Anda di halaman 1dari 4

Batalnya Wasiat dalam Waris Islam Apabila Penerima

Menolaknya

Kapan suatu wasiat Islam dinyatakan batal? Apakah jika seseorang


(penerima wasiat) menolak untuk menerima wasiat, maka wasiat itu
otomatis akan gugur? Atau jika tidak gugur/batal, bagaimana cara dan
upaya bagi penerima wasiat untuk bisa membatalkan wasiat dari
pemberi?

Jawaban :

Intisari:

Kompilasi Hukum Islam menjabarkan peristiwa-peristiwa yang dapat


membatalkan suatu wasiat. Salah satu diantaranya adalah:

Penerima wasiat mengetahui adanya wasiat tersebut, tapi ia


menolak untuk

menerimanya.

Apabila penerima wasiat mengetahui adanya wasiat dan menolak


untuk menerima wasiat, maka wasiat tersebut dinyatalkan batal,
sehingga tidak perlu ada upaya lain untuk membatalkan wasiat
tersebut.

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Ulasan:

Wasiat dalam Hukum Waris Islam

Untuk menjawab pertanyaan Anda, kami akan berpedoman pada


Kompilasi Hukum Islam (“KHI”). Dalam waris Islam dikenal
wasiat. Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada
orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal
dunia.[1]
Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal
sehat dan tanpa adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta
bendanya kepada orang lain atau lembaga.[2] Pemilikan terhadap
harta benda tersebut baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat
meninggal dunia.[3]

Perlu diingat bahwa wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya


sepertiga dari harta warisan kecuali apabila semua ahli waris
menyetujuinya.[4] Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila
disetujui oleh semua ahli waris.[5] Pernyataan persetujuan ini dibuat
secara lisan di hadapan dua orang saksi atau tertulis di hadapan dua
orang saksi di hadapan Notaris.[6]

Penjelasan selengkapnya mengenai wasiat dalam Islam dapat Anda


simak artikel Wasiat Dalam Waris Islam.

Ketentuan Pemberian Wasiat

Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewasiat.[7]


Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis
dihadapan dua orang saksi, atau dihadapan Notaris.[8]

Dalam wasiat baik secara tertulis maupun lisan harus disebutkan


dengan tegas dan jelas siapa atau siapa-siapa atau lembaga apa yang
ditunjuk akan menerima harta benda yang diwasiatkan.[9] Wasiat
yang berupa hasil dari suatu benda ataupun pemanfaatan suatu benda
harus diberikan jangka waktu tertentu.[10]

Peristiwa yang Menyebabkan Batalnya Wasiat

Kapan suatu wasiat tersebut dinyatakan batal? Wasiat dapat


dinyatakan batal apabila:[11]

1. Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat


berdasarkan putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dihukum karena:

 dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh


atau menganiaya berat kepada pewasiat;
 dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan
pengaduan bahwa pewasiat telah melakukan sesuatu
kejahatan yang diancam hukuman lima tahun penjara atau
hukuman yang lebih berat;
 dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman mencegah
pewasiat untuk membuat atau mencabut atau merubah
wasiat untuk kepentingan calon penerima wasiat;
 dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau
memalsukan surat wasiat dan pewasiat.

2. Wasiat menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk


menerima wasiat itu:

 tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai


meninggal dunia sebelum meninggalnya pewasiat;
 mengetahui adanya wasiat tersebut, tapi ia menolak
untuk menerimanya;
 mengetahui adanya wasiat itu, tetapi tidak pernah
menyatakan menerima atau menolak sampai ia meninggal
sebelum meninggalnya pewasiat.

3. Wasiat menjadi batal apabila yang diwasiatkan musnah.

Jadi menjawab pertanyaan Anda, apabila penerima wasiat atau orang


yang ditunjuk untuk menerima wasiat itu menolak untuk menerima
wasiat, maka wasiat tersebut dinyatakan batal, sehingga tidak perlu
ada upaya lain untuk membatalkan wasiat tersebut.

Pencabutan Wasiat

Sebagai informasi tambahan, pewasiat dapat mencabut wasiatnya


selama calon penerima wasiat belum menyatakan persetujuan
atau sesudah menyatakan persetujuan tetapi kemudian menarik
kembali. Pencabutan wasiat dapat dilakukan secara lisan dengan
disaksikan oleh dua orang saksi atau tertulis dengan disaksikan oleh
dua orang saksi atau berdasarkan akte Notaris bila wasiat terdahulu
dibuat secara lisan.[12]
Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut dengan
cara tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan
akte Notaris. Bila wasiat dibuat berdasarkan akte Notaris, maka hanya
dapat dicabut berdasartkan akta Notaris.[13]

Demikian semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

Kompilasi Hukum Islam.

[1] Pasal 171 huruf f KHI

[2] Pasal 194 ayat (1) KHI

[3] Pasal 194 ayat (3) KHI

[4] Pasal 195 ayat (2) KHI

[5] Pasal 195 ayat (3) KHI

[6] Pasal 195 ayat (4) KHI

[7] Pasal 194 ayat (2) KHI

[8] Pasal 195 ayat (1) KHI

[9] Pasal 196 KHI

[10] Pasal 198 KHI

[11] Pasal 197 KHI

[12] Pasal 199 ayat (1) dan (2) KHI

[13] Pasal 199 ayat (3) dan (4) KHI

Anda mungkin juga menyukai