Saat kita menjalani hidup sehari-hari, kita diarahkan oleh banyak pengaruh. Sebagai warga
masyarakat yang berkesadaran social, kita ingin melakukan apa yang benar secara moral,
etis dan menurut hukum. Kata ethics berasal dari bahasa yunani ethos, yang berarti karakter.
Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai-nilai yang menegaskan benar atau salah
bagi seseorang atau suatu kelompok. Semua individu termasuk manajer harus bertanggung
jawab pada masyarakat atas perilaku mereka. Untuk itu perilaku yang etis dapat
didefinisikan sebagai perilaku yang memenuhi prinsip-prinsip yang benar dan salah yang
telah diterima oleh masyarakat.
2. Pelecehan seksual
3. Konflik kepentingan, misalnya jika manajer meminta suatu imbalan untuk pengambilan
keputusan yang dapat menguntungkan si pemberi imbalan.
4. Menyalahgunakan kepercayaan konsumen, misalnya manajer memiliki informasi tertentu
tentang konsumen dan membaginya dengan orang lain.
5. Manajer menggunakan fasilitas kantor untuk kepantingan pribadi.
Dimusim dingin, di tengah badai salju, sekolah-sekolah ditutup dan banyak orang
memutuskan untuk berdiam di rumah. Akan tetapi, Richard Addressi telah selesai mandi,
bercukur dan berpakaian untuk ke kantor. Ayah Addresi telah bekerja di IBM selama 36
Tahun, sedangkan dia kurang 4 bulan dari peringatan ke-30 masa kerjanya di perusahaan
itu. Addresi berpamitan mencium Istrinya, Joan, tetapi sebelum ia memcapai mobilnya, ia
terjatuh di lantai garasi dan meninggal karena serangan jantung. Dia telah bekerja di IBM
sejak usia 18 tahun dan baru saja mencapai usia 48.
Anda adalah wakil presiden yang berwenang mengurus kesejahteraan karyawan IBM.
Addressi hanya kurang 4 bulan sebelum mencapai pensiun penuh, apakah anda akan
memberikan pension sepenuhnya kepada istri Addressi dan anak-anaknya? Jika anda
menjawab ya, mereka akan menerima uang pension penuh sebesar $ 1800 per bulan dan
bebas biaya pengobatan seumur hidup. Jika anda mengatakan tidak, istri Addresi dan anak-
anaknya hanya akan menerima $ 340 sebulan. Mereka juga harus membayar $473 per bulan
untuk melanjutkan asuransi kesehatannya. Sebagai wakil presiden yang menangani
kesejahteraan karyawan di IBM, tindakan etis apa yang harus dilakukan?
2.2.1 Pengaruh Pada Pengambilan Keputusan yang Etis
Karena Richard Addessi telah bekerja 30 tahun kurang 4 bulan, pimpinan IBM tidak
mempunyai pilihan lain kecuali memberikan Joan Addressi dan kedua anak perempuannya
bagian dana pensiun yang lebih kecil. Apakah keputusan IBM adalah etis? Mungkin anda
akan mengatakan tidak. Anda bayangkan bagaimana perusahaan begitu tega tidak
memberikan pensiun penuh kepada keluarga Richard Addressi yang anda yakini mereka
berhak akan itu. Mungkin orang lain berpendapat bahwa IBM telah melakukan tindakan
yang etis dengan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dalam program pensiun. Lagi
pula, bertindak adil berarti menerapkan peraturan yang sama kepada setiap orang.
B. Pengembangan Moral
Ada tiga tingkat perkembangan moral yang masing –masing terdoro dari dua tahap. Pada
setiap tahap berikutnya, pertimbangan moral seseorang menjadi semakin berkurang
ketergantungannya pada pengaruh-pengaruh luar. Ketiga tingkatan itu dan keenam
tahapan itu dalam gambar 2.
Gambar 2. Tahap-tahap perkembangan moral
Tingkat Deskripsi Tahap-Tahap
Prinsip 6. Mengikuti prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri bahkan seandainya prinsip-
prinsip itu melanggar hukum
5. menghargai hak-hak orang lain dan mempertahankan nilai-nilai dan hak-hak mutlak
tanpa memperdulikan pendapat mayoritas.
Konvensional 4. Mempertahankan tatanan konvensinya dengan memenuhi kewajiban-
kewajiban yang telah anda sepakati
3. Menghayati apa yang diharapkan oleh orang-orang yang dekat dengan anda
Pra Konvensional 2. Mentaati peraturan apabila berbuat sedemikian itu merupakan
kepentingan langsung anda
1. Mentaati peraturan untuk menghindari hukuman fisik
Riset pada tahap-tahap ini memungkinkan kita untuk menarik sejumlah kesimpulan.
Pertama, orang melangkah melalui keenam tahap itu dalam bentuk tangga. Mereka
perlahan-lahan menaiki suatu tangga, tahap demi tahap. Kedua, tidak ada jaminan
berlangsungnya pertumbuhan moral. Pertumbuhan dapat berhenti pada setiap tahap.
Ketiga, mayoritas orang dewasa berada ditahap 4. Mereka terbatas pada memenuhi aturan-
aturan dan akan siap sedia untuk berperilaku secara etis. Misalnya, seorang manajer tahap
ketiga cenderung membuat membuat keputusan-keputusan yang akan mendapatkan
persetujuan rekan sejawat, seorang manajer tahap keempat akan berusaha untuk menjadi
“warga korporasi yang baik” dengan membuat keputusan-keputusan yang menghormati
prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan organisasi itu; dan seorang manajer dalam
tahap kelima lebih cenderung menantang praktek-praktek organisasi yang dianggapnya
keliru. Banyak usaha-usaha belakangan ini dilakukan oleh perguruan-perguruan tinggi guna
meningkatkan kesadaran etis para mahasiswa dan pedoman-pedoman dipusatkan untuk
mendorong mereka bergerak ke tingkat yang berprinsip.
C. Prinsip-prinsip Pengambilan keputusan yang etis
Selain dari masalah-masalah intensitas etika yang tingkat kedewasaan moral seorang
manajer, prinsip-prinsip etika tertentu yang digunakan manajer juga akan mempengaruhi
cara mereka memecahkan dilemma etika. Sayangnya tidak ada satupun “prinsip ideal” yang
dapat digunakan untuk mengambil keputusan bisnis yang etis.
Menurut Profesor Larue Hosmer, sejumlah prinsip etika yang berbeda dapat digunakan
untuk mengambil keputusan bisnis, antara lain:
1. Prinsip kepentingan pribadi jangka panjang
Prinsip etika dimana anda tidak perlu melakukan tindakan apapun yang bukan menyangkut
kepentingan jangka panjang pribadi atau organisasi anda.
2. Prinsip kebijaksanaan pribadi
Prinsip etika yang berkeyakinan bahwa anda tidak boleh melakukan apapun yang tidak
jujur, tidak terbuka, tidak tulus dan tidak suka dilaporkan di surat kabar maupun televisi.
3. Prinsip perintah agama
Prinsip etika yang berkeyakinan bahwa anda janganlah melakukan tindakan yang tidak baik
dan tidak menciptakan sikap bermasyarakat, sikap dimana setiap orang berkerja bersama
mencapai tujuan yang diterima masyarakat.
4. Prinsip peraturan pemerintah
Prinsip etika yang menghendaki agar anda tidak melakukan tindakan yang melanggar
hukum, karena hukum mewakili standar moral minimal.
5. Prinsip manfaat bersama
Prinsip etika yang menyatakan bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak
menghasilkan kebaikan lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya, lakukan apa yang
menciptakan kebaikan terbesar kepada jumlah terbanyak.
6. Prinsip hak perorangan
Prinsip etika yang meyakini bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang melanggar
hak orang lain yang telah disepakati.
B. Pelatihan Etika
Tujuan dari pelatihan etika adalah :
1. Membangun kesadaran karyawan tentang etika. Hal ini berarti membantu karyawan
mengenali masalah mana yang merupakan masakah etika dan kemudian menghindari
pembenaran terhadap perilaku yang tidak etis. Dua perusahaan telah menciptakan
permainan lembaga untuk meningkatkan kesadaran akan masalah etika. Citicorp Banks
mamiliki suatu permainan yang disebut “Etika Kerja” di mana pemainnya dinilai menang
atau kalah, tergantung pada jawaban mereka terhadap pertanyaan mengenai hukum,
peraturan, kebijakan, dan pertimbangan.
2. Untuk memperoleh kepercayaan pada karyawan. Tidak mengherankan jika karyawan
menjadi sangat curiga akan alasan manajemen menawarkan pelatiha etika.
3. Untuk melatih karyawan suatu model praktis dari pengambilan keputusan yang etis.
Suatu model dasar dapat membantu mereka memikirkan akibat dari keputusan mereka bagi
orang lain dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat memilih diantara berbagai
pemecahan.
Pandangan Klasik (The Classical View) adalah pandangan bahwa satu-satunya tanggung
jawab manajemen adalah untuk memaksimalkan keuntungan atau laba. Pendukung dari
pandangan klasik ini adalah Milton Friedman. Ia mengatakan bahwa kebanyakan manajer
sekarang ini adalah manajer profesional, yang berarti mereka tidak memiliki perusahaan
yang mereka jalankan. Mereka adalah karyawan, hanya bertanggung jawab kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu tanggung jawab utama mereka adalah menjalankan
usaha itu demi kepentingan terbaik bagi para pemegang saham tadi. Dan kepentingan yang
terbaik bagi para pemegang saham adalah pendapatan finansial.
Menurut Friedman, apabila manajer-manajer memutuskan sendiri untuk menghabiskan
sumber daya organisasi mereka bagi “kebaikan sosial” mereka menggerogoti mekanismen
pasar. Seseorang harus membayar pendistribusian ulang aset-aset ini. Apabila tindakan-
tindakan yang secara sosial bertanggung jawab itu mengurangi laba dan deviden, maka
para pemegang saham akan rugi. Apabila upah dan tunjangan-tunjangan harus dikurangi
untuk membayar tindakan-tindakan sosial, para konsumen akan rugi. Seandainya harga-
harga lebih tinggi ditolak oleh para konsumen dan penjualan merosot, usaha itu barangkali
tidak akan berlangsung terus menerus, dalam hal ini, semua unsur organisasi akan rugi.
Apalagi Friedman mengatakan apabila manajer-manajer profesional mengejar sesuatu yang
lain daripada laba, mereka secara implisit mengangkat diri mereka sendiri sebagai pembuat
kebijakan yang tidak dipilih. Ia mempertanyakan apakah para manajer perusahaan-
perusahaan bisnis itu mempunyai keahlian untuk menentukan bagaimana masyarakat itu
seharusnya. Hal itu, kata Friedman, merupakan masalah yang harus diputuskan oleh
perwakilan-perwakilan politik yang kita pilih.
Pandangan Sosial Ekonomi (The socioeconomic view) adalah pandangan bahwa tanggung
jawab sosial manajemen jauh melampaui sekedar memperoleh laba melainkan juga
mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Para sosial ekonomi melawan dengan mengatakan bahwa jaman telah berubah, dan
bersama dengan jaman harapan-harapan masyarakat terhadap bisnis berubah pula. Ini
paling baik diilustrasikan dalam pembentukan perusahaan-perusahaan secara hukum.
Perusahaan itu terdaftar oleh pemerintah, dan pemerintah memberikan ijin untuk
mencabutnya. Jadi perusahaan-perusahaan itu bukanlah badan-badan mandiri yang hanya
bertanggung jawab pada pemegang saham. Mereka pun mempunyai tanggung jawab
terhadap masyarakat yang lebih luas yang menciptakan dan mendukung mereka. Salah
seorang penulis, dalam mendukung pandangan sosial ekonomi itu mengingatkan kita
bahwa “memaksimalkan laba merupakan prioritas kedkedua perusahaan , bukan prioritas
utama. prioritas pertama adalah menjamin kelangsungan hidupnya.
D. Etika Manajerial
Etika adalah aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang merumuskan perilaku benar dan salah,
dalam hal ini kita ingin meninjau dimensi etis keputusan-keputusan manajerial. Banyak
keputusan yang dibuat para manajer menuntut mereka untuk merenungkan siapa yang
dapat terkena, dalam rangka hasilnya ataupun prosesnya.
Menurut Stephen P Robbins dan Mary Coulter, terdapat empat pandangan tentang etika,
yakni :
Ulititarian view of ethics (pandangan etika utilitarian)
Pandangan ini menyatakan bahwa keputusan-keputusan etika dibuat semata-mata
berdasarkan hasil atau akibat keputusan itu. Keputusan ini biasanya didasarkan pada
perhitungan kuantitatif, sehingga teori ini didasarkan pada metode kuantitatif. Sasaran
utilitarianisme adalah memberikan manfaat tebesar bagi jumlah terbesar. Di satu pihak,
utilitarianisme mendorong efisiensi dan produksivitas dan sesuai dengan sasaran
maksimalkan laba. Namun dilain pihak, pandangan itu dapat menyebabkan melencengnya
alokasi sumber daya, terutama apabila beberapa orang yang kena dampak keputusan itu
tidak memiliki perwakilan atau suara dalam keputusan tersebut. Utilitarianisme dapat juga
menyebabkan hak-hak sejumlah orang yang berkepentingan menjadi terabaikan.
Theory of justice view of ethics (pandangan etika teori keadilan)
Pendekkatan ini menyatakan bahwa para manajer harus menerapkan, memaksakan,
mendorong peraturan secara adil dan tidak memihak serta tindakan itu dilakukan dengan
mengikuti seluruh peraturan dan perundang-undangan di bidang hukum. Misalnya, seorang
manajer akan menggunakan sudut pandang teori keadilan dalam menentukan pembayaran
seorang karyawan baru tingkat dasar sebesar $1,50 sejam di atas upah minimum, karena
yang berpendapat bahwa upah minimum itu tidak memadai untuk memungkinkan
karyawan-karyawan memenuhi kewajiban-kewajiban dasar keuangan mereka. Menerapkan
standar-standar keadilan juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sikap itu melindungi
kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan yang barangkali tidak
mempunyai kekuasaan; tetapi pandangan tersebut dapat mendorong suatu perasaan
mempunyai hak yang boleh jadi membuat para karyawan mengurangiusaha menempuh
risiko, berinovasi, dan produktivitas.
Rights view of ethics (pandangan etika hak)
Pandangan ini menekankan bahwa manajer peduli terhadap pernghormatan dan
perlindungan hak terhadap kerahasiaan, kebebasan pribadi individu, misalnya hak terhadap
kerahasiaan, kemerdekaan berbicara dll. Segi positif sudut pandang hak-hak ini adalah
bahwa sudut pandang tersebut melindungi kerahasiaan dan kebebasan individu-individu.
Tetapi pandangan tersebut memiliki sisi negatif dalam organisasi. Pandangan itu dapat
menimbulkan hambatan-hambatan terhadap produktivitas dan efisiensi yang tinggi dengan
menciptakan iklim kerja yang lebih memperhatikan perlindungan legal hak-hak individu
daripada menyelesaikan pekerjaan.
Integrative social contracts theory (pandangan etika teori kontrak social terpadu)
Pandangan ini menyarankan kepada manajer bahwa etika keputusan yang diambil harus
didasarkan pada sejumlah factor empiris (apa yang ada) dan factor normatis (apa yang
seharusnya). Misalnya, dalam menentuka berapa upah yang harus dibayar kepada para
pekerja di sebuah pabrik baru di Ciuad Jurez, Mexico, teori kontrak sosial terpadu akan
mengatakan bahwa sebuah organisasi akan mendasarkan keputusan tersebut pada tingkat-
tingkat upah yang telah ada di masyarakat. Pandangan etika bisnis ini berbeda dengan
ketiga yang lain dalam pandangan tersebut menyarankan bahwa para manajer harus
melihat norma-norma etis yang ada di industri-industri dan perusahaan-perusahaan untuk
menentukan apa yang merupakan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang benar
dan yang salah. Pandangan ini didasarkan pada dua kontrak, yakni kontrak social umum dan
kontrak khusus. Kontrak umum adalah suatu kontrak yang mengizinkan dunia bisnis
menjalankan dan mendefinisikan peraturan dasar yang dapat diterima, sedangkan kontrak
khusus adalah mencakup cara berperilaku yang dapat diterima diantara para anggota
komunitas tertentu.
Variabel-variabel struktural
Desain struktural sebuah organisasi menolong membentuk perilaku moral manajer-
manajernya. Struktur-struktur tertentu memberikan bimbingan kuat, sementara struktur-
struktur lain hanya menciptakan ketidakjelasan bagi para manajer. Desain-desain struktural
yang meminimalkan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para manajer tentang
apa yang “etis” lebih cenderung mendorong perilaku etis.
Budaya organisasi
Budaya yang kuat akan lebih banyak mempengaruhi para manajer daripada kebudayaan
yang lemah . apabila budaya itu kuat dan menopang standar etika yang tinggi, budaya itu
tentunya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan positif tehadap perilaku etis
seorang manajer.
Intensitas masalah
Gambar 4.Ciri-ciri yang menentukan Intensitas masalah
2.4.2 BEBERAPA PEMBENARAN TERHADAP PERILAKU YANG TIDAK ETIS
Mengapa orang yang normal mungkin bertindak tidak etis? Seperti, memberikan tawaran
dengan memanfaatkan informasi dari pihak dalam, melakukan suap untuk mendapatkan
bisnis di luar negeri, memanipulasi rekening-rekening biaya dan sebagainya. Anda mungkin
bertanya “mengapa orang melakukan hal-hal seperti itu? Terdapat empat hal yang dapat
dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan-tindakan yang salah semacam itu:
1. Meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan semacam itu benar-benar tidak melanggar
hukum. Hal tersebut mencerminkan suatu keyakinan yang salah, bahwa tindakan seseorang
akan diterima, khususnya dalam situasi yang tidak jelas. Apabila anda menghadapi situasi
yang “mendua”, sehingga sulit bagi anda untuk menentukan mana yang baik dan mana
yang buruk, pemecahannya sebenarnya sangat sederhana: bila anda ragu-ragu terhadap
keputusan atau tindakan yang anda ambil, jangan melakukannya.
2. Meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan tersebut benar-benar demi kepentingan banyak
orang. Jawaban tersebut mengandung anggapan yang tidak benar bahwa karena seseorang
memperoleh manfaat dari tindakannya, maka tindakan tersebut juga dianggap untuk
kepentingan orang lain atau organisasi. Untuk mengatasi pembenaran semacam itu
bergantung kepada kemampuan untuk melihat lebih lanjut dari hasil jangka pendek
tersebut dikaitkan dengan dampaknya dalam jangka panjang serta melihat lebih lanjut cara-
cara yang digunakan dalam memperoleh hasil tersebut. Misalnya, untuk menanggapi
pertanyaan berikut, “sejauh mana saya bias memaksakan sesuatu supaya tujuan tercapai?”.
Jawaban yang sebaiknya diberikan adalah “Jangan mencobanya untuk mencarinya”
3. Meyakinkan diri sendiri bahwa tak seorang pun merasa bahwa anda melakukan sesuatu
yang salah. Mereka secara tidak benar percaya bahwa perilaku yang masih perlu
dipertanyakan tersebut adalah benar-benar “aman” dan tidak akan pernah ditemukan atau
disebarluaskan. Kurang bertanggung-jawab, tekanan yang tidak masuk akal untuk
melakukan sesuatu, dan seorang bos yang lebih suka memilih “untuk tidak tahu”, dapat
mendorong tumbuhnya pemikiran seperti itu. Cara terbaik untuk mencegahnya adalah
dengan cara menanamkan kepada semua orang bahwa apabila sampai terbukti, tindakan
yang salah semacam itu pasti akan dihukum.
4. Meyakinkan diri sendiri bahwa organisasi akan melindungi anda. Ini merupakan persepsi
yang salah tentang loyalitas. Orang percaya bahwa kepentingan organisasi adalah di atas
segalanya. Akibatnya, orang percaya bahwa pimpinan akan membenarkan tindakan serta
melindungi karyawan tersebut dari ancaman. Namun loyalitas terhadap suatu organisasi
tidak berarti membenarkan suatu tindakan yang salah, loyalitas organisasional sebaiknya
tetap berpijak pada moralitas hukum dan social.
Gambar 6 diatas menunjukkan bahwa tanggung jawab ekonomi dan hukum memainkan
bagian yang lebih besar dalam tanggung jawab social perusahaan daripada tanggung jawab
etika dan kebijakan. Namun kepentingan relatifitas dari tanggung jawab ekonomi, hukum,
etika dan kebijakan tergantung pada harapan yang dimiliki masyarakat terhadap tanggung
jawab social perusahaan pada suatu waktu tertentu. Seabad yang lalu, masyarakat berharap
agar perusahaan memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, dan lainnya. Namun
sekarang, sejak masyarakat menilai apakah perusahaan sudah bertanggung jawab social,
maka tanggung jawab etika dan kebijakan menjadi lebih penting dari biasanya.
2. Strategi Defensif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan memilih untuk mengakui tanggung jawabnya
atas suatu masalah tetapi melakukan usaha terkecil untuk memenuhi harapan masyarakat.
3. Strategi Akomodatif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan memilih untuk menerima tanggung jawab atas
masalah dan melakukan semua yang diharapkan masyarakat untuk memecahkan persoalan.
4. Strategi Proaktif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan akan mengantisipasi tanggung jawab atas
masalah sebelum terjadinya dan akan berusaha lebih dari apa yang diharapkan masyarakat
untuk menyelesaikan