipetik dari
perkebunan sendiri. Kemudian diolah menjadi teh wangi yaitu teh
hijau yang dicampur bunga melati dan bunga gambir. Sehingga
menghasilkan rasa yang unik, kekhasannya selalu terjaga dan terjamin
kualitasnya. Dalam pengembangan bisnisnya, PT. Sinar Sosro telah
mendistribusikan produknya keseluruh Nusantara, melalui kantor
cabang Penjualan yang tersebar di seluruh Nusantara.Salah satunya
Kantor Penjualan di Denpasar. Saat ini, produk-produk yang
diproduksi oleh PT. Sinar Sosro adalah, Tehbotol Sosro, Fruit Tea
Sosro, S-Tee, TEBS, Country Choice dan Air Mineral Prim-A.
Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 1 L berdasarkan metode penilaian persediaan Average

- Persediaan Awal Rp. 71.118.015


- Pembelian Rp. 376.053.700
- Persediaan Akhir Rp. 76.162.600
Harga Pokok Penjualan Rp. 371.009.115

Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 1 L berdasarkan metode penilaian persediaan FIFO

- Persediaan Awal Rp. 71.118.015


- Pembelian Rp. 376.053.700
- Persediaan Akhir Rp. 74.367.700
Harga Pokok Penjualan Rp. 372.804.015
Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 200 ML berdasarkan metode penilaian persediaan Average

- Persediaan Awal Rp. 186.930.000


- Pembelian Rp. 9.931.622.000
- Persediaan Akhir Rp. 330.014.100
Harga Pokok Penjualan Rp. 9.788.537.900

Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 200 ML berdasarkan metode penilaian persediaan FIFO

- Persediaan Awal Rp. 186.930.000


- Pembelian Rp. 9.931.622.000
- Persediaan Akhir Rp. 340.991.700
Harga Pokok Penjualan Rp. 9.777.560.300
Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 250 ML berdasarkan metode penilaian persediaan Average

- Persediaan Awal Rp. 409.856.000


- Pembelian Rp. 2.228.758.900
- Persediaan Akhir Rp. 195.189.750
Harga Pokok Penjualan Rp. 2.443.425.150

Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 250 ML berdasarkan metode penilaian persediaan FIFO

- Persediaan Awal Rp. 409.856.000


- Pembelian Rp. 2.228.758.900
- Persediaan Akhir Rp. 201.204.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 2.437.410.900
Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 330 ML berdasarkan metode penilaian persediaan Average

- Persediaan Awal Rp. 41.112.500


- Pembelian Rp. 945.470.200
- Persediaan Akhir Rp. 88.389.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 898.193.700

Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBK 330 ML berdasarkan metode penilaian persediaan FIFO

- Persediaan Awal Rp. 41.112.500


- Pembelian Rp. 945.470.200
- Persediaan Akhir Rp. 87.266.600
Harga Pokok Penjualan Rp. 899.316.100
Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBS 220 ML berdasarkan metode penilaian persediaan Average

- Persediaan Awal Rp. 376.667.000


- Pembelian Rp. 6.026.269.900
- Persediaan Akhir Rp. 259.824.928
Harga Pokok Penjualan Rp. 6.143.111.972

Perhitungan Harga Pokok Penjualan TBS 220 ML berdasarkan metode penilaian persediaan FIFO

- Persediaan Awal Rp. 376.667.000


- Pembelian Rp. 6.026.269.900
- Persediaan Akhir Rp. 278.612.800
Harga Pokok Penjualan Rp. 6.124.324.100
KOMPARASI HARGA POKOK PENJUALAN
PRODUK SOSRO
Harga Pokok Penjualan Selisih
Keterangan
Average (Rp) FIFO (Rp) (Rp)

TBK 1L
371.009.115 372.804.015
-1.794.900
Komparasi
Perhitungan HPP
9.788.537.900 9.777.560.300
TBK 200ML 10.977.600
2.443.425.150 2.437.410.900
TBK 250ML 6.014.250 BAB IV
TBK 330ML
898.193.700 899.316.100
-1.122.400
Hasil dan
Pembahasan
6.143.111.972 6.124.324.100
TBS 220ML 18.787.872

TOTAL 19.644.277.837 19.611.415.415 32.862.422


BAB V

Kesimpulan Saran
Kesimpulan
 Menurut (Riswan, 2018), FIFO merupakan metode yang menganggap barang yang dibeli
terlebih dahulu maka akan masuk ke dalam pencatatan persediaan pertama lalu akan
pertama kali dikeluarkan, sehingga harga barang yang dibeli pertama kali akan
dibebankan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Metode FIFO ini saya gunakan
pada analisis yang dilakukan di Kantor Penjualan PT. Sinar Sosro dengan didukung oleh
data-data dan informasi yang diperoleh. Serta melakukan komparasi antara metode
Average dan Metode FIFO berdasarkan teori yang ada, maka penulis dapat menarik
sebuah kesimpulan yang dimana dalam perhitungan penilaian persediaan produk
berdasarkan metode Average dikomparasikan dengan metode FIFO terdapat perbedaan
yaitu hasil perhitungan Harga Pokok Penjualan produk berdasarkan metode Average
dengan metode FIFO menunjukan bahwa perhitungan dengan metode FIFO lebih rendah
sebesar Rp. 32.862.422 dari metode Average.
 Hal tersebut sudah cukup untuk membuktikan kepada perusahaan bahwa metode FIFO
lebih efektif dibandingkan metode Average. Produk dari sosro memiliki masa kadaluwarsa
yang dimana penerapan metode FIFO menjadi semakin layak untuk perusahaan menjual
barang berdasarkan urutan yang sama dengan saat barang dibeli. Hal ini terutama
dilakukan untuk barang yang tidak tahan lama dan barang yang kemasannya sering
berubah.
Saran
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji ulang
dari proses produksi hingga menjadi produk jadi yang dimana
dapat dihitung dengan menggunakan metode seperti metode Full
Costing dan Activity Based Costing. Metode Full Costing
menitikberatkan HPP pada proses produksi , proses lain tidak
dimasukkan dalam metode ini sehingga akan mendapatkan angka
yang lebih akurat. Sedangkan metode Activity Based Costing
menitikberatkan HPP pada seluruh proses mulai dari proses
produksi, hingga proses distribusi produk. Selain itu peneliti dapat
membandingkan kedua metode tersebut. Yang dimana diharapkan
mendapatkan aspek perhitungan yang lebih rinci dan aktual
sehingga dapat membantu perusahaan dalam menentukan sebuah
keputusan.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai