Anda di halaman 1dari 12

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PALIATIF

DITINJAU DARI SOSIAL BUDAYA


NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1

M. Riski Ferdiansyah 21031088


M. Arif Fadhali 21031089
Carmenita Sinaga 21031090
Nessa Sesti Liandry 21031091
Azni Nirma Saputri 21031092
Abel Paulina Manik 21031093
Mitha Amalia Rahman 21031099
Resy Fahira Elvid 21031100
Herna Oktavidewi 21031101
A. DEFINISI

• Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
pengurangan penderitaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang sempurna serta pengobatan rasa sakit dan
masalah fisik lainnya. , psikososial dan spiritual. Perawatan paliatif adalah perawatan medis khusus untuk orang
yang menderita penyakit serius. Jenis perawatan ini difokuskan untuk meredakan gejala dan stres penyakit.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
• Kebudayaan pada dasarnya menggambarkan ciri-ciri identitas individu dan kelompok. Sekelompok tanggapan
belajar yang terorganisir, suatu sistem solusi siap pakai terhadap masalah yang dihadapi seseorang yang dipelajari
melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat. Komponen umum budaya”; mencakup nilai-nilai, adat
istiadat, dan keyakinan bersama kelompok yang diwujudkan dalam perilaku. Budaya “memberikan landasan bagi
skema yang digunakan untuk memproses ingatan, membentuk ekspresi kepribadian, dan menentukan reaksi yang
tepat terhadap lingkungan. rangsangan" dan "sistem kepercayaan budaya berinteraksi dengan semua aspek
pemrosesan informasi
B. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan
masyarakat itu sendiri. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
C. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif

Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun tak sedikit. Banyak penderita justru
memilih ke dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru
berobat ke dokter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi. Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita
perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun ponari dengan batu saktinya sebagai
media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turn-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal
yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas
sangat dipercayai oleh masyarakat.
D. Aspek Kebudayaan Perawat

Aspek kebudayaan perawat memiliki kriteria :


a) Latar belakang budaya, perhatian, kebutuhan pasien dan keluarganya diperoleh serta di dokumentasikan
b) Kebutuhan budaya di identifikasikan ole tim dan keluarga, dimasukan dalam rencana perawatan tim interdisplin
c) Komunikasi dengan pasien dan keluarga di hormati, begitu juga dengan pilihan budaya mengenai penyingkapan,
berkata jujur, dan membuat keputusan.
d) Program bertujuan menghormati dan mengakomodasi rentang bahasa, makanan, dan pratek kegiatan keagamaan
pasien serta keluarganya.
e) Kapanpun memungkinkan, tim memiliki akses dan menggunakan pelayanan penerjemah yang tepat
f) Pengerahan dan pratek yang di bayar berjuang untuk merefleksikan keberagaman budaya dari komunitas.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus
Seorang laki-laki usia 52 tahun. penderita DM time II dengan komplikasi luka ganggren pada digiti 1.2.dan 3 kaki
kanannya . Pasien iuga mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan dialisa 2 x seminggu yang sudah dijalaninya
selama 10 tahun. Saat ini pasien mash terdaftar sebagai seorang karyawan swasta, dan jarang masuk kerja karena
kondisi sakitnya. Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan optimal
( harus HD 2x seminggu), ditambah adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering menimbulkan bau
tidak sedap sehingga pasien tidak bisa menggunakan sepatu saat ke kantor pasien tidak dapat masuk kejia setap hari,
karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2x seminggu, serta luka vang masih basa dan berbau tidak sedap
Pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini, tetapi belum sempat
dibicarakan, mengingat kondisi klien yang belum membaik.
B. Pengkajian Spiritual

1. Data Subjektif (DS)


a. Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangrene, pasien jarang masuk kerja karena kondisi sakitnva.
b. Pasien mengatakan mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan dialisa 2x seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun.
c. Pasien mengatakan tidak dapat masuk kerja setiap hari, karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2 × seminggu, serta luka yang masih basah dan berbau tidak sedap)
d. Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan optimal
e. Pasien mengatakan pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini
f. Pasien mengatakan tidak bisa menggunakan sepatu saat kekantor karena adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering menimbulkan bau tidak sedap
g. Pasien mengungkapkan keputusasaan

2. Data Objektif (DO):


a. Pasien tidak mampu berkerja optimal
b. Pasien tampak luka ganggren pada digit 1,2,dan 3 kaki kanannya
c. Pasien tampak berperilaku pasif
d. Pasien tampak kurang inisiatif
e. Afek pasien tampak datar
f. Pasien mengatakan seiak mengalami komnlikasi luka gangrene, pasien selalu taburkan tembakau ke luka
g. Pasien tampak menyembunyikan luka gangrene pada kakinya
h. Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka gangrene
C. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS: Kondisi Penyakit Kronis Distress Budaya
- Pasien mengatakan sejak
mengalami komplikasi luka
gangrene, pasien selalu
taburkan tembakau ke luka
- Pasien mengatakan sholat
yang dilakukannya percuma
saja karena luka yang basah
dan bau tidak sedap
-Pasien selalu menanyakan
makna dan tujuan hidupnya
-Pasien mengeluh bahwa
hidupnya sudah tidak
bermakna lagi
-Pasien mengatakan selalu
merasa menderita
atas penyakit yang
dideritanya

DO:
-Pasien tidak mau berobat ke
faskes untuk perawatan luka
gangrene
-Tampak luka gangrene pada
kaki kanan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Distress budaya berhubungan dengan kondisi penyakit kronis


E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Distress Budaya b.d kondisi penyakit Tujuan: Distress budaya teratasi 1. Identifikasi perasaan
kronis Kriteria Hasil: khawatir, kesepian dan
1. Verbalisasi makna dan tuiuan hidup ketidakberdayaan
meningkat. 2. Identifikasi pandangan
2. Verbalisasi kepuasaan hidup meningkat tentang hubungan antara
3. Verbalisasi perasaan bersalah menurun budaya dan kesehatan.
4. Mampu melakukan 3. Identifikasi kekuatan dan
kebudayaan yang baik. harapan pasien
4. Berikan kesempatan
mengekspresikan tentang
penyakit dan kebudayaan
5. Diskusikan kebudayaan
tentang kebiasaan yang baik
6. Ajarkan metode relaksasi,
meditasi, dan
imajinasi terbimbing
THANKYO
U

Anda mungkin juga menyukai