Anda di halaman 1dari 8

WASIAT DAN HIBAH

Teuku Muttaqin Mansur

2023
• Wasiat merpkn hasrat atau keinginan yang diungkapkan secara lisan atau
tertulis oleh seseorang tentang harta bendanya yang dilakukan menjelang
kematian/pada saat pewasiat masih hidup.
• Orang yang berwasiat, adl. Org yang menyambungkan, yg tlh ditetapkan pada
waktu hidupnya sampai dengan sesudah wafatnya.
• Wasiat sdh ada sebelum Islam datang yang biasanya berwasiat menjelang
kematiannya, namun
• Wasiat yang dilakukan orang jahiliah tsb menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan
yang hakiki, misalnya
• Seorang ayah yang akan meninggal dunia berwasiat kpd anaknya agar menikahi ibunya stlh ia
meninggal dunia.
• Mewasiatkan seluruh hartnya kepada temannya, sementara anak istri tidak deiberi sedikitpun dari
harta peninggalannya.
• Ketika Islam datang, wasiat tidak dihapuskan, tetapi dibedakan antara
wasiat dan waris. Wasiat tetap dibolehkan oleh Islam tetapi tidak
boleh memberikan wasiat kepada ahli waris, dan tidak dibernarkan
mengeluarkan harta lebih dari 1/3
WASIAT [194 – 209 KHI]
• PS 194 – 195, 201
(1) telah berumur sekurang‐kurangnya 21 tahun,
(1) berakal sehat dan
(2) tanpa adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya kepada orang lain atau lembaga.
(2) Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewasiat.
(3) Pemilikan terhadap harta benda baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia.
(4) Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis dihadapan dua orang saksi,
atau dihadapan Notaris.
(5) Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak‐banyaknya sepertiga (1/3) dari harta warisan kecuali apabila
semua ahli waris menyetujui.
(6) Wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris.
(7) Pernyataan persetujuan dibuat secara lisan di hadapan dua orang saksi atau tertulis di hadapan dua
orang saksi di hadapan Notaris.
(8) Apabila wasiat melebihi sepertiga (1/3) dari harta warisan sedangkan ahli waris ada yang tidak
menyetujui, maka wasiat hanya dilaksanakan sampai sepertiga harta warisnya [PS. 201].
BATALNYA WASIAT [PS. 197 KHI]

(1) Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat berdasarkan putusan Hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dihukum karena:
a) dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat kepada pewasiat;
b) dipersalahkan secara memfitrnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewasiat telah melakukan
sesuatu kejahatan yang diancam hukuman lima (5) tahun penjara atau hukuman yang lebih berat;
c) dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman mencegah pewasiat untuk membuat atau mencabut atau
merubah wasiat untuk kepentingan calon penerima wasiat;
d) dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau memalsukan surat wasiat dan pewasiat.
(2) Wasiat menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk menerima wasiat itu:
a) tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai meninggal dunia sebelum meninggalnya pewasiat;
b) mengetahui adanya wasiat tersebut, tapi ia menolak untuk menerimanya;
c) mengetahui adanya wasiat itu, tetapi tidak pernah menyatakan menerima atau menolak sampai ia
meninggal sebelum meninggalnya pewasiat.
(2) Wasiat menjadi batal apabila yang diwasiatkan musnah.
PENCABUTAN WASIAT [PS. 199, KHI]
(1) Pewasiat dapat mencabut wasiatnya selama calon penerima wasiat
belum menyatakanpersetujuan atau sesudah menyatakan persetujuan
tetapi kemudian menarik kembali.
(2) Pencabutan wasiat dapat dilakukan secara lisan dengan disaksikan oleh
dua orang saksi atautertulis dengan disaksikan oleh dua prang saksi atau
berdasarkan akte Notaris bila wasiat terdahulu dibuat secara lisan.
(3) Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut dengan cara
tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akte
Notaris.
(4) Bila wasiat dibuat berdasarkan akte Notaris, maka hanya dapat dicabut
berdasarkan akte Notaris.
HIBAH [PS 210-214]
(1) Orang yang telah berumur sekurang‐kurangnya 21 tahun
a) berakal sehat
b) tanpa adanya paksaan
c) dapat menghibahkan sebanyak‐banyaknya 1/3 harta bendanya
kepada orang lain atau lembaga di hadapan dua orang saksi
untuk dimiliki.
(2) Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari
penghibah.
• Hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai
warisan.
• Hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang tua kepada
anaknya
• Hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan sakit
yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat persetujuan dari
ahli warisnya.

Anda mungkin juga menyukai