Anda di halaman 1dari 63

ANTI KORUPSI

HAIDAN
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
8 – 9 OKTOBER 2019
SISTEMATIKA PEMBELAJARAN
PESERTA MENGIKUTI PROSES BERIKUT AGAR MEMAHAMI
ANTI DAN MENJAUH DARI KORUPSI
VISITASI
memfasillitasi peserta menginternalisasi Nilai
Dasar Anti Korupsi & Peran Kedudukan ASN
Dalam NKRI melalui Experiencial Learning

Ceramah interaktif dan diskusi


dengan Fasilitator (WI) agar
peserta memahami Anti dan Peserta membuat produk
menjauh dari korupsi pembelajaran berupa
penyelarasan nilai nilai
melalui diskusi kelompok.

2
KEGIATAN PELATIHAN (BM)

PEMBUKAAN PENYAJIAN PENUTUP

› Menjelaskan deskripsi singkat › Memfasilitasi diskusi terkait › Memfasilitasi peserta


dan tujuan pembelajaran Anti Korupsi dan Menjauh mempresentasikan
› Eksplorasi mengenai Anti dari Korupsi Internalisasi Komitmen Anti dan Menjauh
Korupsi dan Menjauh dari Integritas . Dari Korupsi
Korupsi › Memandu peserta untuk › Memfasilitasi peserta
merumuskan agenda membuat dan
Internalisasi dan Aktualisasi. menyampaikan
kesepahaman dalam agenda
Slide Implementasi
Slide Film Pendek
LCD/Infocus Kasus
Film Pendek Flip chart Flip chart
Kisah/Strory Teling LCD/Infocus LCD/Infocus

3
TUJUAN PELATIHAN
DESKRIPSI SINGKAT
memfasilitasi pembentukan nilai-nilai dasar anti korupsi melalui
pembelajaran penyadaran anti korupsi, menjauhi perilaku korupsi,
membangun sistem integritas, dan proses internalisasi nilai nilai dasar anti
korupsi.
HASIL BELAJAR
Mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang amanah,
jujur, dan mampu mencegah terjadinya korupsi di lingkungannya.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


a) menyadari dampak perilaku dan tindak pidana korupsi bagi
kehidupan diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa;
b) menjelaskan cara-cara menghindari perilaku dan tindak
pidana korupsi;
c) menjelaskan pembangunan sistem integritas untuk
mencegah terjadinya korupsi di lingkungannya;
d) membiasakan nilai dasar anti korupsi bagi kehidupan diri
pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa; dan
e) menganalisis kasus nilai anti korup

4
MATERI ANTI KORUPSI DAN
MENJAUH DARI KORUPSI

1. sadar anti korupsi;


2. semakin jauh dari korupsi;
3. membangun sistem integritas;
4. pembiasaan nilai-nilai dasar anti
korupsi; dan
5. studi kasus Anti Korupsi.

5
TOPIK DISKUSI
Study Kasus Bagaimana Dampak Perilaku
Dan Tindak Pidana Korupsi Bagi Kehidupan
diri Pribadi Keluarga Bangsa Dan Negara ?

Diskusi Kelompok Internalisasi Dan


Aktualisasi Anti Korupsi dan menjauh
dari korupsi dari hasil Analisis Dampak
perilaku dan tindak pidana Korupsi

Menyusun Komitmen Anti Korupsi Dalam


Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Di Unit Kerja
BAGIAN DASAR HUKUM
KE DUA PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI

KORUPSI BAGAIKAN
BOM WAKTU
DASAR HUKUM
 United Nations Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa
menentang Korupsi,2003);
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nation
Convention Against Corruption, 2oo3 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa Anti Korupsi, 2003);
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
 Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
DASAR HUKUM
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme;
 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi
Dan Nepotisme;
United Nations Convention Against Corruption, 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)

Pasal 1
Tujuan
(a)Meningkatkan dan memperkuat (c) Meningkatkan integritas,
upaya-upaya untuk mencegah dan akuntabilitas, dan pengelolaan
memberantas korupsi secara lebih yang baik urusan-urusan
efisien dan efektif; publik dan kekayaan publik.
(b)Meningkatkan, memfasilitasi, dan
mendukung kerja sama internasional
dan bantuan teknis dalam
pencegahan dan pemberantasan
korupsi, termasuk dalam
pengembalian aset;
United Nations Convention Against Corruption, 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)

Pasal 2
Penggunaan Istilah
(i) Setiap orang yang memegang (ii) Setiap orang yang melaksanakan
jabatan legislatif, eksekutif, fungsi publik, termasuk untuk
administratif, atau yudikatif di suatu instansi publik atau
suatu Negara Pihak, baik diangkat perusahaan publik, atau
atau dipilih, baik tetap atau untuk memberikan layanan umum,
sementara, baik digaji atau tidak sebagaimana dimaksud dalam
digaji, tanpa memperhatikan undang-undang nasional Negara
senioritas orang itu; Pihak dan sebagaimana berlaku di
bidang hukum yang sesuai di
Negara Pihak tersebut;
Kebijakan dan Praktek Pencegahan Korupsi

United Nations Convention Against Corruption, 2003


(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 5
Tindakan Pencegahan
1. Negara Pihak wajib, sesuai dengan 2. Negara Pihak wajib mengupayakan
prinsip-prinsip dasar sistem untuk membangun dan
hukumnya, mengembangkan dan meningkatkan praktek-praktek yang
melaksanakan atau memelihara efektif untuk tujuan pencegahan
kebijakan anti korupsi yang efektif Korupsi.
dan terkoordinasi yang
meningkatkan partisipasi
masyarakat dan mencerminkan
prinsip-prinsip penegakan hukum,
pengelolaan urusan publik dan
kekayaan publik secara baik,
integritas, transparansi dan
akuntabilitas.
Kebijakan dan Praktek Pencegahan Korupsi

United Nations Convention Against Corruption, 2003


(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 5
Tindakan Pencegahan
3. Negara Pihak wajib mengupayakan 4. Negara Pihak wajib, jika dipandang
untuk mengevaluasi instrumen perlu dan sesuai dengan prinsip-
instrumen hukum dan upaya-upaya prinsip dasar sistem hukumnya,
administratif yang terkait secara bekerja sama dengan Negara Pihak
berkala agar memadai untuk lain dan dengan organisasi
mencegah dan memberantas korupsi. internasional dan regional yang
terkait untuk meningkatkan dan
mengembangkan upaya-upaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ini. Kerja sama itu dapat meliputi
partisipasi dalam program dan proyek
internasional yang ditujukan untuk
pencegahan korupsi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006
Tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption,
2oo3 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Anti Korupsi,2003)

Pasal 1
Mengesahkan United Nations Salinan naskah asli United Nations
Convention Against Corruption, Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
dengan Reservation (Pensyaratan) dengan Reservation (Pensyaratan)
terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang
Penyelesaian Sengketa. Penyelesaian Sengketa dalam
bahasa Inggris dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir dan
merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari
Undang-Undang ini.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Berdasarkan pertimbangan pada huruf c “ketentuan


Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, perlu


dibentuk Komisi
Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang
independen
Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Pasal 1
Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyelenggara Negara adalah penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian
tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan, denganperan serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Pasal 6
a. koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan
tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara;
TUGAS, KOORDINASI

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 7
aa mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
tindak pidana korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi; dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi;
TUGAS, SUPERVISI

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 8
(!) KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi
yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
(2) KPK berwenang juga mengambil alih penyidikan atau penuntutan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh
kepolisian atau kejaksaan.
(3) Dalam hal KPK mengambil alih penyidikan atau penuntutan, kepolisian
atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara
beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal diterimanya
permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.
(4) Penyerahan dilakukan dengan membuat dan menandatangani berita
acara penyerahan sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau
kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
TUGAS, MONITORING

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 9

Pengambilalihan penyidikan dan penuntutan dilakukan oleh KPK dengan


alasan:
a. laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;
b. proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau
tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku
tindak pidana korupsi yang sesungguhnya;
d. penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;
e. hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari
eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
f. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan,
penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 5
Bagi pegawai negeri memberi atau Dipidana dengan pidana
atau penyelenggara menjanjikan sesuatu penjara paling singkat 1
negara yang menerima kepada pegawai negeri (satu) tahun dan paling
pemberian atau janji atau penyelenggara lama 5 (lima) tahun dan
negara dengan maksud atau pidana denda paling
supaya pegawai negeri sedikit Rp 50.000.000,00
atau penyelenggara (lima puluh juta rupiah) dan
negara tersebut berbuat paling banyak Rp
atau tidak berbuat 250.000.000,00 (dua ratus
sesuatu dalam lima puluh
jabatannya, yang juta rupiah) setiap orang
bertentangan dengan yang:
kewajibannya;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 6
hakim yang menerima memberi atau Dipidana dengan pidana
pemberian atau janji, menjanjikan sesuatu penjara paling singkat 3
atau advokat yang kepada hakim dengan (tiga) tahun dan paling lama
menerima pemberian maksud untuk 15 (lima belas) tahun dan
atau janji mempengaruhi putusan pidana denda paling sedikit
perkara yang diserahkan Rp 150.000.000,00
kepadanya untuk (seratus lima puluh juta
diadili; atau memberi atau rupiah) dan paling banyak
menjanjikan sesuatu Rp 750.000.000,00 (tujuh
kepada seseorang yang ratus lima puluh juta rupiah
menurut ketentuan
peraturan perundang-
undangan ditentukan
menjadi advokat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 7 huruf a
pemborong, ahli menerima penyerahan Dipidana dengan pidana
bangunan yang pada bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
waktu membuat orang yang (dua) tahun dan paling lama
bangunan, atau menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
penjual bahan barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
bangunan yang pada Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
waktu menyerahkan atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
bahan bangunan, Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
melakukan perbuatan membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
curang yang dapat curang rupiah)
membahayakan
keamanan orang atau
barang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 7 huruf b
setiap orang yang menerima penyerahan Dipidana dengan pidana
bertugas mengawasi bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
pembangunan atau orang yang (dua) tahun dan paling lama
penyerahan menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
bahan bangunan, barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
sengaja membiarkan Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
perbuatan curang atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
curang rupiah)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 7 huruf c
setiap orang yang pada menerima penyerahan Dipidana dengan pidana
waktu menyerahkan bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
barang keperluan orang yang (dua) tahun dan paling lama
Tentara Nasional menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
Indonesia dan atau barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
Kepolisian Negara Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
Republik Indonesia atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
melakukan perbuatan Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
curang yang dapat membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
membahayakan curang rupiah)
keselamatan
negara dalam keadaan
perang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 7 huruf d
setiap orang yang menerima penyerahan Dipidana dengan pidana
bertugas mengawasi bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
penyerahan barang orang yang (dua) tahun dan paling lama
keperluan menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
Tentara Nasional barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
Indonesia dan atau Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
Kepolisian Negara atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
Republik Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
Indonesia dengan membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
sengaja membiarkan curang rupiah)
perbuatan curang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )

Pasal 8
pegawai negeri atau menggelapkan uang atau Dipidana dengan pidana
orang selain pegawai surat berharga yang penjara paling singkat 3
negeri yang ditugaskan disimpan karena (tiga) tahun dan paling lama
menjalankan suatu jabatannya, atau 15 (lima
jabatan umum secara membiarkan uang atau belas) tahun dan pidana
terus menerus atau surat berharga tersebut denda paling sedikit Rp
untuk sementara waktu diambil atau digelapkan 150.000.000,00 (seratus lima
oleh orang puluh
lain, atau membantu juta rupiah) dan paling
dalam melakukan banyak Rp 750.000.000,00
perbuatan tersebut. (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah) DST.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas
Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme
1. Penyelenggara Negara adalah Pejabat 2. Penyelenggara Negara yang bersih
Negara yang menjalankan fungsi adalah Penyelenggara Negara yang
eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan menaati asas-asas umum
pejabat lain yang fungsi dan tugas penyelenggaraan negara dan bebas
pokoknya berkaitan dengan dari praktek korupsi, kolusi dan
penyelenggaraan negara sesuai nepotisme, serta perbuatan tercela
dengan ketentuan peraturan lainnya.
perundangundangan yang berlaku.

3. Korupsi adalah tindak pidana 4. Kolusi adalah permufakatan atau


sebagaimana dimaksud dalam kerja sama secara melawan hukum
ketentuan peraturan perundang- antar Penyelenggara Negara atau
undangan yang mengatur tentang antara Penyelenggara Negara dan
tindak pidana korupsi. pihak lain yang merugikan orang lain,
masyarakat, dan atau negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas
Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme
5. Nepotisme adalah setiap perbuatan 6. Asas Umum Pemerintahan Negara
Penyelenggara Negara secara Yang Baik adalah asas yang
melawan hukum yang menjunjung tinggi norma
menguntungkan kepentingan kesusilaan, kepatutan, dan norma
keluarganya dan atau kroninya di atas hukum, untuk mewujudkan
kepentingan masyarakat, bangsa dan Penyelenggara Negara yang bersih
negara. dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.

7. Komisi Pemeriksa Kekayaan


Penyelenggara Negara yang
selanjutnya disebut Komisi Pemeriksa
adalah lembaga independen yang
bertugas untuk memeriksa kekayaan
Penyelenggara Negara dan mantan
Penyelenggara Negara untuk
mencegah praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme.
BAGIAN
KE TIGA

Menanamkan
Nilai -nilai Dasar
Sadar Anti Korupsi

SUMBER GAMBAR
LEMBAGA ANTI KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
Amati dan Analisis Peristiwa di bawah ini

Dampak Perilaku Dan Tindak Pidana Korupsi

Kerusakan hutan dan lingkungannya


Bangunan yang cepat rusak
Penegakkan Hukum yang tidak adil
Pelayanan Publik yang buruk
Peredaran Narkoba
Sumber Daya Alam melimpah
Rakyat tetap sengsara, dll.
Fenomena yang terjadi
Dampak Perilaku Dan Tindak Pidana Korupsi

Renungan
1. Negara Korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar
( Depken and Lafountan, 2006 )
2. Harga Infrastruktur lebih tinggi ( Golden and Picci, 2005 )
3. Tingkat Korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan (Gupta, Davoodi and Alonso-Terme,
2002 )
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995)
5. Persepsi Korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif
terhadap arus investasiasing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang
relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak daripada
negara rentan korupsi (Campos dan Pradhan, ADB)
Pengertian
APA ITU TINDAK PIDANA KORUPSI?
Tindak Pidana
+
Korupsi

Tindak pidana adalah suatu


perbuatan yang diancam dengan
pidana oleh undang-undang,
Kata korupsi berasal dari bahasa latin bertentangan dengan hukum,
dilakukan dengan kesalahan oleh
CORRUPTIO atau KORUPTUS seseorang yang mampu
bertanggung jawab
Secara harfiah berarti,
“Kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian”
Pengertian Korupsi

a Muangthai
“Gin Moung”
Lingkaran dengan kode
yang menunjukan arti
dari berbagai istilah
korupsi :
a. Kerusakan atau China b
kebobrokan “Tanwu”
b. Makan Bangsa
c. Kerja Kotor
d. Keserakahan Latin
Bernoda
c Corruptio

Jepang
“Oshuko” d
Robert Klitgaard

Pengertian Korupsi

Korupsi adalah diskresi dan monopoli tanpa adanya akuntabilitas

K=D+M–A
K orupsi
D iskresi
M onopoli
A kuntabilitas
Syed Husen Alatas

7 Jenis Korupsi
Korupsi Transaktif : Korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan timbal
balik antara pemberi dan penerima, demi keuntungan
bersama. Kedua fihak sama-sama aktif menjalankan
perbuatan tersebut
Korupsi Ekstroaktif : Korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi
(tekanan) tertentu dimana fihak pemberi dipaksa
untuk menyuap guna mencegah kerugian yang
mengancam diri, kepentingan orang-orangnya, atau
hal hal yang dihargai
Korupsi Investif : Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau
jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan
akan diperoleh dimasa yang akan datang
Syed Husen Alatas

7 Jenis Korupsi
Korupsi Nepotistik : Korupsi yang berupa pemberian perlakuan khusus
kepada teman atau yang mempunyai kedekatan
hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik
perlakuan pengutamaan dalam segala bentuk
yang bertentangan dengan norma atau peraturan
yang berlaku
Korupsi Autogenik : Korupsi yang yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk mendapat
keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya
atas sesuatu yang hanya diketahui sendiri
Korupsi Suportik : Korupsi yang yang mengacu pada penciptaan suasana
yang kondusif untuk melindungi atau
mempertahankan keberadaan tindak korupsi yang
lain.
Korupsi Defensif : Korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan
Bentuk-Bentuk Korupsi
Suap/bribery.
Penggelapan (embezzlement)
Penipuan (fraud)
Pemerasan dalam jabatan (extortion)
Penyalahgunaan wewenang (abuse of
discretion)
Pemanfaatan kedudukan (exploiting a
conflict interest atau insider trading)
Nepotisme
Prinsip-Prinsip Penanggulangan
Pemberantasan Korupsi
• Korupsi adalah Extraordinary Crime.
• Center For International Crime
Prevention (CICP), suatu bagian
(organ) PBB yang yang berkedudukan
di Wina, mendefinisikan Korupsi
sebagai ‘missuse of (public) power for
private gain.
Penegakan Hukum di Indonesia

1 Kolaborasi sektor publik dan sektor


swasta.
2 Diskriminatif dari segi sosial dan latar
belakang ekonomi dan politik
3 Merupakan korupsi yang sulit
penanganannnya, oleh karena itu: hukum
korupsi harus ditegakkan tanpa tebang
pilih hukuman yang berat, dengan denda
dan ganti kerugian sesuai dengan yang
dikorup
Tindak Pidana Korupsi
Setiap Negara mempunyai undang-undang yang berbeda terkait dengan
TINDAK PIDANA KORUPSI. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001,
terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari

1) Kerugian keuangan negara


2) Suap – menyuap
3) Pemerasan
4) Perbuatan Curang
5) Penggelapan dalam jabatan
6) Benturan Kepentingan dalam pengadaan
7) Gratifikasi

Semua jenis tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1
ayat 1 sub c UU no.3/71
Korupsi Merugikan Keuangan Negara
H
ASY e he
BEL Ik bis
Ter I baju a
ma
h al
Korupsi Suap - Meyuap

U
AL h
M a
u d de
ge apin
u
d is
Korupsi Pemerasan

Korupsi di Indonesia
 Korupsi sudah bukan
kejahatan biasa
 Korupsi melanggar hak sosial
dan hak ekonomi
 Penegakan hukum korupsi
mengalami berbagai
hambatan
Kontroversi Pemberantasan Korupsi:

Proses seleksi pimpinan KPK.


Adanya ancaman bom di gedung KPK
Februari 2008 dan Juni 2009
Ide pembubaran KPK oleh Komisi III
DPR- RI tahun 2009
Usaha revisi UU tentang KPK
Penyiraman Air Keras Ke Penyidik
Senior Novel Baswedan
Wacana KPK masuk Jajaran Eksekutif
Fakta Hukum Dilapangan
Kasus Kasus Dibidang : Eksekutif
Legislatif
Yudikatif
Korupsi Dengan Motif Tertentu

Di berbagai Instansi Mantan Hakim Konstitusi, Patrialis Akbar


divonis delapan tahun penjara oleh majelis
hakim pada Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin
(4/9/2017).

Kasus Korupsi E-KTP

Patrialis terbukti menerima suap


dari pengusaha impor daging,
Basuki Hariman dan stafnya Ng
Fenny.

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/04/12302181/patrialis-akbar-divonis8-tahun
-penjara?page=all
. Penulis : Abba Gabrillin
(KPK) menahan tersangka kasus pengadaan
pesawat dan mesin pesawat dari Airbus
SAS dan Rolls-Royce PLC pada PT Garuda
Indonesia, Emirsyah Satar. Mantan Dirut PT
Garuda Indonesia itu keluar dari gedung
Merah Putih KPK menggunakan rompi
tahanan Rabu (7/8) sekitar pukul 17.31
WIB.
Partai Politik Hukum Kementerian
D Niat, Semangat & Komitmen Anti Korupsi

SPIRITUAL
ACCOUNTABILITY yang baik
akan menimbulkan Niat Baik
D Niat, Semangat & Komitmen Anti Korupsi

Spiritual Usaha Hasil


Visi & Misi Baik
Accountability Terbaik Terbaik

AMANAH, kesadaran
diri bahwa hidup Niat anti korupsi semakin kuat
kita harus bagi mereka yang ingat pada
dipertanggung NIAT Tuhannya, ia tidak ingin merusak
jawabkan mereka BAIK perjanjian dengan Tuhannya dan
yang amanah akan akan menjadi beban bagi
selalu ingat kehidupan sehari-hari
perjanjian dengan
Tuhannya, pada saat
di alam Ruh SPIRITUAL ACCOUNTABILITY yang
baik akan menimbulkan Niat Baik
SEMANGAT ANTI KORUPSI

Stephen L Carter (1996)


integritas merupakan upaya positif terkait korupsi

KOMITMEN INTEGRITAS
SAAT ANDA TELAH MENCAPAI KESADARAN
ANTI KORUPSI SECARA MENYELURUH DAN
UTUH, MAKA HAL TERSEBUT TIDAK HANYA
SAMPAI MENJADI SEMANGAT, NAMUN
AKAN TERUS BERGERAK HINGGA MENJADI
KOMITMEN INTEGRITAS. ANDA SUDAH
MELANGKAH LEBIH JAUH , BUKAN SEKEDAR
MENGHINDARI NAMUN MENCARI SOLUSI
TERHADAP FENOMENA KORUPSI
• Komit
Integ men
ritas • Konsis
• Keperc
tensiayaan
Integ
ritas • Akunt
abilita
Integ • s Etika
ritas Profesi

Integ
ritas

NIAT
• Nilai-Nilai Sosial
KEJUJURAN
KETULUSAN
HATI
KEBERSAMAAN
KEPEDULIAN
KEADILAN
INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI
INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI

SIN : Sistem Integritas Nasional


adalah inisiatif KPK untuk mencegah
korupsi secara terintegrasi yang
dikaitkan dengan pencapaian tujuan
nasional

Dreamtegrity : Impian Indonesia


Berintegritas
SELESAI DENGAN DIRINYA

Negeri ini membutuhkan para


pemimpin dan pejabat yang sudah
selesai dengan dirinya, Ia tidak
identik dengan orang kaya, karena
tidak sedikit orang kayapun terus
mencari tambahan kekayaan,
bahkan menambahnya lewat
korupsi.
Berorientasi pengabdian
kompeten
bahagia
Tes Formatif
1. Dari pernyataan di bawah ini, manakah yang lebih tepat dan perlu menjadi pola pikir
PNS yang anti korupsi:
A. Memastikan adanya kesadaran anti korupsi terlebih dahulu hingga muncul
niat memberantas atau anti korupsi, baru kemudian mempelajari secara
detail tentang delik dan modus korupsi!
B. Mempelajari delik dan modus korupsi secara detail pasti akan menjauhkan diri
kita dari perilaku dan tindak pidana korupsi
C. Mendapatkan contoh-contoh nyata delik dan modus tindak pidana korupsi
akan lebih memudahkan menjauhkan diri dari korupsi
D. Mempelajari dampak tindak pidana korupsi akan meningkatkan pengetahuan
tentang menjauhkan diri dari tindak pidana korupsi

2. Pernyataan dampak korupsi yang mana merupakan pendapat Paulo Maura


(1995) :
A. Negara korup harus membayar hutang lebih besar
B. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi
asing
C. Korupsi menurunkan investasi
D. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan
3. Berdasarkan sudut pandang Sistem Integritas Nasional, hakikat atau makna ideal
pemberantasan korupsi yang dilakukan di Indonesia adalah :
A. Membuat sengsara para koruptor beserta keluarga dan keturunannya
B. Menghukum para koruptor dengan hukuman yang paling lama dan kalau bisa
sampai dihukum mati
C. Memastikan tujuan nasional dapat tercapai
D. Dikenal di dunia internasional sebagai negara contoh pemberantasan korupsi

4. Dari pernyataan di bawah ini, manakah yang bertentangan dengan konsep spiritual
accountability:
A. Spiritual accountability yang baik akan menghasilkan niat baik, kemudian niat
baik akan mendorong untuk menghasilkan visi dan misi yang baik dan
diterjemahkan
menjadi usaha dan hasil terbaik
B. Spiritual accountability yang bail tidak menjamin untuk menghasilkan public
accountability yang baik, terbukti dengan banyak negara-negara yang
penduduknya dengan basis atau mayoritas beragama, layanan publiknya masih
jelek dan tingkat korupsinya masih tinggi
C. Spiritual accountability akan membuat manusia untuk selalu ingat pada tujuan
hidup dan kesadaran bahwa hidupnya harus dipertanggungjawabkan!
D. Kualitas spiritual accountability yang baik secara otomatis membuat manusia
berhati-hati atas akibat perbuatannya kepada manusia dan alam pada
umumnya!
Review Dan Diskusi Kasus
1 Tujuan review dan Diskusi Kasus

1. Mengelompokkan jenis-jenis (modus) perilaku


penyimpangan/Korupsi Contoh Kasus :
Proses pengadaan barang dan jasa di setiap tahapan dengan
menentukan secara jelas kategori pelaku dari setiap perilaku yang
berhasil diidentifikasi
2. Mengidentifikasi penyebab terjadinya perilaku
penyimpangan/kesalahan dalam pelaksanaan Kegiatan Instansi,
dengan:
Menganalisis faktor penyebab di tingkat substansi peraturan
perundang- undangan yang turut mendukung berbagai perilaku
penyimpangan/kesalahan tersebut;
Mengidentifikasi faktor-faktor struktural, terutama pada institusi
user yang memberi peluang terjadinya perilaku penyimpangan
Melakukan penilaian efektivitas sosialisasi peraturan maupun SOP
yang mengatur tentang proses lelang untuk pengadaan barang dan
jasa Pemerintah kepada targetnya (pihak-pihak yang terlibat)
Review Dan Diskusi Kasus

Lanjutan

Menganalisis kapasitas institusional dari institusi user maupun


kualifikasi individual pejabat yang berwenang menyelenggarakan
proses pengadaan barang dan jasa di institusi user
Mengidentifikasi kepentingan ekonomis dan non ekonomis yang
melatar belakangi perilaku penyimpangan/kesalahan dalam
pengadaan barang/jasa
Mengidentifikasi prosedur dan kriteria pengambilan keputusan dalam
proses pengadaan barang/jasa , berikut kesenjangan nya dengan
praktek
Mengidentifikasi faktor budaya, cara pandang, nilai dan sikap, secara
kelembagaan (birokrasi) maupun individual yang mendorong perilaku
menyimpang.
3. Merumuskan rekomendasi baik normatif (pembentukan peraturan
perundang-undangan dan peraturan teknis pelaksanaannya) maupun
berupa rencana tindak (action plan) yang berguna bagi proses
pengawasan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai