Anda di halaman 1dari 11

SEMANTIK

Prof Dr. Retno W


Dr. Raheni Suhita, M.Hum

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


ASPEK MAKNA
Pengertian (sense) : dicapai apabila pembicara dengan lawan
bicara mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau
disepakati bersama.
Nilai rasa (feeling) : berhubungan dengan nilai rasa dan sikap
pembicara terhadap hal yang dibicarakan. nilai rasa berkaitan
dengan makna Dalam kehidupan sehari-hari selamanya kita
berhubungan dengan rasa dan perasaan. Saat jengkel, terharu,
gembira, dll kita menggunakan bahasa yang berbeda
Nada (tone) : Aspek nada berhubungan dengan aspek makna
Kalau seorang sedang jengkel,nada suaranya akan meninggi.
Kalau seseorang minta sesuatu, maka nada suaranya akan
lembut
Maksud (intention) : Maksud yang diinginkan dapat bersifat
deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi ,dll
Kalau seseorang berkata, “Hei akan hujan.” Pembicara itu
mengingatkan pendengar: a) cepat-cepat pergi; b)bawa
payung;, dll
Ragam Makna Leech
Makna Konotatif : Makna lain yang ditambahkan pada sebuah
kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok.
Makna Stilistik : makna yang timbul karena gaya pemilihan kata
sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan bidang kegiatan di
dalam masyarakat. contoh kata ‘rumah’, ‘pondok’, ‘vila’, ‘keraton’,
‘gubuk’, ‘kediaman’, dan ‘resindensi’.
Makna Afektif : makna yang berhubungan dengan perasaan
pembicara terhadap lawan bicara atau objek yang dibicarakan.
lebih terlihat perbedaannya dengan makna lain bila digunakan secara
lisan. contoh kalimat ‘mohon tenang’ dan ‘tutup mulut kalian’
memiliki pesan yang sama,. namun, kalimat ‘mohon tenang’ memiliki
makna yang terdengar halus, sedangkan kalimat ‘tutup mulut kalian’
memiliki makna dengan konteks yang lebih kasar.
Makna Refleksi : makna yang muncul pada saat penutur merespon
apa yang dia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif ketika digu-
nakan secara lisan, contoh: aduh, wah, oh, astaga, ah, yah.
Makna Kolokatif : makna yang timbul pada kata bersinonim, namun
penggunaan masing masing memiliki ciri ciri tertentu. Misal ‘tampan’
dan ‘cantik’ . Kata ‘tampan’ identik dengan pria, sedangkan kata
‘cantik’ identik dengan wanita.
Makna Konseptual : makna yang dimiliki oleh sebuah kata terlepas
dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna
konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang
berdiri sendiri.
Makna Tematik : makna yang disampaikan menurut cara
penuturannya atau cara penataan pesannya, yang meliputi urutan
fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif dipengaruhi pula oleh
penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif.
Relasi Makna
hubungan makna yang terdapat pada sebuah kata atau leksem. Yang
membentuk pola tautan semantik. Perwujudan tautan makna
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1) Relasi antara bentuk leksikal dan makna leksikal yang melibatkan sinonimi
dan polisemi.
2) Relasi antara dua makna yang melibatkan antonimi dan hiponimi.
3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi dan homofoni.
4) Relasi antara bentuk-bentuk yang melibatkan akronimi,
singkatan, kontraksi, dan haplologi.
(a) Akronimi: kata yang berupa gabungan huruf atau suku
yang diucapkan sebagai kata yang wajar.
(b) Singkatan: kata yang berupa gabungan huruf-huruf sebagai
kependekan dari ujaran
(c) Reduksi: kata yang berupa pemendekan atau pemenggalan
sebagian fonem atau suku kata
(d) Haplologi: kata yang berupa gabungan kata-kata yang kehilangan fonem
-fonem karena bersamaan dan berurutan.
Prinsip Relasi Makna
 Prinsip Tumpang Tindih : kata atau leksem mengandung
aneka informasi atau aneka makna. Prinsip ini melahirkan
relasi makna homonimi dan polisemi.

 Prinsip Persinggungan : kata atau leksem mengandung


persamaan atau kemiripan makna. Prinsip ini melahirkan
relasi makna sinonimi.

 Prinsip Komplementasi : kata-kata atau leksem itu


mengandung perlawanan atau kontras. Prinsip ini melahirkan
relasi makna antonimi
.
 Prinsip Inkulsi : kata-kata atau leksem mengandung
makna Yang tercakup oleh makna lain. Prinsip ini
melahirkan relasi makna hiponimi.

 Prinsip Kontraksi : kata-kata atau leksem merupakan


kependekkan dari konstruksi lain. Prinsip ini
melahirkan relasi makna akronimi, singkatan, re-
duksi, dan haplologi
Analisis Komponen Makna
Tujuan : mengetahui hubungan- hubungan makna
yang ada di dalam kata melalui
analisis komponen pembeda. Digunakan
untuk melihat kedekatan/kemiripan/
kesamaan/ketidaksamaan makna
Langkah :
1. Menyeleksi makna semestara yang muncul dari
sejumlah komponen yang umum dengan
pengertian makna yang masih dalam domain
marah : mendongkol, menggerutu,dll
2. Mendaftar ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya
Misal : ayah memilik ciri spesifik [+insan], [+jantan],
[+kawin], [+anak]
3. Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk
kata yang lain.
Misal : “jantan” dapat digunakan untuk ayah, kakek,
kakak laki-laki
4. Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan
untuk setiap kata.
Misal “ibu” terdapat komponen “perempuan”, “lembut”,
“mengalah”
5. Mencek data yang dilakukan pada langkah pertama
6. Membuat matrik komponen diagnostik.
Matrik Komponen Diagnostik

Set Paradikmatik
Manula/lansia Terik

Dewasa Panas

Remaja Hangat

Kanak-kanak Sejuk

Bayi Dingin
SET BINER
KOMPONEN MAKNA AYAH IBU
Dewasa ya Ya
jantan ya tidak
dewasa ya Ya
kawin ya ya

KELEMAHAN
1. ada pasangan kata yang bersifat netral atau umum sedangkan
yang lain bersifat khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi.
2. ada unsur leksikal yang sukar dicari pasanganya tetapi
ada yang memiliki pasangan lebih dari satu.
3. sukar mengatur ciri-ciri semantik secara bertingkat, mana yang
lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus.
Contoh, ciri jantan dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum

Anda mungkin juga menyukai