Anda di halaman 1dari 5

RechtsVinding Online

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI PENDEKATAN INTEGRAL


(KOMPREHENSIF)
Oleh:
Muhamad Mahrus Setia Wijaksana*
Diterima: 11 November 2020, disetujui : 17 November 2020

Tumbuh suburnya korupsi di Indonesia policy dalam upaya menanggulangi tindak


tentu perlu dilakukan suatu upaya pidana korupsi sebagaimana telah
penanggulangan yang sangat serius melalui diamanatkan dalam berbagai statement
sarana politik kriminal baik melalui dokumen Internasional (Kongres PBB),
pendekatan penal yang bersifat maupun peraturan perundang-undangan
menanggulangi setelah terjadinya kejahatan yang berlaku secara nasional
(represif), maupun pendekatan non-penal Hasil Konvensi PBB mengenai
yang bersifat mencegah terjadinya Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana
kejahatan (preventif), ataupun gabungan (United Nations Congress on Crime
keduanya (Arief, 2008: 77-78). Apabila Prevention and Criminal Justice) sejak
penerapan suatu peraturan perundang- Kongres ke-5 Tahun 1975 di Jenewa s/d
undangan tidak dilakukan secara integral Kongres ke-11 di Bangkok Tahun 2005, telah
dan tidak diikuti dengan upaya sistemik merekomendasikan bahwa penanggulangan

lainnya, maka penegakan hukum yang korupsi harus ditempuh dengan pendekatan

merupakan bagian integral dari kebijakan secara integral (komprehensif), baik preventif,

perlindungan masyarakat (social-defence) represif dan edukatif. (We recognize that

dalam rangka mensejahterakan masyarakat comprehensive and effective crime

(social-welfare) akan menjadi berkurang prevention strategies can significantly

maknanya di dalam upaya pemberantasan reduce crime and victimization. We urge that

tindak pidana korupsi. such strategies address the root causes and

Bertitik tolak dari pandangan yang risk factors of crime and victimization and

demikian itu, tulisan sederhana dan sangat that they be further developed and

singkat ini akan berusaha mengulas tentang implemented at the local, national and

berbagai ide/ konsepsi mengenai integral international levels, taking into account,
RechtsVinding Online

inter alia, the Guidelines for the Prevention Menyangkut penanggulangan tindak
of Crime). pidana korupsi melalui upaya pencegahan,
Menurut berbagai Konvensi PBB, dalam konferensi ketiga PBB di Doha tanggal
strategi yang sangat mendasar (the basic 9 s/d 13 Nopember 2009 yang lalu dari 4
strategy) dalam penanggulangan kejahatan resolusi yang dihasilkan, ternyata masalah
mencakup 2 kata kunci (Arief, 2016: 2) : pencegahan masih mendapat perhatian
1. Penanggulangan Kausatif, yaitu yang serius dari peserta konferensi, hal itu
mengeliminir sebab-sebab dan kondisi terlihat dari 4 resolusi yang dihasilkan
yang menimbulkan terjadinya kejahatan. tersebut, masalah pencegahan ditempatkan
2. Pendekatan Integral (komprehensif), pada urutan kedua setelah kajian
yaitu menempuh upaya pencegahan mekanisme penanggulangan tindak pidana
kejahatan tidak secara simplistik dan korupsi, dapat dilihat dari urut-urutan
fragmentair, tetapi dari berbagai resolusi sebagai berikut:
pendekatan/ kebijakan sosial (aspek 1. Resolusi Mekanisme Pengkajian (UN
sosial, budaya, ekonomi, politik, Resolution CAC/COSP/2009/L.9)
pendidikan, agama, moral dsb). 2. Resolusi Tindakan Pencegahan (UN
Salah satu statement Kongres PBB Resolution CAC/COSP/2009/L.7/Rev.2)
terkait pendekatan integral ini, terlihat 3. Resolusi Pengembalian aset (UN
antara lain dalam Deklarasi Wina Kongres Resolution CAC/COSP/2009/L.8/Rev.1)
PBB ke-10 (2000): "Comprehensive crime 4. Resolusi Bantuan Teknis (UN Resolution
prevention strategies at the international, CAC/COSP/2009/L.3/Rev.1)
national, regional and local levels must Resolusi Tindakan Pencegahan
address the root causes and risk factors mengamanatkan pembentukan interim open
related to crime and victimization through ended working on prevention (kelompok
social, economic, health, educational and kerja tidak tetap mengenai pencegahan)
justice policies" (Dokumen A/CONF.187/15, yang mempunyai tugas mengembangkan
10th UN Congress Report, Prevention of Crime dan mengakumulasi pengetahuan tentang
and The Treatmenf of Offenders, 2000). pemberantasan korupsi, memfasilitasi
pertukaran informasi, pengumpulan,
RechtsVinding Online

penyebaran dan mempromosikan best datang dengan sendirinya, melainkan karena


practices (praktek terbaik) dalam mencegah dorongan sekalangan masyarakat sendiri
korupsi. yang ingin mendapatkan pelayanan tidak
Beberapa dekade memang masalah prosedural dan ingin serba instan dalam
yang terkait dengan pencegahan sudah setiap interaksi terkait dengan kepentingan
tersentuh, tetapi masih bersifat usaha atau pribadinya.
institusional, belum dilakukan secara lintas Beranjak ke analisis berikutnya, bahwa
sektoral dan komprehensif terhadap inventarisasi upaya non penal (tindakan
berbagai faktor yang selama ini preventif) dalam produk legislasi nasional
menstimulus terjadinya korupsi. yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
Sejalan dengan itu Barda Nawawi Arief sebagai penyeimbang upaya penal (tindakan
mengatakan bahwa strategi dalam represif) hingga saat ini adalah nampak
pemberantasan korupsi, bukan pada sebagai berikut:
pemberantasan korupsi itu sendiri
melainkan pemberantasan "kausa dan 1. Program Anti Korupsi
kondisi yang menimbulkan terjadinya Program anti korupsi nampak dalam Pasal 13
korupsi", pemberantasan korupsi lewat Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang
penegakan hukum pidana hanya merupakan KPK berwenang untuk:
pemberantasan simptomatik, sedangkan a. Menyelenggarakan program
pemberantasan kausa dan kondisi yang pendidikan antikorupsi pada setiap
menimbulkan terjadinya korupsi merupakan jenjang pendidikan;
pemberantasan kausatif (Arief, 1998: 5). b. Merancang dan mendorong
Memang harus disadari bahwa sanksi terlaksananya program sosialisasi
pidana yang tajam dalam UU No. 31 Tahun pemberantasan tindak pidana
1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang korupsi;
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tidak c. Melakukan kampanye antikorupsi
bisa menjamin dapat menurunkan perilaku kepada masyarakat umum.
yang koruptif dari masyarakat. Tumbuh
suburnya perilaku koruptif tersebut tidak
RechtsVinding Online

2. Kewajiban Pemeriksaan dan Publikasi dugaan telah terjadi tindak pidana


korupsi;
Kekayaan Bagi Penyelenggara Negara
b. hak untuk memperoleh pelayanan
Pemberian kewajiban ini nampak dalam dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya
Pasal 5 Undang- Undang Nomor 28 Tahun
dugaan telah terjadi tindak pidana
1999 Penyelenggaraan Negara Yang Bersih korupsi kepada penegak hukum yang
menangani perkara tindak pidana
Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
korupsi;
Nepotisme yang memberikan kewajiban c. hak menyampaikan saran dan
pendapat secara bertanggung jawab
bagi penyelenggara negara untuk:
kepada penegak hukum yang
a. Mengucapkan sumpah atau janji menangani perkara tindak pidana
korupsi;
sesuai dengan agamanya sebelum
d. hak untuk memperoleh jawaban atas
memangku jabatannya; pertanyaan tentang laporannya yang
diberikan kepada penegak hukum
b. Bersedia diperiksa kekayaannya
dalam waktu paling lama 30 (tiga
sebelum, selama, dan setelah puluh) hari;
e. hak untuk memperoleh
menjabat;
perlindungan hukum dalam hal :
c. Melaporkan dan mengumumkan 1) melaksanakan haknya
sebagaimana dimaksud
kekayaan sebelum dan setelah
dalam huruf a, b, dan c;
menjabat; 2) diminta hadir dalam proses
penyelidikan, penyidikan, dan
di sidang pengadilan sebagai
3. Peran Serta Masyarakat saksi pelapor, saksi, atau saksi
ahli, sesuai dengan ketentuan
Implementasi peran serta masyarakat
peraturan perundang-
dalam penanggulangan tindak pidana undangan yang berlaku.
korupsi pada era sekarang ini terlihat dalam
Sementara itu menurut Marwan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Effendy, tindakan pencegahan yang telah
berikut ini:
dilakukan selama ini antara lain dengan
Pasal 41 ayat (2)
meningkatkan kualitas pelayanan publik,
Peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam seperti pembentukan one stop sevice
bentuk :
(pelayanan satu atap), tetapi dalam tataran
a. hak mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya implementasinya pelayanan satu atap,
masih terdapat kelemahan. Kelemahan
RechtsVinding Online

tersebut karena belum tuntas dan Akhirnya demi paripurnanya analisis


terintegrasinya program Single Identification ilmiah ini, patut penulis kemukakan
Number (SIN), sehingga masih terbuka celah pandangan Sudarto yang menyatakan
penyimpangan dan penyalahgunaan dari bahwa “penegakan hukum adalah perhatian
pihak yang berwewenang dan yang berkuasa dan penggarapan, baik perbuatan-
(Effendy, 2011: 11). perbuatan yang melawan hukum yang
Perlu menjadi catatan pula, bahwa sungguh-sungguh terjadi (onrecht in actu)
dalam United Nations Convention Against maupun perbuatan melawan hukum yang
Corruption (UNCAC) 2003, resolusi mungkin akan terjadi (onrecht in potentie)”
pencegahan itu bukan hanya untuk sektor (Sudarto, 1986: 132). Sehingga dengan
publik namun juga meliputi juga sektor meminjam istilah ilmiah (dari Sudarto)
swasta. Pencegahan korupsi dalam sektor tersebut, maka keberhasilan
swasta inilah yang tampaknya masih perlu pemberantasan tindak pidana korupsi
dikembangkan di Indonesia. adalah tidak bisa hanya mengedepankan
Dengan demikian ke depannya, kebijakan yang bersifat penal semata-mata
seharusnya secara lintas sektoral tindakan (represif) yang ditujukan terhadap onrecht in
pencegahan sifatnya mutlak dan perlu actu, tetapi harus dilakukan secara integral
diimplementasikan oleh aparat publik dan sistemik dengan kebijakan non-penal
sebagai penyedia pelayanan umum, oleh (preventif) terhadap onrecht in potentie.
pelaku usaha (swasta), dan oleh masyarakat. Apabila pendekatan Integral yang demikian
Serta di sisi lain, tindakan represif juga tetap itu tidak juga kunjung diaplikasikan, maka
ditegakkan oleh para penegak hukum secara kita tidak dapat berharap banyak bahwa
cermat dan selektif apabila korupsi itu korupsi dapat ditanggulangi secara tuntas.
merugikan keuangan atau perekonomian
negara.

*
Penulis adalah Analis Penuntutan (Calon Jaksa) pada Cabang Kejaksaan Negeri Tojo Una-una di Wakai

Anda mungkin juga menyukai