Anda di halaman 1dari 16

ETIKA, RELASI KARYAWAN

DAN PERLAKUAN ADIL DI TEMPAT KERJA

Oleh :
Ida Bagus Kusara Sandhi (053321017)
Vincent Arthur Alexius Silitonga (53321020)
ETIKA
Etika (ethics) adalah prinsip-prinsip tingkah laku yang mengatur seorang individu
atau kelompok.
Prinsip-prinsip yang digunakan orang untuk memutuskan bagaimana tingkah laku
mereka seharusnya. Akan tetapi, keputusan etika tidak meliputi semua tingkah
laku. Alih-alih, keputusan etis selalu berakar dari moralitas. Moralitas berarti
standar perilaku yang diterima masyarakat, dan selalu melibatkan pertanyaan
mendasar mengenai benar salah seperti mencuri, membunuh, dan bagaimana
memperlakukan orang lain.
ETIKA DAN HUKUM
Hukum mungkin bukan pedoman yang sangat mudah memutuskan
mengenai apa yang etis untuk dilakukan, tetapi beberapa beberapa
manajer memperlakukannya seperti itu. Bisnis ada untuk menghasilkan
laba, jadi profitabilitas cendrung menjadi penyaring awal yang
digunakan manajer dalam mengambil keputusan.
HAK KARYAWAN
DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Tidak semua hak berasal dari hukum. Banyak hak yang mengalir dari hak"asasi
manusia" atau "hak yang tidak dapat dirampas". Keyakinan tidak tertulis yang
dianut masyarakat secara luas. Sebagai contoh, Deklarasi kemerdekaan Amerika
Serikat yang tersohor mengatakan "kami menganggap kebenaran in berdiri sendiri.
bahwa semua orang diciptakan setara, bahwa mereka diberkati oleh sang pencipta
dengan Hak tertentu yang tidak dapat dirampas, yang diantaranya adalah kehidupan,
kebebasan, dan pencarian kebahagiaan
Kebanyakan hukum juga mencerminkan kebijakan publik. Dengan kata lain,
pemerintah memberlakukan hukum untuk mendukung tujuan kebijakan publik. Jadi,
jika pemerintah memutuskan untuk mewajibkan semua perusahaan bisnisnya
memberikan cuti sakit karyawan merupakan kepentingan dari warganya, mereka
akan mengesahkan hukum untuk melakukannya. Kebijakan public terdiri atas
keputusan politik untuk menerapkan program untuk mencapai sasaran
kemasyarakatan, seperti halnya hukum cuti sakit. pemerintah mengekspresikan
kebijakan publik pilihan mereka dalam hukum dan regulasi yang mereka tetapkan.
KETIDAKADILAN DI TEMPAT KERJA
Salah satu cara melihat kejelasan etika perusahaan adalah mengetahui seberapa adil
perusahaan tersebut memperlakukan karyawannya. Seseorang yang mengalami
perlakuan tidak adil di tempat kerja mengetahui bahwa hal ini demoralisasi.
Perlakuan tidak adil merusak moral, meningkatkan stres, dan membawa pengaruh
negatif bagi kinerja. Karyawan dengan penyelia yang kasar memiliki kemungkinan
lebih tinggi untuk berhenti, dan menyampaikan kepuasan kerja dan hidup yang lebih
rendah dan stres yang lebih tinggi.
Mengapa kita harus memperlakukan karyawan
secara adil?
ketidakadilan dapat menjadi bumerang bagi peruhaan. Sebagai contoh, korban
ketidakadilan menunjukan lebih banyak penyimpangan di tempat keria, seperti
pencurian dan sabotase. Persepsi adanya keadilan berhubungan dengan komitmen
karyawan yang lebih tinggi, kepuasan yang lebih tinggi dengan organisasi,
pekerjaan, dan pemimpin dan prilaku kewarganegaraan organisasi yang lebih baik.
Orang yang memandang diri mereka sendiri sebagai korban ketidakadilan
mengalami berbagai pengaruh buruk termasuk kesehatan yang buruk,ketegangan,
dan kondisi psikologis. Ketidakadilan menyebabkan adanya ketegangan.
FAKTOR YANG MEMBENTUK PRILAKU
ETIS DI TEMPAT KERJA
• Kelonggaran moral
• Usia pekerja
• Tekanan pekerjaan
• Tekanan dari atasan
• Kebijakan dan kode etika
• Penegakan
• Pengungkap dugaan pelanggaran
• Kultur organisasi
• Pengendalian kecurangan
Meningkatkan Kinerja
(Alat-alat SDM Untuk Manajer Lini dan Wirausahawan)

1. Etika bisnis kecil


Ketika orang berpikir mengenai perilaku korporat yang tidak etis, perusahaan
besarlah yang terlintas dalam pikiran, karena perusahaan-perisahaan tersebut
biasanya dimuat di kepala berita. Namun, studi memperlihatkan bahwa perusahaan
berukuran kecil dan menengah pun sama rentanya dengan perusahaan besar, terkait
perilaku korporat tersebut.
Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan harus lebih berhati-hati terhadap
perilaku tidak etis. Perusahaan kecil tidak mempunyai sumber daya untuk
memperkejakan pejabat etis, hotline etika, atau pelatihan etika yang dimiliki
perusahaan besar.
2. Menggunakan alat-alat manajemen SDM

Manajer mempunyai berbagai alat manajemen sumber daya manusia yang dapat ia
gunakan untuk memelihara etika dan perlakuan adil.
Alat seleksi
Cara yang paling sederhana untuk menyetel sebuah organisasi, secara etika, adalah
dengan mempekerjakan lebih banyak orang etis. "Penyaringan etika" harus dimulai
bahkan sebelum pelamar melamar; gunakan materi perekrutan yang menekankan
komitmen perusahaan terhadap etika.
3. Kebijakan Privasi Karyawan
Kebanyakan para karyawan memandang pelanggaran privasi mereka suatu hal yang tidak etis
dan tidak adil. Hal yang dianggap melanggar privasi karyawan adalah mencampuri,
mempublikasikan hal-hal pribadi, pengungkapan catatan medis

4. Media Sosial dan SDM


Sebuah survei menemukan bahwa 40% dari pemberi kerja yang disurvei mempunyai
kebijakan formal yang mengatur media sosial yang digunakan karyawan. Akan tetapi,
pemberi kerja perlu merumuskan kebijakan tersebut denggan hati-hati. Sebagai contoh,
pembantasan yang terlampau luas pada "komentar yang menghina mengenai perusahaan
melalui media apapun, termasuk daring.
5. Imbalan dan Sistem Disipliner
Berdasarkan langkah-langkah SDM yang dapat diambil manajer untuk
mempromosikan etika dan perilaku adil, karyawan mengharapkan pemberi kerja
menghukum perilaku tidak etis dan member imbalan untuk perilaku etis. Selain itu,
pemberi kerja harus mendisiplinkan esksekutif, tidak hanya bawahan, yang
berkelakuan buruk.

6. Mengelola pendisiplinan karyawan


Hampir tidak ada pratik manajemen sumber daya manusia yang akan meracuni
persepsi karyawan mengenai "perlakuan etis dan adil" atau melemahkan relasi
karyawnan-pemberi kerja seperti protes disipliner yang tidak adil. Tujuan dari
pendisiplinan (discipline) adalah untuk mrdorong karyawan agar mematuhi peraturan
dan regulasi. Pendisiplinan diperlukan ketika karyawan melanggar salah satu
perusahaan. Akan tetapi, prosesnya haruslah dipikirkan dengan baik dan adil.
7. Tiga Pilar
1. Peraturan Dan Regulasi
Peraturan dan regulasi disipliner yang jelas adalah pilar yang pertama. Peraturannya harus
mengenai masalah-masalah seperti pencurian, perusakan property perusahaan, minum-
minuman saat kerja, dan pembangkangan.

2. Hukuman
System hukuman progresif adalah pilar kedua dari pendisiplinan yang efckif, kerasnya
hukuman biasanya bergantung pada pelanggaran dan jumlah terjadinya.

3. Proses Banding
Ketiga, proses banding harus menjadi bagian dari proses disipliner tujuannya dalah untuk
memastikan bahwa penyelia memberikan pendisiplinan secara adil.
8. Mendisiplinkan Karyawan
Memastikan bahwa buktinya mendukung tuntutan kesalahan karyawan. Arbitrator
acap kali menyebut bahwa "bukti pemberi kerja tidak mendukung tuntutan terhadap
kesalahan karyawan *ketika menerima kembali karyawan yang dipecat.
Pastikan untuk melindungi hak karyawan dalam mendapatkan perlakuan adil. Jadi
kita juga di tuntut untuk memberikan sanki tetapi harus tetap adil, dengan cara
melihat bukti, saksi mata lalu kita harus mempertimbangkan sanksi apa yang harus
di berikan.
9. Pendisiplinan Tanpa Hukuman
Pendisiplinan tradisional mempunyai dua kekurangan utama pertama, tidak scorang
pun yang senang dihukum. Kedua, hukuman cenderung menghasilkan kepatuhan
jangka pendek, tetapi tidalk menghasilkan kerja sama jangka panjang. Pendisiplinan
tapa hukuman bertujuan untuk menghindari kelemahan dengan mengurangi sifat
menghukum dari pendisiplinan
KESIMPULAN

Etika dan perlakuan adil memainkan peran penting dalam


mengelola karyawan di tempat kerja. Etika merujuk pada
prinsip-prinsip perilaku individu atau kelompok. Beberapa
masyarakat hanya mengandalkan pada etika atau rasa keadilan
manager, dan oleh karenanya mengatur hak karyawan, seperti
hak uang pensiun karyawan, hak pencemaran nama baik .

Anda mungkin juga menyukai