Anda di halaman 1dari 10

MARDIOSY E. RIHI RATU, S.

H
H. Abdurrahman Baswedan
H. Abdurrahman Baswedan atau populer dengan nama A.R. Baswedan (9 September 1908 – 16 Maret 1986)
Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai seorang jurnalis, diplomat. A.R. Baswedan pernah menjadi Wakil
Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante. A.R. Baswedan adalah salah satu diplomat
pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi
Republik Indonesia dari Mesir.
A.R. Baswedan menikah dengan Sjaichun. Pada tahun 1948 Sjaichun meninggal dunia di
Kota Surakarta karena serangan malaria. Tahun 1950 A.R. Baswedan menikah lagi dengan Barkah
Ganis, seorang tokoh pergerakan perempuan, di rumah KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta,
Muhammad Natsir bertindak sebagai wali dan menikahkan mereka. Dia dikarunia 11 anak dan 45
cucu. Baswedan sangat sederhana dan tidak pernah memikirkan harta material. Sampai akhir
hayatnya A.R. Baswedan tidak memiliki rumah. Dia dan keluarga menempati rumah pinjaman di
dalam kompleks Taman Yuwono di Yogyakarta, sebuah kompleks perumahan yang dipinjamkan
oleh Haji Bilal Atmojoewana untuk para pejuang revolusi saat Ibu kota di RI berada di Yogyakarta.
Mobil yang dimilikinya adalah hadiah ulang tahun ke 72 dari sahabatnya Adam Malik, saat
menjabat Wakil Presiden. Cucunya, Anies Baswedan adalah
Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesiapada Kabinet Kerja
pada era Presiden Joko Widodo pada tahun 2014 hingga 2016. Pada 15 Oktober 2017 Anies
dilantik menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta untuk periode 2017-2022.

2
SILSILAH KELUARGA
BASWEDAN

3
Pahlawan Nasional
Pada 2011-2013,[23] Drs. Eddie Lembong melalui Yayasan Nation Building (Nabil) menginisiasi gelar pahlawan kepada A.R.
Baswedan.[24] Ada 6 pertimbangan Yayasan Nabil mengusulkan A.R. Baswedan sebagai pahlawan nasional:
Sebagai salah seorang pembentuk bangsa (nation builder).
1.
Sebagai salah satu Bapak Bangsa (Founding Father).
2.
Ikut berjasa dalam Pengakuan Diplomatik Pertama bagi RI.
3.
Salah seorang perintis Pers Nasional Indonesia.
4.
Tokoh Multikultural yang memperjuangkan kesetaraan jender
5.
Seniman dan agamawan.
6.

4
Sumpah Pemuda Keturunan Arab

Berkat foto dan tulisan ini, A.R. Baswedan lalu mengumpulkan dan menyatukan para pemuda Arab untuk
berkomitmen menyatakan Indonesia sebagai tanah air. Terinspirasi oleh Sumpah Pemuda yang digalang
oleh Muh. Yamin, Soegondo, dan kawan-kawannya pada 28 Oktober 1928 di Jakarta, para pemuda
keturunan Arab pun mengucapkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab di Semarang setelah mendirikan
Persatoean Arab Indonesia (PAI), di kemudian hari menjadi Partai Arab Indonesia (PAI). Berikut bunyi
Sumpah Pemuda Keturunan Arab:
1. Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia (sebelum itu mereka berkeyakinan tanah airnya adalah
negeri-negeri Arab dan senantiasa berorientasi ke sana).
2. Peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan menyendiri (mengisolasi diri).
3. Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah-air dan bangsa Indonesia.

5
Seorang Perintis Pers Nasional Indonesia

Aktivitas lain yang turut dilakoni A.R. Baswedan hingga akhir hayatnya adalah sebagai jurnalis. Di dalam sebuah buku berjudul
jagat wartawan indonesia, karya seorang wartawan senior subagijo IN (1981), nama A.R. Baswedan turut dimasukkan menjadi
salah satu dari 111 perintis pers nasional indonesia. Dipilihnya A.R. Baswedan tersebut sebagai salah satu perintis pers nasional
karena perjuangan nasionalismenya yang sejak muda dalam era pergerakan nasional indonesia, beliau merupakan wartawan yang
gigih dalam menyuarakan dan menulis perjuangan indonesia merdeka, serta menyadarkan keturunan arab agar turut ikut serta dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sebagai tanah airnya (darban, 2011). Begitupula nama A.R. Baswedan yang juga
dimasukkan ke dalam buku tanah air bahasa: seratus jejak pers indonesia (2007), yang berisikan profil dari seratus wartawan senior
Indonesia. Dalam hidupnya A.R Baswedan menyadari sesuatu hal, bahwasannya begitu pentingnya kekuatan dari sebuah pena yang
menyebarkan opini dan gagasan dari sebuah kemajuan yang membawa manfaat kepada masyarakat luas.

6
Penghargaan dan Tanda Jasa

Berkat sumbangsihnya dalam perjuangan bangsa, negara memberi A.R. Baswedan penghargaan. Tak hanya Republik Indonesia
yang turut A.R. Baswedan bangun, dua negara Islam lain pun turut memberinya penghargaan atas kontribusinya dalam membangun
hubungan antarnegara dan juga sikapnya yang mendorong penuh kemerdekaan, yaitu dari Mesir dan Aljazair.[3]
1. Negara pada 1970 mengakui A.R. Baswedan sebagai salah seorang Perintis Kemerdekaan.
2. Pada 9 November 1992, negara mengakui dan menghargai kontribusi besar A.R. Baswedan yang turut menyusun UUD 1945
dalam BPUPKI. Karena itu, negara menganugerahkan Bintang Mahaputra Utamakepada A.R. Baswedan dan 44 anggota
BPUPKI lainnya.
3. Pada Juli 1995 Duta Mesir untuk Indonesia, Sayed K El Masry memberikan penghargaan kepada A.R. Baswedan berupa piagam
dari bahan papirus, yang berisikan naskah Perjanjian Persahabatan RI-Kerajaan Mesir pada 10 Juni 1947 dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Arab.
4. Pada 23 Desember 1995, Aljazair memberikan medali kepada A.R. Baswedan atas pertemanannya dengan para tokoh Aljazair
dan memberikan bantuan moril atas peristiwa Revolusi Aljazair 1 November 1954.[19]
5. Pada 2013, Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono juga menganugerahi A.R. Baswedan Bintang Mahaputra Adipradana pada
10 Agustus 2013.[20][21]
6. Pada 8 November 2018, negara memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada A.R. Baswedan atas jasa-jasanya dalam
kemerdekaan Indonesia.

7
Karya A.R. Baswedan

1. Tulisan-tulisan A.R. Baswedan tersebar di banyak media. Tapi sayang, tak semua tulisannya sempat terkumpulkan dan
diterbitkan secara kronologis. Berikut ini sebagian karya A.R. Baswedan yang sempat dikumpulkan dan dicetak:
2. Debat Sekeliling PAI (tahun 1939)
3. Beberapa Catatan tentang Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab (1974)
4. Buah Pikiran dan Cita-cita AR Baswedan (diterbitkan Sekjen PAI, Salim Maskati).
5. Menuju Masyarakat Baru, sebuah cerita Toneel dalam 5 Bagian.
6. Rumah Tangga Rasulullah diterbitkan Bulan Bintang pada 1940 (Shalahuddin Press menerbitkan ulang buku ini pada
1980-an; pada 2018 ini Qafmedia menerbitkan kembali buku ini atas permintaan pembaca yang kangen dengan buku ini
dan kebutuhan khalayak saat ini atas bacaan berkualitas tentang Nabi Muhammad saw.).
7. AR Baswedan: Revolusi Batin Sang Perintis [2016] (buku ini dikumpulkan dan disunting Nabiel A. Karim Hayaze dan
berisi tulisan terpilih A.R. Baswedan dan tentang A.R. Baswedan dari peneliti). [17]

8
A.R. Baswedan memiliki sikap dan jiwa nasionalisme yang begitu
melekat dalam dirinya, yang dapat ditunjukannya melalui semangat
perjuangannya dalam menyatukan kebangsaan Indonesia. Lebih dari itu,
A.R. Baswedan dapat disebut sebagai pembentuk bangsa, juga seorang

KESIMPULAN pluralis dan intelektual.


Dengan perjuangannya itu, beliau dapat membongkar paham yang
memaksakan adanya minoritas dan mayoritas, padahal sebagai suatu
bangsa, Indonesia haruslah bersifat multiminoritas dan pluralis
intrakultural. Sumpah Pemuda Keturunan Arab yang dinyatakan oleh
A.R. Baswedan ini merupakan suatu gerakan revolusioner daripada
pembentukan suatu bangsa, yang seiring dengan perkembangan zaman
sering terlupakan dalam sejarah Indonesia. Perjalanan hidup seorang
A.R. Baswedan berakhir dengan gemilang sebagai pembentuk bangsa
Indonesia. Beliau telah memberikan sumbangan begitu besar bagi
bangsa Indonesia, serta turut menciptakan cikal bakal kebangsaan yang
dapat kita rasakan hingga saat ini. Berdasarkan hasil dari tulisan ini,
penulis mengharapkan kepada pembaca terutama para generasi muda
untuk dapat mencontoh karakter nasionalisme dari seorang A.R.
Baswedan ini, sebab Negara ini bukan hanya membutuhkan orang-orang
yang hebat saja, akan tetapi juga orang-orang yang berjiwa nasionaisme
untuk dapat memajukan bangsa.

20XX 9
Thank you

10

Anda mungkin juga menyukai