Anda di halaman 1dari 48

Gratifikasi, LHKPN dan

Pencegahan Tindak Pidana


Korupsi
Disampaikan pada
Rapat Koordinasi Bidang Kepegawaian dengan Instansi Vertikal
Ditjen Perbendaharaan Departemen Keuangan RI

Guntur Kusmeiyano

Jakarta, 7 Oktober 2009


1
AGENDA

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi

Pelaporan Gratifikasi

Pelaporan LHKPN
Pengertian Korupsi

 Asal kata dari bahasa latin corruptio atau corruptus


 Dari bahasa latin turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris:
corruption, corrupt; Perancis corruption; dan Belanda: corruptie
(korruptie)
 Dari bahasa belanda itulah turun ke bahasa Indonesia menjadi korupsi
 Arti harfiah kata tersebut ialah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral.
 Menurut kamus umum bahasa Indonesia Purwadarminta, korupsi ialah
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dsb.
 Di Malaysia dipakai istilah resuah yang diambil dari bahasa Arab
riswah yang sama artinya dengan korupsi.
3
Rumusan Tindak Pidana Korupsi
(UU 31/1999 jo UU 20/2001)
Delik yg terkait dg kerugian
keuangan negara Pasal 2(1); 3

Delik pemberian sesuatu/janji Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2);


kpd Peg Neg/PN (Penyuapan) Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b;
Ps 6(2); Ps 12 c,d Merupakan
delik-delik yg
Delik Penggelapan dalam Jabatan Pasal 8; 9; 10 a,b,c diadopsi dari
KUHP
Delik Perbuatan Pemerasan Pasal 12 huruf e,f,g (berasal dari
pasal 1 ayat 1
Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d; sub c UU no.
Delik Perbuatan Curang
Ps 7 (2); Ps 12 huruf h 3/71)
Delik Benturan kepentingan
Pasal 12 huruf i
dalam Pengadaan
Delik Gratifikasi Pasal 12B jo Pasal 12C

Selama ini sebagian kita memandang korupsi hanya dari sisi korupsi sebagai
delik tindak pidana (bahkan hanya yg memenuhi kriteria merugikan keuangan
negara), hal ini mendorong strategi pemberantasan yang sifatnya represif saja.
4
DAMPAK DARI KORUPSI

• Rendahnya kualitas infrastruktur dan


pelayanan publik;

• Timbulnya ekoniomi biaya tingggi;

• Berkurangnya penerimaan negara;

• Runtuhnya lembaga dan nilai-nilai demokrasi;

• Membahayakan kelangsungan pembangunan


dan supremasi hukum;

• Meningkatnya kemiskinan dan kesengsaraan


rakyat;

• Bertambahnya masalah sosial dan kriminal

• Adanya mata rantai antara korupsi dengan


bentuk-bentuk lain dari kejahatan, khususnya
kejahatan terorganisir dan kejahatan ekonomi.
Kualitas TPK-makin sistematis & merasuki seluruh aspek kehidupan masy.
Sehingga membawa bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional &
pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya

pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat

TPK adalah kejahatan luar biasa

Pemberantasan TPK yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti


mengalami bbg hambatan shg perlu metode penegakan hukum secara luar biasa
melalui pembentukan badan khusus dengan kewenangan luas, independen serta bebas
dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan TPK, yang pelaksanaannya
dilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan

UU No. 30 Th. 2002 Tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun (pasal 3)

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (ps. 1 butir 3)

adalah
serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyidikan-penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat.

Koordinasi Supervisi
(Pasal 7) (Pasal 8)
1. networking 
counterpartner
TUGAS Penyelidikan, 2. tidak memonopoli
Monitoring KPK Penyidikan & tugas dan wewenang lid-
(Pasal 14) Penuntutan dik-tut;
(Pasal 11) 3. trigger mechanism
Pencegahan
(Pasal 13)
7
Tugas Pencegahan (Pasal 13)
UU No. 30 Tahun
2002
KPK berwenang melakukan tugas dan langkah pencegahan sbb:

Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan thd laporan


harta kekayaan penyelenggara negara

Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi Depdiknas &


semua Lemb.
pada setiap jenjang pendidikan pendidikan lain

Merancang dan mendorong terlaksananya program


sosialisasi pemberantasan TPK Media
Massa, LSM,
Lemb keagamaan
Masy umum
Melakukan kampanye antikorupsi kpd masyarakat
umum
Luar
Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral negeri
dalam pemberantasan TPK
8
STAKEHOLDER BUHAN & PEMBELAJARAN
PERSPEKTI
Berkurangnya
Preventif Korupsi Represif

Membangun Mendorong Mendapatkan Mendorong


PERSPEKTIF PERTUM-

Kepercayaan Catching penegakan


Budaya Anti Reformasi
Publik Big Fish hukum
Korupsi Sektor Publik

Sosialisasi, Perbaikan Operasi/


Pengkajian/ reviu Lid Dik yang
kerjasama Supervisi &
komunikasi, peraturan sistem, kuat &
rekomendasi dg instansi Koordinasi
pendidikan per-UUan proaktif
lain
Dumas, penelaahan, dan
pemeriksaan

Tim Tingkat PERSPEKTIF


Dukungan KEUANGAN
Trans- Kerja SDM Produk-
Infras-
Multi yang tivitas
PERSPEKTIF

paransi truktur &


INTERNAL

Disiplin Tepat yang


Teknologi
Ilmu tepat
Anggaran
yg Efisien
Terciptanya & Efektif
Budaya KPK Produk- Collective
Rekrutmen Training
yang Unik tivitas leadership
9
Denah Pencegahan Korupsi

Pencegahan Korupsi

LHKPN Pemetaan
Korupsi
Gratifikasi
Pendidikan
Partisipasi Anti Korupsi
Masyarakat
Reformasi Penguatan
Birokrasi Pengawasan
• Kompetensi SDM; ‘right sizing’
Internal
• Transparansi dan penyederhanaan Sistem Anggaran
• e-government
• Perbaikan Remunerasi PNS
• Pengukuran Kinerja
• Menerapkan Kode Etik yang Konsisten
• Pakta Integritas
Strategi Pemberantasan Korupsi

 Penindakan-Pencegahan
• Penindakan untuk memberikan efek jera;
• Pencegahan mengikuti penindakan
• Penindakan apabila instansi lamban dalam
melakukan upaya pencegahan
Dengan peran serta masyarakat meliputi ketiga
pilar; aparat pemerintah, sektor swasta dan
masyarakat harus bergerak bersama
Strategi Pemberantasan Korupsi

 Strategi
jangka pendek  strategi yang diharapkan
mampu segera memberikan manfaat/ pengaruh dalam
pemberantasan korupsi.
 Strategi jangka menengah strategi yang secara
sistematis mampu mencegah terjadinya TPK Perbaikan
sistem administrasi dan manajemen penyelenggara negara
 Strategijangka panjang  diharapkan mampu merubah
budaya/ pola pandang dan persepsi masyarakat terhadap
korupsi
AGENDA

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi

Pelaporan Gratifikasi

Pelaporan LHKPN
PENGERTIAN dan LATAR BELAKANG
GRATIFIKASI

Menurut UU No.31/1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, Penjelasan


Pasal 12 b ayat (1), Gratifikasi adalah :

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian


uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.

Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di


luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Gratifikasi

 Korupsi Seringkali berasal dari kebiasaan yang tidak disadari oleh


Pegawai Negeri dan Pejabat Penyelenggara Negara, Misal: penerimaan
hadiah oleh Pejabat dan Keluarganya dalam suatu acara pribadi ,
menerima pemberian tertentu seperti diskon yang tidak wajar atau
fasilitas perjalanan.
 Banyak orang berpikir dan berpendapat bahwa pemberian itu sekedar
tanda terima kasih dan sah-sah saja.
 Namun perlu disadari, bahwa pemberian tersebut selalu terkait dengan
jabatan yang dipangku oleh penerima serta kemungkinan adanya
kepentingan-kepentingan dari pemberi.
 Karena itulah Undang-undang mengatur tentang Gratifikasi yaitu
pemberian dalam arti luas kepada Pegawai Negeri dan Pejabat
Penyelenggara Negara.
Pemberian hadiah (Gratifikasi)

a. Uang ( didalam segala bentuk dan semua jenis mata uang ).


b. Barang yang mempunyai nilai ( misal : Perhiasan, rumah,
mobil, HP, dll), termasuk Perjalanan Wisata (Tour), barang
promosi, discount terhadap pembelian barang tertentu,
saham, dll.
c. Pinjaman : rumah, mobil, uang, dll.
d. Pengobatan : rawat jalan, rawat inap & pengobatan gigi.
e. Keanggotaan dalam club OR atau Sosial.
f. Asuransi : Jiwa, Kecelakaan, Pendidikan, dll.

 ( c s/d f, yang biasanya juga disebut benefit non tunai )


Perbedaan antara Gratifikasi, Suap, dan Pemerasan
Pengusaha/Masyarakat
atau
PN atau Peg. Negeri
PEN YU APAN
P a sa l 5, 6 & 11
UU No. 31/99 Jo. 20/01
PEMER ASAN D LM JAB ATAN
P a sa l 12
UU No. 31/99 Jo. 20/01
PN atau
Peg. Negeri

Pengusaha/Masyarakat Pengusaha/Masyarakat
atau atau
PN atau Peg. Negeri PN atau Peg. Negeri

GR ATIFIK ASI
Pasal 12B , 12C & 13
Pelaporan Gratifikasi
 Korupsi Seringkali berasal dari kebiasaan yang tidak disadari oleh
Pegawai Negeri dan Pejabat Penyelenggara Negara, Misal:
penerimaan hadiah oleh Pejabat dan Keluarganya dalam suatu
acara pribadi , menerima pemberian tertentu seperti diskon yang
tidak wajar atau fasilitas perjalanan.
 Banyak orang berpikir dan berpendapat bahwa pemberian itu
sekedar tanda terima kasih dan sah-sah saja.
 Namun perlu disadari, bahwa pemberian tersebut selalu terkait
dengan jabatan yang dipangku oleh penerima serta kemungkinan
adanya kepentingan-kepentingan dari pemberi.
 Karena itulah Undang-undang mengatur tentang Gratifikasi yaitu
pemberian dalam arti luas kepada Pegawai Negeri dan Pejabat
Penyelenggara Negara.
Gratifikasi
Pasal 12 UU No. 20/2001
Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar:
– pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya.
– pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri;
Pasal 12B ayat (1) UU No. 20/2001
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. yang nilainya Rp 10 juta atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi (pembalikan
beban pembuktian);
b. yang nilainya kurang dari Rp 10 juta pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh
penuntut umum.
Sanksi
Pasal 12B ayat (2) UU No. 20/2001
Pidana penjara seumur hidup atau penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 20
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200
juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

21
Pelanggaran terhadap penerimaan
Gratifikasi oleh PN atau Pegawai
Negeri menurut UU 31/1999 yo UU
No.20 Tahun 2001 Pasal 12B ayat
(2) adalah :

TINDAK PIDANA KORUPSI


KETENTUAN PIDANA

• UU 31/1999 yo UU No. No. 20/2001


Pasal 12C ayat (1) :

Ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Ketentuan Tentang Gratifikasi Bagi Pemberi
UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 Pasal 13 :

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji


kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat
pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat
pada jabatan atau kedudukan tersebut,
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling
banyak 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah).
Data Pelaporan Gratifikasi
Berdasarkan Wilayah di Indonesia
No Wilayah Tahun Total Keterangan

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Sumatera 0 5 11 18 30 0 64

2 Jawa 0 11 127 100 244 116 598 Termasuk


pelaporan dari
instansi Pusat

3 Kalimantan 1 1 82 0 6 0 90

4 Sulawesi 0 0 0 0 2 3 5 Sulsel 2 Laporan


tahun 2008

5 Bali, Nusra, 0 0 1 20 0 1 21
Maluku

6 Maluku & Maluku 0 0 0 0 0 1 1


Utara

6 Papua & Irian 0 0 0 0 2 0 2


Jaya Barat

TOTAL 1 17 221 138 284 120 781

Note : Pelaporan Internal KPK Periode Tahun 2004 – April 2009 berjumlah 754 laporan
Peta Laporan Gratifikasi
Januari – Juli 2009
UU No. 20 tahun 2001
Kesimpulan : Apabila Anda Pasal 12 C

Seorang Pegawai Negeri atau UU No. 30 tahun 2002


Pasal 16
Penyelenggara Negara menerima
Gratifikasi ?

LAPORKAN KEPADA
KOMISI
PEMBERANTASAN
KORUPSI
Apabila Anda mengetahui adanya pemberian gratifikasi atau
suap kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
Laporkan ke KPK
Telp: (021) 2557 8440
27
Fax : (021) 5289 2448 Attn: Dit Gratifikasi
E-Mail : Informasi.Gratifikasi@kpk.go.id
AGENDA

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi

Pelaporan Gratifikasi

Pelaporan LHKPN
DASAR HUKUM PENDAFTARAN
DAN PEMERIKSAAN LHKPN

1. TAP MPR NO. XI/MPR/1998 tentang Pemerintahan


yang Bersih dan Bebas dari KKN
2. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang
Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari KKN
3. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
DASAR HUKUM PENDAFTARAN
DAN PEMERIKSAAN LHKPN

1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah
2. UU No. 7/2006 (UN Convention Againts Corruption,
2003)
3. SK KPK Nomor 07/KPK/02/2005 tentang Tata Cara
Pendaftaran, Pengumuman, dan pemeriksaan LHKPN
4. SE Menpan Nomor SE/03/M.PAN/01/2005
Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004
tanggal 9 Desember 2004

 Kepada: Para Menteri; Jaksa Agung; Panglima TNI; Kepala


Kepolisian RI; Para Gubernur; Para Bupati dan Walikota
 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
 Diktum pertama: kepada seluruh Pejabat Pemerintah yang
termasuk dalam kategori PN sesuai dengan UU Nomor 28
tahun 1999 yang belum melaporkan harta kekayaannya untuk
segera melaporkannya kepada KPK
 Diktum kedua: membantu KPK dalam rangka
penyelenggaraan pelaporan, pendaftaran, dan pemeriksaan
LHKPN di lingkungannya
Pengelolaan LHKPN
SK KPK No. 07/KPK/02/2005
 Tentang: Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman,
dan pemeriksaan LHKPN
 Siapa itu Penyelenggara Negara:
 Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999
 SE Menpan No. SE/03/M.PAN/01/2005
 Undang-undang Nomor 12 tahun 2003
 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
 Formulir ada 2 macam:
 Form LHKPN Model KPK-A
 Form LHKPN Model KPK-B
Penyelenggara Negara
(UU No.28 Tahun 1999)

1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara;


2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara;
3. Menteri;
4. Gubernur;
5. Hakim;
6. Pejabat Negara yang lain sesuai dengan peraturan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
 Duta Besar;
 Wakil Gubenur;
 Bupati/Walikota.
7. Pejabat lainnya yang memiliki fungsi strategis:
 Komisaris, Direksi, Pejabat Struktural pada BUMN & BUMD;
 Pimpinan BI;
 Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
 Pejabat Eselon Satu dan pejabat lain yang disamakan pada
lingkungan sipil dan militer;
 Jaksa;
 Penyidik;
 Panitera Pengadilan;
 Pimpinan Proyek atau Bendahara Proyek
SE Menpan No. SE/03/M.PAN/01/2005
 Pejabat eselon II dan pejabat lain yang disamakan di
lingkungan instansi pemerintah dan atau lembaga negara
 Semua Kepala Kantor di lingkungan Departemen Keuangan
 Pemeriksa Bea dan Cukai
 Pemeriksa Pajak
 Auditor
 Pejabat yang mengeluarkan perijinan
 Pejabat/Kepala Kantor Pelayanan Masyarakat
 Pejabat pembuat regulasi
PENYELENGGARA NEGARA
YANG BERKEWAJIBAN MENGISI FORMULIR
LHKPN MODEL KPK - A

1. Formulir LHKPN Model KPK – A, diisi oleh Penyelenggara Negara


yang berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme dan atau Peraturan yang berlaku di
lingkungan instansinya, berkewajiban untuk melaporkan dan
mengumumkan kekayaannya.

1. Formulir LHKPN Model KPK – A, hanya diisi oleh Penyelenggara


Negara, yang untuk pertama kalinya melaporkan Harta
Kekayaannya.

1. Bacalah Petunjuk Pengisian Laporan Harta Kekayaan


Penyelenggara Negara Model KPK – A dengan teliti dan seksama
sebelum mengisi formulir.
PENYELENGGARA NEGARA
YANG BERKEWAJIBAN MENGISI FORMULIR
LHKPN MODEL KPK - B

1. Formulir LHKPN Model KPK – B adalah formulir perubahan harta kekayaan diisi
oleh Penyelenggara Negara (PN) yang telah memiliki Nomor Harta Kekayaan
(NHK) yaitu PN yang telah menyampaikan LHKPN (Model KPK – A /Form – A)
kepada Lembaga yang berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan
LHKPN, dengan kreteria antara lain meliputi :

a. PN yang mengalami mutasi dan atau promosi jabatan


b. PN yang mengakhiri jabatan atau pensiun,
c. PN yang telah menduduki jabatannya selama 2 (dua) tahun atau
sewaktu-waktu atas permintaan KPK dalam rangka pemeriksaan
kekayaan PN
2. LHKPN Model KPK-B yang telah diisi dan disampaikan kepada KPK akan
diumumkan pada Tambahan Berita Negara dan atau media lain yang ditetapkan
oleh KPK
3. Bacalah Petunjuk Pengisian LHKPN Modek KPK-B debgab teliti dan seksama
sebelum mengisi formulir
PENGUMUMAN LHKPN
 LHKPN diverifikasi terlebih dahulu
 Pengumuman dilakukan sebelum, selama, dan
setelah PN menjabat
 Pengumuman 30 hr setelah LHKPN lengkap
 Pengumuman melalui Berita Negara
RI/Tambahan Berita Negara
 Media lain:
 Web site KPK dgn format khusus
 Papan Pengumuman di KPK
 Papan Pengumuman di instansi
 Koran Harian Nasional atau lokal di Kab/Kota/Prov.
PEMERIKSAAN LHKPN
 Pemeriksaan LHKPN sebelum, selama, dan
setelah PN menjabat
 Pemeriksaan:
 Pemeriksaan Administrasi: kebenaran materil isi
formulir dan keabsahan bukti pendukung
 Pemeriksaan Substansi: analisis sebelum, selama, dan
setelah menjabat, asal-usul harta kekayaan, analisis
perbandingan penghasilan dan pengeluaran, analisis
riwayat jabatan, analisis perkembangan
 Pemeriksaan Khusus: tindak lanjut pemeriksaan
substansi dan pengaduan masyarakat untuk
membuktikan ada tidaknya TPK
PEMERIKSAAN LHKPN
 Dilakukan oleh pegawai KPK atau
pemeriksa lain yang diberi tugas untuk
dan atas nama KPK
 Berdasarkan Surat Tugas yang
ditandatangani oleh Pimpinan KPK atau
pejabat KPK yang ditunjuk oleh
Pimpinan KPK
AKSES INFORMASI LHKPN

• Untuk kepentingan publik, akuntabilitas dan


transparansi, KPK membuka akses informasi
LHKPN yang telah diumumkan kepada publik
dengan syarat-syarat akses informasi yang
ditetapkan oleh KPK.
• Syarat-syarat akses informasi yang ditetapkan oleh
KPK adalah persyaratan yang wajib diikuti oleh
publik dengan mengisi nota permintaan/
peminjaman data/informasi/dokumen LHKPN yang
formatnya ditetapkan oleh KPK.

a:kp\kape9\yulian\101199
SANKSI

 PN yang tidak melaporkan dan mengumumkan


harta kekayaannya sesuai dengan batas waktu
dan format pengumumam yang ditetapkan, dan
tidak bersedia diperiksa harta kekayaannya,
Pimpinan KPK dapat merekomendasikan kepada
penyidik atau pimpinan yang bersangkutan agar
dilakukan penindakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
PELAPORAN LHKPN

Ke patuhan Wajib Lapor LHKPN (2001 - Juli 2009)

98.841
2009 114.8

95.359
2008 110.892

76.116
2007 84.813

65.448 116.66
2006
52.137
2005 102.229
43.668
2004 88.823

32.002
2003 75.917

18.098
2002 47.025

9.833
2001 23.656
44
PELAPORAN LHKPN

T ingkat Kepatuhan Pelaporan LHKPN per Bidang (31 Juli 2009)

79.181

67.294

58.745

16.301 16.127 15.917


9.713 8.406 6.861 9.608
7.014 6.069

Ekse kutif Le gislatif Y udikatif BUM N/D

Wajib Lapor LHKPN Yang M elaporkan Diumumkan (T BN)


Hambatan-hambatan dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia

• Masih rendahnya “political will” pemerintah yang menyeluruh ke setiap lapisan


birokrasi.
Korupsi sudah menjadi penyakit kronis di Indonesia sehingga setiap upaya-
upaya menangani kasus korupsi akan menghadapi resistensi yang tinggi, ingin
mempertahankan status quo.
• Masyarakat sendiri masih banyak yang bersikap permissive.
Sistem kepegawaian yang belum mendukung untuk pegawai termotivasi dan ber
intergritas.
Sistem keuangan dan anggaran yang belum mendukung operasional pada
lembaga penegak hukum secara penuh.
Masih belum terciptanya sinergi yang baik di antara lembaga-lembaga penegak
hukum maupun lembaga pengawasan yang ada.
• Corruptor Fightback.
Penutup

 KPK secara strategis telah mengidentifikasi dan melaksanakan


aktivitas dalam area-area utama kegiatan pencegahan
 Agar pemberantasan korupsi berjalan efektif, maka semua
pihak harus bergerak bersama memerangi musuh bersama
bangsa yaitu korupsi. Masing masing instansi harus melakukan
upaya pencegahan dengan bekerjasama dengan KPK dan
lembaga yang mempunyai fungsi pembinaan administrasi
sektor publik. KPK siap bergandengan tangan dalam
melakukan upaya pencegahan.
 Kita harus berbuat sesuatu untuk generasi yang akan datang,
karena sebetulnya kita berhutang kepadanya, yaitu TATANAN
KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK.
TERIMA KASIH

 Website: www. kpk .go.id


 Alamat dan nomor-nomor kontak:
 Jalan HR. Rasuna Said Kav. C1
Jakarta Selatan
 PO Box 575, Jakarta 10120
 Laporan: pengaduan @ kpk.go.id
 Telepon: 6221-25578437
 SMS:0811959575 atau 08558575575 Lihat,
Lawan,
Laporka
n
48

Anda mungkin juga menyukai